STEVI Rico Koraag, koreografer handal di sejumlah iven tak pernah menyangka dipercaya menjadi koreografer tiga tarian kolosal yang akan menjadi acara pembuka Festival Pesona Selat Lembeh (FPSL) 2019, Bitung, Sulawesi Utara, yang berlangsung di lapangan utama Kompleks Pasukan Satuan Patroli Pangkalan Laut TNI AL Kota Bitung, Senin (07/10/2019) esok.
Tentunya ada alasan dari panitia mengapa memilih Stev menjadi koreografer pada acara pembukaan FPSL.
“Stev berpengalaman sebagai koreografer. Ia juga atlet PON sekaligus pelatih Sport Dance. Selain itu ia perancang busana karnaval. Ia pernah terlibat dalam acara Jember Fashion Carnaval,” ungkap Ketua Panitia FPSL 2019 Andre Sumual.
Pria kelahiran Pineleng, Minahasa 23 September 1981 ini mengaku merasa berat menerima tugas yang diberikan ini.
“Ini kali pertama saya terlibat dalam kegiatan Festival Pesona Selat Lembeh. Apalagi saya dipercaya menangani untuk acara pembukaan,” ujar Stev.
Stev, sapaan akrabnya terlihat serius saat latihan bersama 450 murid-murid SD dan siswa-siswi SMP pada Jumat (4/10) sore. Khusus siswa-siswi SMP berasal dari SMP Negeri 1 Bitung dan SMA Negeri 2 Bitung.
Pria berusia 38 tahun ini mengaku mempersiapkan tarian kolosal untuk festival bertema “The Garden of Fish” ini selama satu bulan.
Tarian kolosalnya ini ia bagi dalam tiga segmen. Untuk acara pembukaan ia tampilkan tari “Pukul Tambor”. Dilanjutkan dengan tari tema festival “The Garden of Fish”. Dan sebagai tarian puncak adalah ”Maengket”, tari khas adat dari Minahasa sebagai ucapan rasa syukur setelah panen padi yang dilakukan sembari bernyanyi.
Selama latihan ada hal-hal yang menjadi kendala. Kita tahu betapa sulitnya menangani anak-anak. Terutama menghafal gerakan dan susah diberi tahu untuk mengikuti instruksi.
“Saya berusaha tetap sabar dan santai menghadapi anak-anak,” katanya.
Sebelum dipercaya sebagai koreografer pada acara pembukaan FPSL 2019, Stev pernah terlibat dalam rangkaian acara “Kapsul Waktu” tahun 2015 di Manado.
Stev mengaku menyukai dunia tari sejak kelas 3 SD. Ia lalu serius menggeluti tari selama dua puluh tahun hingga dipercaya sebagai koreografer. Selain sibuk menjadi pelatih tari ia juga menjadi perancang busana.
Stev baru tiga tahun kembali ke kampung halamannya. Sebelumnya sejak SD sampai kuliah ia besar di Kota Batam mengikuti orangtuanya yang pindah ke sana.
Stev bertekad memajukan dunia tari di kampung halamannya.
“Di kota orang saya bisa membangun tari di sana (Batam), masa daerah sendiri tidak bisa,” tandasnya. (JPc/Abi Hasantoso)
COMMENTS