Bagi Bapak Ibu, Saudar/i, sahabat kenalan dan handai taulan yang ku kasihi di Indonesia.
Pesan saya Sr Ninny dari Italia yang mengalami langsung situasi seputar corona virus (Covid-19).
Tolong taati peraturan pemerintah. Kalau diminta untuk tinggal di rumah saja tolong taati dan jangan isi kesempatan untuk pergi ke tempat-mana (tempat) ramai. Hindari untuk sementara kontak tubuh dan menjaga jarak satu meter antara satu dengan yang lain, apabila harus keluar untuk hal-hal yg betul-betul sangat mendesak.
Tolong dengan sangat untuk belajar dari pengalaman orang lain. Italia kini harus membalas “kebandelan” mereka dengan ribuan korban jiwa. Setiap hari harus mendengar ratusan ambulance.
Mohon dengan sangat,,,!
Mati hidup (memang) di tangan Tuhan. Tapi kita telah dibekali akal budi untuk dapat mempertahankan hidup kita. Allah memmbantumu, kalau kamu mau bekerja sama dengan-Nya untuk membantu dirimu sendiri.
Terima kasih. Salam dan Doa.
Sr. Nini Ladja, yang bertugas di Italia.
Demikian bunyi sepucuk surat yang ditulis oleh seorang biarawati Katolik asal Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Suster Nini Ladja, yang kini bertugas di Italia.
Ia menulis sepucuk surat kepada masyarakat Indonesia karena tak ingin saudara-saudarinya di tanah air mengalami seperti yang terjadi di Italia.
Melalui surat ini, Suster Nini mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tidak mengabaikan himbauan terkait ancaman penyebaran virus korona (Covid-19) yang kini merenggut ribuan nyawa di seantero dunia.
WAJAH ITALIA
Tak terbayang oleh negara Mediterania (Italia, red) itu ketika seorang pensiunan pekerja bangunan di Italia jadi penderita pertama yang meninggal di Eropa sebulan lalu akibat terpapar virus korona.
Ketika itu situasi di Italia masih normal seperti biasanya. Kafe-kafe dan bar penuh sesak, tempat-tempat wisata ramai pengunjung, dan kehidupan politik masih sedramatis biasanya.
Namun hanya dalam waktu sebulan sejak kematian pertama tersebut, potret kehidupan di Negeri “Pizza” ini langsung berubah drastis.
Sekarang situasinya berbeda jauh.
Jalan-jalan di seluruh Italia hampir kosong, lalu lintas hilang. Sebagian besar tempat usaha ditutup,. Para politisi sangat sibuk, tenaga medis kewalahan melayani pasien yang berdatangan.
Hal ini memicu krisis kesehatan masyarakat. Padahal Italia belum lama disebut menjadi salah satu negara dengan tingkat kesehatan masyarakatnya paling baik di dunia.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di Italia pun tertinggi di dunia, menyalip China tempat wabah ini pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Berdasarkan data Worldometers, tercatat ebih dari 4.800 orang Italia telah meninggal karena virus corona di negara Mediterania itu. Dan lebih dari 53.000 53.578 orang terinfeksi virus korona dan 6.072 pasien telah pulih sepenuhnya.
Pemerintah setempat memberlakukan warga dilarang ke luar rumah kecuali ada hal yang mendesak. Terutama para penduduk lanjut usia untuk tetap di dalam rumah sepanjang hari. Sebab, rata-rata usia penduduk korban meninggal di Italia ada di angka 78,5.
Polisi di Roma mengecek dokumen dan memberikan denda bagi mereka yang ada di luar tanpa alasan yang kuat. Mereka yang berjalan-jalan akan didenda jika mereka melanggar aturan.
Pemerintah Italia yakin pengawasan ketat dan denda akan berhasil, meski kebijakan ini akan berdampak pada terpuruknya ekonomi Italia dalam jangka pendek. (JPc)
COMMENTS