SUATU saat, ketika sedang makan, seorang teman sibuk membongkar gumpalan nasi dalam piringnya. Ia mengamati dengan cermat setiap biji nasi. Saya bertanya kepadanya, “Apa yang sedang kamu lakukan?” Ia menjawab spontan, “Saya sedang menghitung berkat Tuhan.”
Tindakannya memang kelihatan aneh, namun menginspirasiku. Saya sering bersyukur apabila aku mengalami hal-hal besar di hidup. Namun saya kurang bersyukur untuk hal-hal kecil dan sederhana. Padahal Tuhan menyelenggarakan banyak hal dalam hidup saya, baik hal-hal yang besar maupun hal-hal yang kecil dan sederhana.
Perumpamaan tentang benih di ladang menggambarkan providentia divina (penyelenggaraan ilahi) dalam hidup kita. Sang petani menaburkan benih di ladangnya, lalu terkesan ia membiarkan benih itu tumbuh sendiri. Ia baru berperan lagi pada masa panen. Proses tumbuhnya benih tidak diketahui oleh Petani. Bagi kita para pembaca, hal ini seperti rahasia. Tapi inilah inti dari perumpaan ini, bertumbuhnya benih itu merupakan pekerjaan ilahi. Allah yang menyelenggarakan proses itu. Ia memberikan kesuburan dan pertumbuhan benih itu hingga siap panen. Inilah wujud kebaikan Allah.
Demikian Allah melakukan banyak hal bagi kita dalam hidup ini. Entah kita sadari atau tidak, Allah selalu menyelenggarakannya bagi kita. Entah kita bersyukur atau tidak, Allah tetap menunjukkan kebaikan hati-Nya. Pernahkah kita menghitung berapa kali kita bernafas? Ataukah pernah kita menghitung berapa kali jantung kita berdetak? Ataukah pernah kita menghitung berapa langkah kita sehari? Semua itu berlangsung begitu saja.
Demikian dengan aktivitas harian kita berlangsung lancar, tanpa hambatan. Pernahkah kita berhenti sejenak untuk mensyukuri semua itu. Atau ketika kita sedang dalam kesulitan dan bingung, tiba-tiba ada orang yang membantu kita. Apakah dalam hal random semacam ini, kita melihat penyelenggaran ilahi? Sekali lagi, Allah itu baik hati sepanjang waktu.
Lalu kita bisa berbuat apa untuk membalas kebaikan hati Allah? Kita tidak pernah bisa membalas kebaikan hati Allah. Tapi kebaikan Allah menginspirasi kita juga untuk berbuat baik.
Perumpamaan biji sewasi bisa menolong kita. Biji sesawi paling kecil di antara segala jenis sayuran. Namun ketika sudah bertumbuh, ia akan menjadi pohon yang besar. Kalau anda kurang percaya, silahkan cari di google. Filosofi biji sesawi adalah hal-hal besar selalu berawal hal-hal kecil. Perhatikanlah kisah orang-orang sukses di dunia! Kesuksesan mereka selalu berawal dari usaha mereka yang kecil. Seringkali mereka tidak membayangkan akaan berhasil, mereka menjalaninya dengan tekun dan penuh tanggungjawab. Hasil tidak mengkhianati proses, mereka berhasil.
Saudara, mari kita belajar untuk berbuat baik dengan melakukan hal-hal sederhana. Mungkin anda mempunyai suatu rencana kegiatan kecil untuk menolong orang lain. Wujudkanlah rencana itu! Kalau anda sedang bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan merasa itu kurang berarti, ingatlah akan biji sesawi. Mungkin ada yang kurang percaya diri dengan potensi yang dimilikinya, ingatlah Allah menyelenggarakan apapun demi kebaikan kita.
Oleh karena itu, mari kita bertekun dan penuh tanggungjawab atas apapun yang bisa kita lakukan. Selebihnya, percayakanlah kepada Allah. Ia akan bekerja secara rahasia dan menjadikan kiat berkat bagi banyak orang. (*)
Penulis:
COMMENTS