JAKARTA, JP- Polemik pengesahan omnibus law RUU Cipta Kerja di DPR RI baru-baru ini, meninggalkan cerita miris. Ketua DPR RI Puan Maharani menuai kontroversi, setelah putri Megawati Soekarnoputri ini diduga mematikan mikrofon anggota DPR RI Fraksi Demokrat Irwan Fecho saat sedang mengajukan interupsi terkait penolakan pengesahan RUU Cipta Kerja di di Gedung Parlemen Senayan, Senin (05/20/2020).
Momen yang menyita perhatian banyak pihak dan menuai beragam kecaman itu, tersebut terekam dalam sebuah video yang kini viral di media sosial. Nama politisi PDI Perjuangan in pun menempati trending topik di Twitter. Banyak netizen pun menyebut bahwa hal yang dilakukan oleh Puan sama saja dengan menghilangkan suara rakyat.
Dalam video berdurasi 7 detik itu terdengar Irwan mengatakan: “Menghilangkan hak-hak rakyat kecil. Kalau mau dihargai tolong ha..” belum selesai Irwan menyuarakan pendapatnya, tiba-tiba suara Irwan tak terdengar.
Dalam video yang dibagikan oleh Wakil Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Edwin Tandjung menunjukkan bahwa gestur tangan Puan seperti sedang menekan tombol.
Apa yang dilakukan Puan Maharani tak pelak menimbulkan kecurigaan dan kontroversi.
“Memalukan, melecehkan, dan sewenang-wenang. Puan Maharani telah melakukan contempt of parliament karena mematikan mikrofon saat anggota Fraksi Demokrat tengah menyampaikan pendapat,” ujar politikus Partai Demokrat Rachland Nashidik
Sementara politikus Partai Demokrat Andi Arief dengan satire mengungkit tangisan Puan.
“Anggota Fraksi Demokrat sedang bicara, tiba-tiba mic dimatikan. Dulu kau menangis saja kami berikan tampungannya dalam wajan-wajan penghormatan. Puan Marahani,” tulis Andi di twitternya.
Sementara itu, selaku pimpinan sidang Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin mengakui dirinya sempat berbisik kepada Puan.
“Mik di DPR itu secara tata tertib diatur setiap 5 menit orang bicara mati. Ada di dalam tata tertib. Nah saya berbisik kepada Bu Ketua supaya tidak doubling, suaranya tidak doubling ke saya,” katanya.
Disebutkan Azis, dalam bisikannya kepada Puan ia sebatas meminta agar tidak ada suara ganda di lalu lintas interupsi sidang paripurna. Apakah kemudian Puan mematikan mikrofon setelahnya, Azis tidak menegaskan.
“Permintaan saya supaya tidak double-ing. Tadi saya contohkan, saya mau nyalain zoom meeting suaranya keluar, Anda nyalain zoom meeting suaranya keluar, voice-nya doubling enggak? Double kan? Nah itu yang saya minta supaya saya bisa mendengar,” kata Azis.
“Tapi secara timer, secara tata tertib, setiap 5 menit dia mati mik itu, tanpa disuruh pun mati dia,” sambung Azis sambil meminta awak media menanyakanbya kepada Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar.
Sekretaris Jenderal DPR, Indra Iskandar ketika dikonfirmasi wartawan berdalih pimpinan sidang hanya menjalankan tugas untuk menjaga ketertiban peserta rapat saat menyampaikan pendapat.
“Jika sampai dimatikan mikrofonnya, itu hanya untuk menertibkan lalu-lintas interupsi. Pimpinan punya hak mengatur jalannya rapat,” tukasnya.
Iskandar menimpali pimpinan DPR bukan menghalangi Fraksi Demokrat berbicara, melainkan memberi kesempatan fraksi-fraksi lain menyampaikan pendapatnya.
“Semua diberikan waktu untuk berbicara, bergantian, bukan hanya Fraksi Demokrat,” tukasnya.
Soal mikrofon di ruang rapat paripurna DPR, lanjut Iskandar, memang sudah diatur otomatis mati setelah lima menit digunakan.
“Supaya tidak ada tabrakan audio yang membuat hang, maka perlu diatur lalu-lintas pembicaraan,” tandasnya.
Namun Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyayangkan hal ini.
“Begitulah wajah pimpinan di negeri tercinta ini. Sebagai pimpinan lembaga legislatif sejatinya Puan harus berpikir dan bertindak bijaksana,” ucapnya.
Ujang berpendapat apa yang dilakukan Puan Maharani itu sungguh sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai demokratis.
“Sebagai seorang politisi dan Pimpinan DPR harusnya bersikap sebagai seorang negarawan,” paparnya.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, jika mengaku sebagai wakil rakyat yang terhormat dan lembaga Parlemen terhormat seharusnya kejadian Puan Maharani mematikan mikrofon anggota DPR lain seperti itu tak terjadi.
“Mestinya saling menghormati antar sesama anggota DPR. Jika ada interupsi atau protes dari anggota DPR yang lain, ya harus didengarkan dan diterima,” pungkasnya. (Sc/WEci/JPc)
COMMENTS