SIAPA yang tak kenal Pendeta (Pdt) Hanny Pantouw STh? Dia adalah seorang tokoh agama sekaligus tokoh adat dan tokoh masyarakat Sulawesi Utara. Karenanya, jejakpublik.com tertarik untuk mengulas sepenggal potret kehidupan dari sosok yang sangat inspiratif ini.
Dirikan LMI, Ormas Adat Nasionalis dan Terbesar di Indonesia
Untuk lebih maksimal dalam mendukung pemerintah dan TNI/Polri dalam menjawab persoalan bangsa Indonesia, pada bulan Oktober 2015 Pdt Hanny mendirikan ormas adat Laskar Manguni Indonesia yang disingkat LMI, dan sekaligus menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ormas Adat tersebut dengan gelar Tonaas Wangko. LMI dibangun dalam kebersamaan dan karena itulah semboyan ormas adat ini adalah “Bersama Kita Bisa”.
Dalam beberapa kali pidato di kegiatan LMI, Pdt Hanny selalu menegaskan bahwa ormas adat ini dibangun dirinya dan beberapa teman. Di mana semuanya sepakat bahwa LMI merupakan ormas nasional, terbuka terhadap semua suku, agama, ras dan golongan.
Karena itu dalam pidatonya sebagai Tonaas Wangko, Pdt Hanny selalu menegaskan bahwa tidak boleh ada satupun orang yang mengklaim dia yang mendirikan LMI. Tidak boleh ada satupun yang mengatakan sebagai orang yang telah membesarkan LMI. Sekecil apapun kontribusi yang diberikan orang tersebut sudah ikut membesarkan LMI. Bahkan Pdt Hanny menegaskan bahwa dirinya sekalipun tidak boleh mengatakan hanya dia yang mendirikan dan membesarkan LMI .
“Karena LMI dibangun bersama, menjadi milik bersama dan bersama kita bisa,” tegasnya.
Dan setelah sepakat mendirikan LMI dan menjadikannya ormas adar nasional, Pdt Hanny bersama beberapa temannya menyusun AD/ART LMI di Panti Rehab Narkoba di Bukit Parepei Romboken Kabupaten Minahasa selama 2 minggu lalu mendeklarasikan LMI, yang dihadiri ribuan Laskar Manguni berpakaian serba hitam dan loreng, bertempat di lapangan basket kompleks Megamas, Boulevard Manado, pada tanggal 03 Mei 2016.
Kemudian bulan Juli 2017 Pdt Hanny resmi mendaftarkan LMI di Kementeian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI. Yang mengejutkan, usai mendaftar Pdt Hanny mendapat pengakuan dari Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) bahwa LMI merupakan ormas adat terbesar di Indonesia. Ternyata hanya dalam waktu yang sangat singkat, karena baru setahun lebih, Pdt Hanny membuat LMI sudah menjelma menjadi sebuah kekuatan besar di Indonesia.
Ya, pengakuan ini bukan tanpa dasar. LMI
memiliki kepengurusan resmi baik DPP dengan 12 departemen maupun pengurus daerah yang tersebar di 18 Provinsi se-Indonesia dengan sebutan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 83 Kabupaten/Kota se-Indonesia dengan sebutan Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Belum terhitung dengan kepengurusan di tingkat kecamatan dan desa..
Bahkan hanya dalam waktu singkat Pdt Hanny sudah membawa LMI ke level dunia. Hal ini menyusul terbentuk dan telah dilantiknya kepengurusan LMI di 29 negara bagian di Amerika Serikat dan kini dalam persiapan pelantikan pengurus LMI di 3 negara lain yakni Jepang Korea dan Filipina serta akan terus mengembangkan sayap ke negara-negara lainnya. LMI menjadi satu-satunya ormas yang melantik pengurusnya hingga di luar negeri.
LMI juga memilik 12 Organisasi Sayap (Orsap), 2 Badan, 2 lembaga yang cukup beragam seperti yang melibatkan purnawirawan TNI-Polri untuk menangkal ancaman terorisme, radikalisme dan intoleran, Ocean Going yang beranggotakan para pelaut internasional yang setiap harinya berada di kapal-kapal pesiar yang berlayar ke pelosok dunia dengan tugas mempromosikan pariwisata Sulut dan Indonesia di negara-negara yang dikunjungi, LMI Milenial yang beranggotakan anak-anak muda, Badan Anti Korupsi, Badan Anti Narkoba, Detasemen Wirabudaya ( DENWA) LMI, Bifi Merah, LMI2, Otomoto, Manguni Muda Indonesia, Jelita, LMI Country dan sebagainya.
Selain itu pula, kepengurusan DPP diisi banyak tokoh yang memiliki latar belakang proesi yang berbeda. Bahkan tidak sedikit pengurus DPP merupakan politisi, Anggota DPRD Kabupaten/Kota dan Provinsi hingga kepala daerah serta tokoh nasional asal Sulut.
Sejak awal berdiri Pdt Hanny membawa LMI sebagai Ormas Adat yang hadir bukan atas kepentingan sendiri tapi merupakan panggilan ibu pertiwi untuk menjaga dan membangun Indonesia. LMI dilarang terlibat memprovokasi kalau terjadi konflik SARA, tetapi menjadi pendingin dan memberikan solusi.
“Saya tegaskan bahwa kalau sudah menyangkut persoalan sara, suku agama LMI boleh hadir tapi menjadi pendingin dan pemberi solusi, dan menjadi perekat untuk bangsa ini. Tapi kalau sudah menyangkut makar, radikalisme dan terorisme, LMI harus berada didepan untuk bertarung dalam hal-hal seperti ini. Itu komitmen kita bersama.” tegasnya dalam beberapa kesempatan.
Selain itu, Pdt Hany juga menegaskan LMI tidak berafiliasi dengan partai politik tertentu, namun akan berada pada posisi mendukung pemerintahan yang sah. LMI siap berdiri paling depan menentang pihak atau oknum yang coba-coba mengganggu Pancasila dan merusak NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
Sebagai sebuah ormas, LMI memiliki visi yakni: “Terwujudnya Masyarakat Adat yang Mandiri, Berbudaya, Berdaulat dan Bermartabat”.
Sementara Misi LMI yakni: “Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Adat yang Mandiri Secara Ekonomi, Berbudaya Berdasarkan Nilai-Nilai Adat Istiadat, Berdaulat Menurut Ketentuan Perundang-undangan dan Bermartabat Berdasarkan Nilai-Nilai Moral, yang Mempunyai Doktrin sebagai Pedoman, Pegangan serta Bimbingan Dalam Melaksanakan Segala Kegiatan di Dalam Bidang Keamanan dan ketertiban Masyarakat, Sosial dan Budaya, Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM), Mental Spiritual dan juga Pendidikan”.
Menariknya, LMI ternyata memiliki doktrin bagi pengurus dan anggotanya. Ada sembilan poin dalam doktrin LMI tersebut, yakni:
1. Percaya adanya Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta (Malo’or Ne Si Empung)
2. Bersatu Seia Sekata (Maesa esaan)
3. Saling Mengasihi (Maupus Upusan)
4. Saling Menghormati (Masigi Sigian)
5. Saling Membantu (Masawang Sawangan)
6. Saling Bekerjasama (Mapalus)
7. Saling Menopang (Matombo Tomboan)
8. Saling Berlaku Baik (Meleo Leosan)
9. Saling Mendengar (Malinga Lingaan)
Lebih jauh di kepemimpinan Pdt Hanny, LMI mengusung 4 komitmen penting. Pertama, LMI menjadi ormas yang aktif dan terus membangun sinergitas dengan pemerintah pusat dan daerah serta TNI/Polri. Juga melakukan sejumlah program penting dan strategis tidak hanya untuk kepentingan memajukan organisasi, tapi juga untuk kepentingan masyarakat, daerah dan bangsa Indonesia.
Kedua, meski ormas adat ini berasal dari tanah Minahasa dan dirinya merupakan seorang Pendeta, tapi LMI tetap menjadi ormas nasional yang terbuka dengan semua suku, agama, ras dan antar golongan, karena LMI dibangun dengan rasa kebersamaan. Malah ada yang ketua DPD-nya atau Tonaas adalah seorang wanita muslim seperti DPD LMI Bolmong Timur yang ketuanya seorang wanita muslim berdarah Mongondow-Gorontalo, Amalia Ramadhan S Landjar. Juga Tonaas atau Ketua DPW LMI Kalimantan Timur (Kaltim) dijabat Syarif M., pria muslim asal Kaltim.
Ketiga, LMI menjadi ormas pendingin jika ada potensi konflik di tengah masyarakat, dengan tetap membangun sinergitas bersama pemerintah, tokoh agama dan masyarakat serta TNI dan Polri
Keempat, bahwa spirit LMI adalah mendukung pemerintah yang sah dan TNI/Polri, mengawal Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan toleransi antar agama, suku, etnis, ras dan golongan.
“Saya tegaskan bahwa kalau sudah menyangkut persoalan sara, suku agama LMI boleh hadir tapi menjadi pendingin dan pemberi solusi, dan menjadi perekat untuk bangsa ini. Tapi kalau sudah menyangkut makar, radikalisme dan terorisme, LMI harus berada didepan untuk bertarung dalam hal-hal seperti ini. Itu komitmen kita bersama,” tegas Pdt Hanny dalam setiap kesemlatan.
Hingga kini LMI baru menggelar Musyawarah Besar (Mubes) I pada tanggal 18-20 September 2019) di Manado, Di Mubes itu Pdt Hanny terpilih kembali pimpin LMI karena dinilai sangat berhasil membangun LMI dengan segala pengorbanan yang luar biasa.
Pdt Hanny menegaskan bahwa setelah lima tahun pertama masih dalam tahap konsolidasi, kini lima tahun ke depan LMI akan terus bergerak lebih aktif agar menjadi pemain nasional agar apapun kebijakan dan rekomendasi LMI bisa diperhitungkan secara nasional. Bahkan Pdt Hanny menargetkan kedepan LMI akan berkembang menjadi lebih besar dan akan ada di 34 Provinsi dan 400 Kabupaten/Kota se-Indonesia.
Ubah Image Negatif Masyarakat Terhadap Ormas
Sentuhan sosok berkarakter sang hamba Tuhan yang telah banyak berkorban dalam membesarkan organisasi ini, membuat LMI tidak hanya menjadi ormas yang berbeda dari yang lain, tapi juga sukses mengubah image negatif masyatakat terhadap ormas selama ini dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Hal menarik lain, dalam setiap kegiatan ormas ini selalu diawali dan diakhiri dengan ibadah yang mana pembawa Firmannya langsung oleh sang ketua umum, Pdt Hanny.
Ia tak sekedar membentuk ormas adat tapi menjadikan ormas tersebut wadah perjuangan baik bagi anggota sendiri maupun bermanfaat bagi banyak orang. Pdt Hanny menginginkan semua orang yang mau bergabung dan kemudian menjadi anggota LMI harus tumbuh menjadi pribadi yang baik dan lebih baik lagi, dan bukan sebaliknya. Bahkan ia berulang kali menegaskan bahwa lebih baik banyak preman yang masuk LMI lalu bertobat dan menjadi orang baik dari pada satu orang baik masuk LMI tapi kemudoan menjadi tidak baik. Dan ini sudah dibuktikan Pdt Hanny selama ini.
“Marilah kita bersama-sama bekerja menjadikan LMI sebagai wadah perjuangan untuk menjadi berkat bagi banyak orang,” ajak Pdt Hanny saat dilantik oleh Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE menjadi Ketua Umum DPP LMI di periode kedua tahun 2020 – 2025. (Bersambung)
COMMENTS