HomeBerita UtamaPendidikan & Agama

“Mendengarkan suara Sang Gembala dan Pemimpin”

“Mendengarkan suara Sang Gembala dan Pemimpin”

Injil Yohanes 10:1-10.

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.

Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.

Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Introduksi

Hari-hari belakangan ini adalah waktu yang dipadati dengan kekuatiran dan kecemasan. Jauh melampaui kekuatan manusia, kita semua dihantui kematian oleh virus Corona.

Harus diakui dan disadari benar bahwa Covid19 adalah virus yang mematikan. Kita sebagai satu keluarga manusia, menghadapi ancaman teror kematian karena bayang-bayang samar namun mengerikan virus Corona.

Mungkin, baik juga kita akui bahwa ketika menghadapi bayang-bayang kematian manusia masih ada benteng harapan untuk hidup lebih lama lagi, hidup yang dijalani dalam Tuhan.

Biasanya, manusia akan berjuang sekuat tenaga dan kemampuan mempertahankan diri ketika berhadapan dengan ancaman kematian. Manusia harus meluaskan pandangan akan harapan yang lebih jauh, melampaui hidup hanya sebatas horison kehidupan di dunia ini.

Baca Juga  Wabup: Paskah Nasional Bisa Dongkrak Pendapatan UMKM

Menghadapi ancaman kematian oleh Covid19, kita coba mencari pegangan yang lebih kuat dari kematian itu sendiri. Dan kekuatan yang melampaui itu adalah Tuhan. Tuhan yang mana?

Tuhan sebagai Gembala yang Baik

Dalam Alkitab digambarkan Tuhan yang begitu baik. Tuhan yang memangku domba-Nya pada bahu suci-Nya, sambil berjalan mencari hijaunya rerumputan di padang kehidupan yang penuh harapan.

Ekspresi lain yang meneguhkan harapan kita adalah bahwa kita memiliki damai dan rasa aman dari Gembala yang Baik, yang selalu memperhatikan kawanan domba-Nya. Kitab Perjanjian Lama seringkali berbicara tentang Tuhan sebagai gembala dari umat-Nya, Israel.

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mzm 23:1). Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba (Mzm 80:2). Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya (Mzm 100:3). Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati (Yes 40:11).

Sementara itu, dalam Kitab Perjanjian Baru juga digunakan sebutan yang sama. “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? (Mat 18:12). Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu (1 Ptr 2: 25).

Gembala yang Baik Pelindung Jiwa Kita

Sebagai warga bangsa Indonesia kita boleh bersyukur atas ekspresi nyata tentang pentingnya jiwa manusia dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Sepenggal syair yang begitu menyentuh: Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”, dapat diselaraskan dengan konsep Agustinus dari Hippo tentang jiwa. Jiwa manusia tak dapat damai dan tenteram sebelum bertemu dan beristirahat dalam Allah. “Tuhan, terlambat aku mencintai-Mu. Hanya padamu jiwaku tenang.” Jiwa yang pertama diperhatikan. Badan memang ada dan penting. Namun semangat dari jiwalah yang membuat dan menampakkan hidup badani. Karena itu pula, ditegaskan tentang pentingnya relasi jiwa dengan Allah.

Baca Juga  Dukung E2L-HJP, Mantan Pangdam Jenderal Mamahit: Masyarakat Lebih Simpati dan Tertarik Pada Pak Elly

Lalu, apa yang dapat diajarkan pengalaman penggembalaan tentang Allah kepada kita dan relasi kita dengan Dia? Di setiap senja, gembala membawa kembali domba-dombanya ke tempat perlindungan mereka. Mereka mengenal suara dari gembala mereka dan datang ketika ia memberi isyarat kepada mereka. Begitu akrabnya gembala dan domba-dombanya, membuat gembala memanggil mereka dengan nama mereka masing-masing.

Dalam musim dingin, gembala akan menghantar domba-dombanya ke tempat perlindungan komunal desa yang aman terkunci dan dikawal penjaga. Dalam bulan-bulan di musim kemarau, domba-domba biasanya dilepas di padang dan pada malam hari, domba-domba dikumpulkan ke dalam kawanan sambil dijaga oleh gembala sepanjang malam. Secara harafia, Gembala disebut “pintu” melalui mana domba-domba akan melewatinya.

Alkitab menggambarkan Allah sebagai seorang gembala yang membawa rasa aman dan damai bagi umat-Nya. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya (Mzm 120:8).

Bahkan, para pemimpin umat Allah disebut gembala: yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala (Bil 27:17).

Sebagaimana seorang gembala menjaga kawanan dombanya dan melindungi mereka dari bahaya, demikian pula Yesus siap sedia menjaga umat-Nya, Dialah gembala dan pemelihara jiwa kita (Bdk. 1 Ptr 2: 25). Betapa nikmatnya merasakan damai dan rasa aman dari Allah.

Bersyukur atas Yesus, Sang Gembala dan Para Pemimpin Kita

Yesus telah menyerahkan hidup-Nya untuk domba-domba-Nya, agar di dalam misteri penyelamatan kita, Ia dapat mengubah Tubuh-Nya dan Darah-Nya menjadi santapan, dan memberi makan domba-domba yang telah Ia selamatkan dengan Darah dan Daging-Nya sendiri. Ia menjadi kekuatan jiwa dan badan kita untuk terus menjalani ziarah kehidupan ini. Ia telah menunjukkan jalan agar kita ikuti, sekalipun diteror oleh ancaman ketakutan dan kematian.

Baca Juga  Buktikan Janjinya, NVB Bayar Gaji Pala Selvie yang Dipecat

Di pihak lain, beruntunglah kita memiliki pemimpin pemerintahan sipil bangsa dan negara kita. Ada pemimpin yang bertanggung jawab atas kehidupan kita. Syukur, kita memiliki pemimpin di negara ini.

Syukur pula bahwa para pemimpin kita dalam negara Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang patut dan wajib kita ikuti untuk memelihara kita dari paparan virus Corona. Mulai dari Bapak Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Hukum Tua hingga RT/RW sampai Pala/Jaga, memperhatikan kita dengan menjalankan tugas menjaga hidup segenap warga. Darinya, kita masih boleh saling tersenyum dan sapa dari rumah-rumah kita, walau senyum sapa itu masih terbungkus masker pelindung diri kita.

Bayangkan saja, kalau para pemimpin kita tidak memiliki perhatian untuk kita. Bayangkan saja, kalau pemimpin kita asal-asalan mengeluarkan kebijakan. Tentu sudah ada banyak air mata dan ratap tangis duka di Tanah Air tercinta ini.

Tuhan masih membicarakan cinta yang menggembalakan kita lewat para pemimpin kita; baik itu pemimpin sipil maupun para pemimpin Gereja dan keagamaan lainnya. Semuanya itu baik, demi pemeliharaan kehidupan segenap dan setiap kita. Sudah semestinya kita doakan para pemimpin kita.

Doa

“Tuhan Yesus, Engkau selalu menuntunku di jalan damai dan selamat yang sejati. Semoga, kami tak pernah meragukan kasih dan pemeliharaan-Mu dan juga agar kami tak berjalan tersesat di kehidupan ini. Lindungilah kami dan lindungilah para pemimpin negara dan bangsa kami dalam dekapan-Mu kasih-Mu. Lindungilah juga para dokter, para perawat dan relawan yang menjadi orang-orang terdepan menghadapi bencana Covid19 ini. Sembuhkan mereka yang sakit dengan berkat dan rahmat-Mu. Amin.”

John Lebe Wuwur, OCD
Sacred Heart Church Sonder,
Minahasa, North Sulawesi.

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0