HomePendidikan & Agama

Di manakah Saya Berada Ketika Yesus Disalibkan?

Di manakah Saya Berada Ketika Yesus Disalibkan?

Oleh: Pastor J. Mangkey, MSC

WERE you there when they crucified my Lord? Were you there when they crucified my Lord? Oh! Sometimes

it causes me to tremble, tremble, tremble. Were you there when they crucified my Lord?

Were you there when they nailed him to the cross? Were you there when they nailed him to the cross? Oh!

Sometimes it causes me to tremble, tremble, tremble. Were you there when they nailed him to the cross?

Were you there when they pierced him in the side? Were you there when they pierced him in the side? Oh!

Sometimes it causes me to tremble, tremble, tremble. Were you there when they pierced him in the side?

Were you there when they laid him in the tomb? Were you there when they laid him in the tomb? Oh!

Sometimes it causes me to tremble, tremble, tremble. Were you there when they laid him in the tomb?

Were you there when the stone was rolled away? Were you there when the stone was rolled away?

Oh, sometimes it causes me to tremble tremble tremble. Were you there when the stone was rolled away?

(Apakah anda berada di sana (di manakah saya berada) ketika mereka menyalibkan Tuhanku? Oh! Apakah anda

berada di sana ketika mereka memakukan Dia pada kayu? Apakah anda berada di sana ketika mereka menikam

lambung-Nya? Apakah anda berada di sana ketika mereka meletakkan Dia di dalam makam? Apakah anda

berada di sana ketika mereka menggulingkan batu makam? …… Kadangkala hal itu menyebabkan saya gemetar,

gemetar, gemetar.)

Itulah lirik dari salah satu lagu Negro Spirituals yang terkenal dan berjudul “Were you there when they crucified my Lord?” yang dipopulerkan oleh Johnny Cash dan the Carter Family dalam album Love, God, Murder.

Lagu tersebut mengungkapkan suasana hati para budak Afrika ketika mereka harus menderita akibat perbudakan dan penindasan di tangan para majikan di tanah pembuangan benua Amerika, pada masa perbudakan yang dimulai pada tahun 1619 dan berlangsung selama lebih dari 3 abad. Dari mana mereka mendapat inspirasi untuk mengungkapkan penderitaan mereka dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tersebut?

Baca Juga  Jangan Takut!

Dikisahkan bahwa ketika para majikan, yang adalah orang-orang kristen asal Eropa, mengadakan ibadah-ibadah, para budak secara diam-diam ikut mendengarkan (nguping) pewartaan Sabda dan khotbah-khotbah. Salah satu pewartaan yang mereka dengar adalah kisah-kisah sengsara, penderitaan dan wafat Yesus. Lama kelamaan para budak itu, yang dipekerjakan di penggilingan dan perkebunan, menyamakan nasib mereka dengan nasib Yesus yang mengalami penderitaan, sengsara dan salib. Terciptalah lagu-lagu Negro Spirituals itu. Dengan menyanyikan lagu ini mereka mampu menyatukan tragedi hidup mereka yang tertindas dengan tragedi hidup Yesus yang tersalib.

Mereka menemukan kekuatan dan penghiburan baru dalam menanggung penderitaan mereka yang terbelenggu oleh penindasan dan perbudakan. Dalam pengalaman derita ini Yesus menjadi guru rohani dan sosok kedamaian mereka.
Pertanyaan serupa dapat kita ajukan dewasa ini: Di manakah saya dan anda berada ketika Yesus disalibkan, ketika Dia dipaku pada kayu hina, ketika lambung-Nya ditikam, ketika jenasah-Nya dimakamkan, ketika batu makam digulingkan? Apakah semuanya menyebabkan saya dan anda gemetar ketakutan! Di mana dan dari mana kita memperoleh kekuatan dan penghiburan ketika kita pun harus mengalami penderitaan, kesukaran hidup dan pelbagai bentuk salib kehidupan seperti kekalahan, kegagalan, depresi, keputusasaan, kehilangan, bahkan kematian? Mampukah kita memandang salib Kristus sebagai sumber damai, kesejukan dan keselamatan?

Pekan Suci, yang dimulai dengan Hari Minggu Palem dan berpuncak pada Perayaan Paskah, secara intensif menghadirkan kembali kepada kita umat kristiani pengalaman Yesus yakni sengsara dan drama penyaliban-Nya ketika para penguasa politik dan agama pada waktu itu menangkap dan mengadili Dia dalam suatu pengadilan penuh kebencian dan rekayasa, yang menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Bagaikan seorang penjahat Ia dipaku pada kayu salib hina dan mereka membiarkan Dia menghembuskan nafas terakhir bagaikan seorang yang kalah perang.

Baca Juga  "Akulah Roti Hidup"

Di manakah anda dan saya berada? Ya, lebih dari 2000 tahun lalu anda dan saya tidak berada di sana di tempat Yesus disalibkan! Yang ada di sana adalah para serdadu dan algojo yang menyalibkan Yesus serta para pengejek dan peleceh-Nya. Ironisnya kebanyakan orang yang telah berjalan mengikuti Dia, yang telah menyaksikan mukjizat-mukjizat-Nya, yang telah mendengarkan Firman-Nya, yang telah berbicara dengan Dia, dan para murid yang telah diberi kepercayaan untuk ambil bagian dalam kehidupan dan tugas perutusan-Nya tidak ada bersama Dia dalam sengsara dan penyaliban. Yudas, yang mengkhianati dia, seakan menyalibkan-Nya dari jauh. Petrus, Yakobus, Matius, Thomas dan semua murid lain meninggalkan Dia dan bersembunyi di karena takut akan mengalami nasib yang sama dengan Yesus. Para murid lebih memilih tidur daripada ikut berdoa ketika Yesus berpeluh darah di taman Getsemani. Hanya Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, yang kemudian muncul dan berdiri di bawah salib-Nya bersama dengan Maria, Ibu Yesus.

Salib Yesus tidak berhenti di Kalvari. Dunia kita memunculkan kalvari-kalvari baru. Pertanyaan sama berlaku untuk kita, yakni di manakah kita berada ketika Yesus pada dewasa ini disalibkan?

Ketika Yesus dewasa ini disalibkan apakah kita berada di situ sebagai serdadu, algojo pelaku penyaliban atau pun sebagai pengejek serta peleceh? Apakah kita, seperti Petrus menyangkal Dia? Apakah kita seperti kebanyakan orang hanya mengikuti Dia karena Ia menyembuhkan orang sakit, memperbanyak roti dan berbicara hebat sebagai seorang guru? Apakah kita berpikiran dan berlaku seperti para murid, yang berambisi politis untuk menduduki posisi-posisi penting dalam kerajaan-Nya? Apakah kita seperti murid-murid tidur, malas tahu, ketika Ia bergumul dalam derita, sambil berpeluh darah, di taman Getsemani? Apakah kita seperti Pilatus yang mencuci tangannya, mengaku tidak bersalah dan menyerahkan Yesus di tangan para penguasa Yahudi dan berkata “perbuatla menurut kehendakmu?” Pilatus bersembunyi di balik posisinya dengan berdalih bahwa itu bukan urusannya. Pilatus tidak berada di sana karena takut menghadapi konsekuensi-konsekuensi tindakannya sendiri. Apakah kita akan berkata seperti Kain: aku bukan penjaga saudaraku! Di manakah anda dan saya berada ketika Yesus disalibkan dewasa ini?

Baca Juga  Akademisi Ini Minta Kemendikbud Jangan Terburu-buru Buka Kembali Sekolah

Barangkali kita pun dewasa ini masih terus menerus ikut menyalibkan Yesus! Kita masih takut untuk mengikuti ajaran-Nya secara konsekuen. Yesus tetap disalibkan ketika tindakan dan perbuatan kita tidak mencerminkan amanat cintakasih-Nya, ketika kita mengingkari hakekat panggilan kristiani kita masing-masing, Salib Yesus menjadi lebih berat ketika demi gengsi, kedudukan, jabatan atau kepentingan pribadi kita takut menyebut diri pengikut-Nya. Salib-Nya diperparah ketika kita melakukan korupsi yang merugikan kepentingan orang-orang lain, ketika hak-hak asasi manusia diingkari, ketika keadilan dan perdamaian dikesampingkan, ketika martabat manusia dilecehkan, diskriminasi, intoleransi, kekerasan, terorisme terhadap sesama kasat mata, serta alam ciptaan dan lingkungan dirusak.

Kita berterima kasih kepada para wanita seperti Maria, Ibu-Nya, Maria Magdalena dan para wanita lain yang setia mengikuti Dia, sampai ke makam-Nya, dan diganjari dengan anugerah istimewa menjadi saksi-saksi pertama kebangkitan Yesus. Kita bersyukur atas solidaritas Yosef dari Arimatea yang turut meringankan panggulan salib-Nya, dan yang bersama para wanita menurunkan Dia dari salib dan memakamkan-Nya. Kita bergembira atas sikap dan pengakuan Nikodemus, seorang Farisi, yang menerima dan mengakui Yesus.

Salib-Nya adalah solidaritas Yesus terdalam akan kerapuhan dan kelemahan manusiawi kita. “Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Fil 2:7-8). Dosa menjadikan kita budak-budak setan, salib Yesus membawa pengampunan dan menjadikan kita orang-orang yang merdeka dan ditebus.

Terima kasih Yesus, sebab dengan salib suci-Mu Engkau menebus dunia. Salib itu, tempat Yesus bergantung, kita sembah dan hormati pada hari ini.(*)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0