SOLO, JP- Selain sebagai anak Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Gibran
Rakabuming Raka diusung partai pemilik mayoritas kursi di DPRD Solo., PDI Perjuangan sebagai calon walikota (cawali) Solo, Provinsi Jawa Tengah.
Tak sampai di situ, Gibran yang didampingi Teguh Prakoso sebagai calon wakil walikota (Cawali) ini diusung sejumlah partai lain serta berada di peringkat atas hasil survey. Pasangan ini juga diprediksi akan melawan kotak kosong.
Maka tak heran bila Gibran-Teguh diprediksi banyak kalangan melenggang mulus tanpa hambatan bakal terpilih menjadi walikota dan wakil walikota Solo., pada Pilkada Solo pada 9 Desember nanti.
Meski demikian, ada satu paslon dari jalur perseorangan yang mengaku tak gentar melawan dan yakin mampu mengalahkan Gibran-Teguh. Paslon tersebut adalah Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo).
Menariknya, paslon ini bukan dari kalangan politikus maupun pengusaha, tetapi rakyat biasa. Bagyo kesehariannya berprofesi sebagai penjahit dan Pardjo merupakan seorang Ketua RW di Kampung Pajang, Solo. Paslon ini maju lewar jalut independen dengan modal 41.425 fotokopi e-KTP. Jumlah ini melebihi dari syarat minimal 35.870 e-KTP yang harus dikumpulkan. Selain itu, keduanya rajin blusukan ke masyarakat dan memiliki Tim Sukses.
“Kami maju itu sebagai pion wong cilik. Pion itu pantang mundur, pion itu selangkah demi selangkah maju terus. Kami siap menang. Siapa pun yang mengadang kami itu semua putra terbaik Solo,” kata Bagyo.
Ia mengaku bahwa dirinya maju bukan merupakan keinginannya sendiri, tetapi muncul adanya dorongan dari masyarakat yang menginginkan perubahan di Kota Solo.
“Masyarakat ingin mengangkat pemimpin yang memang berasal dari kalangan masyarakat bawah,” katanya.
Menurut Bagyo, meski keduanya merupakan sosok sederhana dan tidak punya banyak uang, tapi bukan berarti tak layak untuk maju dalam Pilkada Solo.
“Saya dan Pardjo ini bukan siapa-siapa. Tapi apakah salah kalau teman-teman itu ingin saya dan Pak Pardjo menjadi salah satu tokoh di Kota Solo. Ya, kami maju ini karena mengemban amanah dari teman-teman yang inginkan pemimpin diangkat murni dari masyarakat biasa,” tandasnya.
Meski hanya sebagai seorang penjahit, Bagyo mengaku sangat dikenal di kalangan para penjual kain maupun pakaian di sentra-sentra pusat jual beli pakaian dan kain seperti di Beteng Trade Center maupun Pusat Grosir Solo. Sedangkan Pardjo selain Ketua RW dia juga sebagai karyawan swasta sebuah LPK di Solo.
Sementara Ketua Tim Sukses Bajo, Robert Hananto, mengatakan pasangan Bagyo dan Pardjo maju Pilkada Solo 2020 diusung oleh Yayasan Tikus Pithi.
“Kami mengusung Bagyo dan Parjo karena kita ingin mengusung dari masyarakat biasa. Dengan ini ingin membuktikan tukang jahit dan ketua RW bisa maju di Pilwakot Solo tanpa ada mahar politik,” kata Robert.
Robert menegaskan, jika Bajo lolos, maka sejarah baru di Pilwalkot Solo akan terukir. Pasalnya, selama ini belum ada calon independen bertarung melawan calon yang diusung dari partai politik besar. (JPc)
COMMENTS