Penungan Minggu (Mrk. 6:1-6)
Orang Nazaret menolak Yesus karena mereka memandang latarbelakang keluarga-Nya. Secara sosial, keluarga Yesus termasuk rakyat biasa. St. Yosef adalah tukang kayu dan Bunda Maria adalah perempuan sederhana. Mereka juga mengenal saudara-saudara Yesus sebagai orang biasa.
Walaupun demikian, Yesus tampil sebagai seorang rabi yang luar biasa. Ia mengajar dengan penuh kuasa dan wibawa. Bagi orang Nazaret, seorang rabi mesti datang dari kaum elite atau kalangan aristokrat. Karena cara pandang seperti ini, mereka merasa malu terhadap Yesus dan tidak bisa menerima-Nya. Mereka pun menolak Yesus.
Yesus membuktikan kepada orang sekampung-Nya bahwa cara berpikir mereka keliru. Ia mampu tampil sebagai seorang yang berbicara penuh wibawa, karena Ia menempa diri selama bertahun-tahun. Walaupun Ia adalah anak Allah, namun Yesus mau belajar untuk mengembangkan diri-Nya. Hal ini terlihat sejak umur dua belas tahun di mana Ia mampu bersoal jawab dengan pemuka Yahudi dalam Bait Allah.
Selain itu dalam hidup-Nya yang tersembunyi, Yesus bertumbuh menjadi pribadi yang penuh hikmat dan dikasihi Allah. Sehingga ketika tampil di depan umum, saat Ia berumur tigapuluh tahun, Yesus tampil sebagai seorang rabi yang penuh wibawa dan kuasa dalam mengajar. Ia benar-benar mempersiapkan diri-Nya untuk warta Kerajaan Allah.
Saudara, Yesus membuktikan kepada kita bahwa ‘orang biasa’ bisa berhasil. Kita bisa berhasil mencapai cita-cita dan meraih mimpi kita, asalkan kita bekerja keras dan sabar. Kita bisa bermimpi tinggi, namun mimpi itu hanya akan menjadi bunga tidur kalau kita tidak berusaha mewujudkannya. Sebaliknya mimpi tersebut akan menjadi kenyataan kalau kita bekerja keras untuk meraihnya.
Kita perlu juga bersabar sebab sebuah keberhasilan perlu proses. Kita seringkali tergoda untuk menggunakan jalan pintas. Kita juga menginginkan hal-hal yang instan. Tapi sadarilah, bahwa tidak ada hal yang benar-benar instan di dunia. Mie instan saja perlu dimasak agar kita bisa memakannya. Hal itu berarti perlu usaha dan melewati proses. Apalagi untuk mencapai mimpi kita, kita harus melewati berbagai tantangan. Oleh karena itu kita harus tahan banting dan bertahan dalam kesusahan. Percayalah, kalau kita bisa melewatinya, kita akan meraih cita-cita dan mimpi kita. Tuhan memberkati kita. (*)
Penulis:

Pastor Ay’s Laratmase MSC.
COMMENTS