HomePendidikan & Agama

Proficiat! 13 Suster JMJ Ikrarkan Kaul Pertama

Proficiat! 13 Suster JMJ Ikrarkan Kaul Pertama

TOMOHON, JP- Penyerahan diri secara total dengan hati yang tak terbagi dihayati dan diwujudkan dalam sebuah ikrar setia oleh 13 suster (Sr) dalam Kongregasi Suster-suster Jesus Maria Joseph (JMJ) yang akan menerima pengikraran Kaul Perdana.

Pengikraran Kaul Pertama ini dijalani oleh para suster JMJ dalam Misa Syukur yang akan berlangsung di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (02/02/2022) pagi ini pukul 09.00 Wita.

Ke-13 suster tersebut sebagai berikut:

1. Sr. Adelina Bete Klau
(Paroki Sta. Sesilia Kotafoun / Keuskupan Atambua)

2. Sr. Anselma Wea
(Paroki Sta. Maria Bintang Kejora Luwuk / Keuskupan Manado)

3. Sr. Bergita Do Santos
(Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo / Keuskupan Atambua)

4. Sr. Bernadette Benga Lawan
(Paroki Kristus Raja Waiwerang / Keuskupan Larantuka)

5. Sr. Demetriana Mea
(Paroki Sta. Sesilia Kotafoun / Keuskupan Atambua)

6. Sr. Emilia Udenge
(Paroki Raja Damai Banggai / Keuskupan Manado

7. Sr. Florentina Do Rego
(Paroki St. Arnoldus Yansen Labur / Keuskupan Atambua

8. Sr. Henny Christin Mona
(Paroki Maria Immaculata Soroako / Keuskupan Agung Makassar)

9. Sr. Katarina Uko
(Paroki St. Thomas Modo Buol / Keuskupan Manado)

10. Sr. Marietha Viviana Ladopurab
(Paroki Emaus Sorong / Keuskupan Manokwari – Sorong)

Baca Juga  Elly Usulkan Konsep "Leraning by Doing", Permudah ASN Talaud Kuliah

11. Sr. Novia Gres Cindy
(Paroki Maria Ratu Rosari Rantetiku / Keuskupan Agung Makassar)

12. Sr. Regina Millenia Bass
(Paroki Sta. Maria Fatima Nurobo / Keuskupan Atambua)

13. Sr. Vigilia Maria Lumi.
(Paroki St. Anthonius Padua Taratara / Keuskupan Manado)

Perayaan Kaul Pertama ini mengangkat tema: “Bukan Kamu yang Memilih Aku tetapi Akulah yang Memilih Kamu” (Yohanes 15:16)

Sejarah Kehadiran Suster-Suster JMJ di Sulawesi Utara

Pastor Ambrosius Wuritimur dalam bukunya “Karya Misi di Wilayah Keuskupan Manado”, sebagaimana dikutip dari tribunmanado.co.id, mengatakan para suster JMJ datang ke Sulut pada tahun 1898 (Stigters 1974: 468).

Kehadiran mereka ini menjawab apa yang jauh sebelumnya sudah dirintis oleh Provinsial dan imam-imam Jesuit yang meminta datang ke Indonesia.

Tahun 1868 Pater Provinsial Jesuit, L.v Gulick, telah memohonnya kepada pemimpin JMJ di Belanda, namun belum dapat dipenuhi karena mereka sangat kekurangan tenaga suster.

Permintaan berikutnya terjadi tahun 1884. Ketika itu misionaris pater J. van Meurs SJ yang bertugas di Hindia Belanda (Indonesia) memintanya kepada pimpinan JMJ tatkala ia menjalani masa cutinya di Belanda.

Ia meminta agar tarekat ini menangani pendidikan di Padang, Sumatera Barat. Permintaan ini disusul juga oleh permintaan yang sama di tahun itu dari Provinsial Jesuit, Pater F. Hejnen, lewat suratnya pada tanggal 26 Desember 1884.

Baca Juga  Maknai Masa Adven, Pastor dan Umat Katolik Paroki Airmadidi Donor Darah

Namun, sebagaimana permintaan yang pertama, permintaan ini pun ditolak dengan alasan yang kurang lebih sama, tenaga yang kurang, dan mereka yang masih fokus pada pelayanan umat di Belanda. Namun, seiringnya berjalannya waktu pikiran juga berubah.

Dari Minahasa datang juga permintaan yang tak henti-hentinya agar JMJ dapat berkarya di Sulut. Permintaan untuk datang ke Sulut dilakukan juga oleh Mgr. Walterus Staal SJ, Vikaris Apostolik Batavia.

Dalam suratnya tanggal 30 April 1897 Mgr. W. Staal menyatakan secara terbuka sebagaimana dilukiskan dalam buku “Derap Langkah Societas Jesus Maria Joseph Provinsi Indonesia” (selanjutnya disingkat “Derap Langkah”) bahwa “lahan pengabdian para biarawati JMJ ini adalah Kota Tomohon.

Tanah Toar Lumimuut ini dilukiskan sebagai daerah pengunungan berhawa sejuk, bersih dari panorama alamnya yang indah”.

Dalam surat itu uskup sangat mengharapkan agar suster-suster JMJ dapat berkarya dalam bidang pendidikan “terutama untuk mendidik dan mengangkat harkat para wanita muda Katolik dan anak orang-orang yang kala itu belum memiliki kesempatan sejajar dengan kaum pria” (Derap Langkah 2000: 10-11).

Baca Juga  2021, Digitalisasi Sekolah Dimulai, Dana BOS di Daerah 3T Ditingkatkan

Berdasarkan surat uskup itu, maka pimpinan JMJ memutuskan untuk merestui suster-suster JMJ dapat berkarya  di Minahasa, Sulut.

Enam orang suster JMJ yang diutus pertama merintis karya misi JMJ di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara. Mereka itu adalah Sr. Boniface Meyer, Sr. Basillisa Heister, Sr. Wencesias Te Poel, Sr. Dosithea Schambergen, Sr. Josephie van den Berg, dan Sr. Laetitia Loonen.

Mereka berangkat dari Belanda pada tanggal 2 Mei 1898 ke kota pelabuhan Marseille di Perancis. Dari sana mereka menumpang kapal laut “Semeru” menuju ke Batavia (Jakarta), dan tiba pada tanggal 1 Juni 1898. Mereka sempat ke Semarang untuk belajar bahasa Melayu, sesuatu yang diisyaratkan dalam surat dari Uskup Staal.

Selain itu, mereka juga belajar mengenai obat-obatan dan sejumlah ketrampilan di bidang kesehatan.

Pada tanggal 7 Juli 1898 mereka melanjutkan perjalanan ke Manado (Derap Langkah 2000:17) dan tiba pada tanggal 17 Juli 1898. Dengan naik roda sapi mereka menuju ke Tomohon (Derap Langkah 2000:18).

Dengan kehadiran suster-suster JMJ ini mulailah karya misi mereka di Sulut. Diantaranya di bidang pendidikan di mana suster-suster JMJ mengelola SMA Katolik Rex Mundi Manado dan SMK Familia Tomohon. (JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0