JAKARTA, JP- Paus Fransikus akan membeatifikasi 10 martir di Guatemala-Amerika Tengah, Jumat (23/04/2021).
Ke-10 martir tersebut terdiri dari 3 Imam/Pastor dari Tarekat Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) dan 7 martir merupakan katekis awam, yang dibunuh sekitar tahun 1980/1981 di Guatemala, Amerika Tengah.
Menariknya, satu dari 10 martir yang akan dibeatifikasi bernama Pastor Juan Alonso Fernandez MSC pernah berkarya di Sulawesi Utara (Sulut). Di mana sang martir ini pernah menjadi Pastor Paroki Kokoleh di Keuskupan Manado pada tahun 1963-1965.
Tak pelak, ini menjadi kabar baik bagi umat Katolik Keuskupan Manado dan keluarga besar Tarekat MSC Provinsi Indonesia, di tengah pandemi Covid-19 ini.
Rencana beatifikasi kepada Pastor Juan Alonso Fernandez MSC dan 9 martir lainnya dibenarkan Pastor Johanis Mangkey MSC ketika dikofirmasi jejakpublik.com, Rabu (21/04/2021).
“Beatifikasi 10 martir di Guatemala-Amerika Tengah, antara lain Pastor Juan Alonso MSC, Pastor Paroki Kokoleh 1963-1965, Keuskupan Manado pada Jumat, 23 April 2021,” tulis Pastor Yance, sapaan akrab Pastor Johanis Mangkey MSC, dalam pesan whatsapp-nya.
Pastor Yance mengatakan selain Pastor Juan Alonso dua Imam MSC lainnya yang akan dibeatifikasi bersama Pastor Juan Alonso Fernandez MSC adalah Pastor Faustino Villanueva, MSC dan Pastor José María Gran Cirera, MSC..
Karena itu, menurut Pastor asal Kota Tomohon, Sulut ini, beatifikasi 3 Imam MSC itu sekaligus dalam rangka peringatan 166 tahun berdirinya Tarekat MSC.
“Ada keinginan bahwa ada suatu penghargaan yang indah dan bermakna dari Provinsi MSC Spanyol dalam mengenang tiga Konfrater MSC yang dibunuh bersama dengan begitu banyak orang lain pada tahun 1980-an di El Quiche Guatemala,” ucapnya.
Pastor yang bertugas di Bagian Arsip dan Yuridis Provinsi MSC Indonesia ini meyakini bahwa Gereja dan umat di Guatemala juga sangat bersyukur dan bersukacita. Beatifikasi ke-10 martir ini, lanjutnya, akan memperkokoh kiprah Gereja dan berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan iman umat. Seperti ungkapan mengatakan: “Sanguis martyrum semen Christianorum” (Darah para martir adalah benih orang-orang kristiani).
“Saya kira hal ini berlaku juga untuk Gereja di Guatemala. Lagi pula, 7 martir awam ini adalah orang-orang atau kelompok pribumi pertama yang diakui sebagai orang-orang kudus di Guatemala. Selain mereka, ada banyak kaum religius, imam dan awam yang ketika itu dibunuh karena iman mereka,” ujarnya.
Khusus Pastor Juan Alonso MSC, Pastor Yance menggambarkan sang martir ini merupakan seorang Spanyol berkulit putih, yang datang dari Guatemala ke Manado.
“Dari Manila Pastor Juan Alonso Fernandez MSC datang bareng Mgr. Yos Suwatan, MSC, yang ketika itu masih frater dan baru menyelesaikan Novisiat MSC dan tahun pertama filsafat di Filipina. Pastor Alonso selalu memakai jubah putih, yang tidak pernah ditanggalkannya. Sekalipun jubahnya kotor karena kena debu, kena becek, dia selalu kenakan jubahnya dengan salib yang tergantung di leher,” kenang Pastor Yance yang memberikan penghormatan khusus kepada Pastor Juan Alonso Fernández, MSC, dengan menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia buku “They Gave Their Lives, MSC Martyrs of Central America” terjemahan Joe Ruddy, MSC dari bahasa Spanyol, karangan P. José Lada, MSC.
Menurut Pastor Yance, Pastor Juan Alonso Fernández, MSC telah merelakan diri untuk datang berkarya di Keuskupan Manado, khususnya di Minahasa.
“Saya ingin agar umat Keuskupan Manado bahkan di Indonesia mengetahui bahwa ada seorang misionaris, yang pernah bekerja untuk Gereja di tanah air kita, dan yang kemartirannya diakui secara resmi oleh Gereja,” harapnya.
Pastor yang pernah belasan tahun berkarya di Roma, Italia ini mengaku menemukan passion atau semangat membara dalam diri Pastor Juan Alonso Fernandez MSC .
“Pastor Juan Alonso Fernandez MSC dan 9 martir lainnya sangat cinta kepada Yesus. Mereka selalu mengutamakan kaum miskin. Waktu itu di Guatemala, mereka membela kaum miskin yang dianiaya oleh penguasa pemerintah dan rezim militer. Pastor Juan Alonso Fernandez MSC tahu akan risiko komitmennya itu. Kapan saja ia bisa ditembak mati dalam kegiatan dan perjalanan pastoralnya, tapi ia pantang mundur dalam pelayanannya,” bebernya.
Ditambahkan Pastor Yance, Pastor Juan Alonso Fernandez MSC penuh semangat ketaatan pada penugasan yang diberikan oleh pimpinannya. Ia selalu mencari tempat tugas yang lebih sulit lagi.
“Pastor Juan Alonso Fernandez MSC selalu meminta kepada pimpinannya untuk ditugaskan ke daerah yang paling sulit dan suka ambil risiko demi Injil dan umatnya. Ia bekerja keras sebagai misionaris dengan menunggang kuda, melewati jalan-jalan yang rusak, menyeberangi sungai, pegunungan dan jurang-jurang,” tukasnya.
Di Minahasa, tambah Pastor Yance, Pastor Alonso di Minahasa ditempatkan di Paroki Kokoleh, Minahasa Utara.
“Ia (Pastor Juan Alonso Fernadez MSC, red) merasa masih ada banyak wilayah yang lebih sulit dan jarang dikunjungi oleh pastor karena jumlah imam yang terbatas dengan memakai motor besarnya dengan kondisi jalan yang sangat sulit dilewati. Tidak heran kemudian namanya sebagai pastor pembaptis tercatat juga di buku baptis Paroki Langowan yang berada di bagian Selatan Minahasa yang memiliki banyak stasi,” bebernya lagi.
Disebutkan Pastor Yance, Pastor Juan Alonso MSC diberondong dengan peluru-peluru di suatu perbukitan, dalam perjalanan pastoralnya, pada 15 Februari 1981.
“Warisan misioner Pastor Juan Alonso Fernandez MSC dan 9 martir lainnya adalah pengorbanan tanpa pamrih, ketaatan, kesetiaan, keberanian untuk mengambil risiko serta semangat dan kesiapsediaan misioner untuk diutus ke mana saja. Juga pilihan mengutamakan kaum miskin dan tertindas dan menjadi sahabat mereka merupakan juga keteladanan mereka yang besar,” tandasnya. (JPc)
COMMENTS