HomeBerita UtamaSosok

Sam Ratulangi, Sosok Inspiratif Bagi Pdt Hanny Pantouw

Sam Ratulangi, Sosok Inspiratif Bagi Pdt Hanny Pantouw

MANADO, JP- Siapa yang tak kenal Pendeta Hanny Pantouw? Ia adalah Ketua Umum DPP Laskar Manguni Indonesia (LMI) yang bergelar Tonaas Wangko.

Lewat kiprahnya bersama ormas adat terbesar di indonesia ini, Pdt Hanny telah banyak memberi peran penting dan strategis dalam membangun kehidupan bersama yang lebih baik, tak hanya dalam kehidupan menggereja, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ia dianggap bukan hanya seorang seorang tokoh agama tapi juga sekaligus seorang tokoh maayarakat terbaik.

Lalu apa yang membuat suami dari Gembala Maidy Palar dan ayah dari Pamela dan Elia ini menjadi sosok terbaik?

Ketika ditemui jejakpublik.com, Pdt Hanny mengaku ia terinspirasi dari Pahlawan Nasional Sam Ratulangi. Putra terbaik Sulawesi Utara dan indonesia yang lahir di Desa Tounkuramber, Kabupaten Minahasa, pada tanggal 5 November 1890 dengan nama Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi.

Menurut Koordinator Wilayah Gereja Bethel Indonesia (GBI) ini, Sam Ratulangi merupakan tokoh nasional yang memiliki pemikiran global namun tidak pernah melupakan akar budaya, daerah asalnya yakni tanah Minahasa.

Dan itu tergambar jelas dengan filosofinya “Si Tou Timou Tumou Tou” yang artinya manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain.

“Filosofi dari Sam Ratulangi ini tidak hanya mendunia, tapi juga memberikan support kebaikan yang telah diwariskan Sam Ratulangi untuk ISulut, Indonesia dan bahkan dunia,” ujarnya.

Bagi Pdt Hanny, jika filosofi ini dijalankan dengan baik oleh setiap manusia maka tidak akan ada yang namanya membunuh orang, mencaci maki orang, mencabuli dan memperkosa orang, membully orang, menebar hoax atau berita bohong dan sebagainya.

Baca Juga  Ratusan Hektar Lahan Terbakar, Pemprov Sulut Prioritas Penanganan Karhutla

“Justru sebaliknya dengan menghidupi filosofi Sam Ratulangi tersebut maka akan tumbuh sikap saling membantu, bergotong royong, peduli, menghargai dan mencintai satu dengan yang lain dan sebagainya,” katanya.

Diakui Pdt Hanny, filosofi ini telah menginspirasi kehidupannya selama ini. Dari usia 13 tahun, Pdt Hanny telah menjalani hidupnya di jalanan kota Jakarta selama kurang lebih 28 tahun dan bahkan terjun di dunia hitam. Tapi di tahun 1997 atau 23 tahun silam, Pdt Hanny bertobat, lalu kembali ke Manado dan menjadi seorang hamba Tuhan.

Dan dari pertobatan itu, Pdt Hanny mulai menjalani hidup yang lebih baik sejalan dengan filosofi Sam Ratulangi.

Tak hanya tampil melayani jemaat di mimbar gereja menyampaikan Firman dan memberikan kesaksian hidup yang lebih baik, Pdt Hanny juga mencurahkan perhatiannya yang besar terhadap persoalan yang terjadi di tengah masyarakat.

Dan bahkan ia rela turun ke jalan memperjuangkan kebenaran dan keadilan, termasuk ikut memediasi ketika ada rumah ibadah yang hendak dieksekusi pengadilan.

Ia dengan berani dan lantang melayangkan protes ketika mengetahui banyak gereja di luar Sulut yang ditutup paksa atau dirusak oknum tertentu.

Ia tak pernah henti menyuarakan toleransi beragama dan mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai di tengah keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) serta selalu tampil terdepan meredam setiap potensi konflik SARA di Sulut.

Pdt Hanny juga selalu berada di garis depan mengawal Pancasila dan NKRI. Ia bahkan rela siap mati demi mempertahankan Pancasila dan NKRI dari ancaman kelompok radikalisme dan terorisme.

Dan ketika mendirikan dan memimpin LMI, Gembala GBI Harmagedon di Jalan Sea, Kelurahan Malalayang Satu Barat Kecamatan Malalayang Kota Manado ini benar-benar menghidupi filosofi Sam Ratulangi tersebut dalam pejalanan ormas adat tersebut hingga saat ini.

Baca Juga  Hebat! Tumimomor Wakili Indonesia Tengah di Tim Formatur Penyusunan Pengurus KADIN Indonesia

“Ketika mendirikan LMI, yang saya inginkan agar ormas adat ini berskala nasional dan bahkan dunia. Namun yang lebih saya inginkan adalah LMI hadir memberikan manfaat dan menjadi berkat bagi bangsa Indonesia dan bagi banyak orang,” jelasnya.

Harapan Pdt Hanny tersebut telah tergambar jelas dengan begitu fenomenalnya LMI. Meski baru berusia belia yakni baru 5 tahun saat ini, LMI telah menjelma menjadi ormas terbesar di Indonesia. Dan pengakuan ini datang langsung dari Kementerian Dalam Negeri RI. Bahkan yang tak kalah hebatnya, kepengurusan LMI yang sangat NKRI ini (terdiri dari berbagai suku, agama dan antargolongan) tidak sebatas bersekala lokal dan nasional tapi sudah internasional (mendunia, red). Terbukti dengan hadirnya LMI di negara adidaya Amerika Serikat, tepatnya di 29 negara bagian.

Tak hanya itu. Yang mengagumkan sosok yang dianggap sebagai tokoh masyarakat dan tokoh agama ini berhasil mengubah image masyarakat terhadap ormas dari yang negatif menjadi positif lewat kehadiran LMI yang menjadi berkat bagi banyak orang.

“Kenapa demikian? Karena hidup ini hanya sekali dan singkat, tapi jika hidupmu bermanfaaf dan menjadi berkat bagi orang lain maka sekali itu cukup. Tetaplah bergerak dengan resiko jatuh dari pada diam dan membusuk,” tegas Pdt Hanny sembari menyebut itulah prinsip hidup yang selalu ditanamkannya kepada seluruh anggota LMI,” paparnya.

Menariknya, banyak orang pun mengibaratkan Pdt Hanny seperti cicak.

Baca Juga  Akui Terima Rp 600 Juta, Kesaksian Bowo Sidik Sudutkan Bupati Minsel

“Banyak orang bilang saya itu seperti cicak. Cicak itu selalu ada di mana-mana, ada di kuburan tapi juga ada di istana. Saya katanya selalu ada di mana-mana. Dan itu semua saya amini karena saya terinspirasi dari Sam Ratulangi,” tukasnya.

Pdt Hanny pun bersyukur lewat pertobatannya, ia menjadi seorang manusia yang memiliki pengalaman hidup yang bisa bermanfaat dan menjadi berkat bagi orang lain.

“Orang-orang bilang ke saya begini. Bahwa banyak yang menjadi pendeta, tapi jarang menemukan pendeta yang berasal dari dunia hitam seperti dirinya. Banyak hamba Tuhan yang memimpin jemaat, tapi sedikit hamba Tuhan yang juga memimpin ormas terbesar di Indonesis seperti dirinya. Banyak juga yang pengusaha tapi sangat sedikit yang terlibat aktif dalam kegiatan sosial seperti yang dia lakoni bersama LMi selama ini. Banyak yang menjadi politisi, namun sangat sedikit politisi yang benar-benar menyuarakan kebenaran dan membela keadilan bagi masyarakat seperti dirinya. Mereka katakan justru Pendeta Hanny mampu melakoni semuanya. Saya pun mengamininya sembari mengatakan apa yang saya lakukan itu semua karena saya terinspirasi dari Sam Ratulangi,” tandasnya.

Dan di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi Pilkada Serentak tahun 2020 saat ini, Pdt Hanny pun berharap kepala derah yang terpilih di 8 Pilkada se-Sulut harus mampu menjadi seperti Sam Ratulangi.

“Untuk kepala daerah yang nantinya terpilih, jadilah pemimpin yang berpikir global namun tak lupa akan akar budayanya, dari mana dia berasal seraya mewujudkan filosofi Sam Ratulangi ‘Si Tou Timou Tumou Tou’, manusia hidup untuk menghidupkan orang lain,” pungkasnya. (Simon/JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0