JAKARTA, JP – Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi mengatakan bahwa sebagai agen perubahan dalam lanskap digital, generasi millennial Indonesia ditantang untuk memainkan perannya dalam pelembagaan transformasi digital di Asia Tenggara.
“Adalah kaum muda yang akan menentukan apakah jargon ASEAN yakni ‘ASEAN, a digitally connected community’ dapat terwujud pada tahun 2025 nanti dan seterusnya,” kata Dedy.
Pernyataan itu Dedy sampaikan saat membawakan sambutan dalam Konferensi Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara – Universitas Gadjah Mada (UGM ASEAN Conference) 2022 yang diikutinya secara virtual dari Jakarta Pusat, Sabtu (04/06/2022).
UGM ASEAN Conference 2022 merupakan konferensi tahunan yang digelar oleh UGM ASEAN Society (UGMAS), organisasi mahasiswa UGM yang berfokus pada manajemen pengetahuan seputar ASEAN.
Konferensi ini berlangsung selama dua hari dan dilakukan secara virtual. Targetnya adalah mengkaji dan menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi ASEAN serta membangun identitas ASEAN di tengah masyarakat lewat ruang diskusi yang inklusif.
Menurut Dedy, laporan ASEAN Digital Generation Report 2021 yang dirilis World Economic Forum dan Sea Ltd menunjukkan peran penting kaum muda dalam pengembangan keterampilan digital selama pandemi Covid-19.
“Sebanyak 36 persen responden mengakui bahwa sebagian besar keterampilan digital diajarkan oleh remaja berusia 16-35 tahun. Oleh karenanya penting bagi para pemuda untuk meningkatkan keterampilan digital mereka,” ungkapnya.
“Kaum muda perlu mempertahankan status keahlian dan meningkatkan hard-skill untuk menjadi bagian penting transformasi digital yang tengah berlangsung,” kata Dedy, “begitu pula dengan soft-skill, yang berfokus pada pemikiran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
Dedy menjelaskan, saat ini, Kementerian Kominfo terus mendorong peningkatan keterampilan digital kaum muda lewat program pengembangan talenta digital. Program itu menyasar kaum muda pada tiga level keterampilan.
“Pertama, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi yang menyasar keterampilan digital dasar. Lalu keterampilan digital tingkat menengah didorong lewat berbagai kerja sama dengan perusahaan teknologi global dalam program Digital Talent Scholarship (DTS). Sementara keterampilan digital tingkat lanjutan disiapkan melalui program Digital Leadership Academy (DLA),” jelasnya.
Program DLA ini bekerja sama dengan universitas terkemuka dunia yang menyasar para anak muda yang menduduki posisi strategis pengambil keputusan.
“Saya yakin bahwa program tersebut dapat menjadi tolok ukur serta inspirasi bagi negara lain, untuk membina talenta digital yang dapat mengoptimalkan transformasi digital di Indonesia,” katanya.
Turut hadir dalam sesi diskusi panel, Assistant Director Sekretariat ASEAN sekaligus Head of the Analysis and Monitoring Division pada ASEAN Political-Security Community (APSC), Raymund Quilop, dan Pendiri Indonesia Cyber Security Summit (ICSS) Ardi Sutedja. (***/Rey)
COMMENTS