LEMBATA, JP- Dunia pendidikan ikut terdampak akibat pandami Covid-19. Seperti yang terjadi di SMA Frater Don Bosco Lewoleba Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Di mana para guru di sekolah ini mewajibkan para siswa untuk belajar dari rumah.
Meski demikian, mereka tidak berpangku tangan, melainkan terus memonitor perkembangan belajar para siswa mereka dan memberikan support.
Terbukti, dengan menerapkan program “Home Visit” (kunjungan ke rumah, red). Di mana para guru melakukan kunjungan ke rumah para siswa mereka selama 4 hari mulai tanggal 13-16 Mei 2020, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan social distancing. Dalam kunjungan ini, para guru dibagi dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 2 orang guru bahkan juga 4 hingga 6 orang guru
Namun penerapan program ini membutuhkan pengorbanan yang luar biasa dari para guru SMA Frater Don Bosco Lewoleba. Betapa tidak, untuk sampai ke rumah masing-masing anak didiknya, mereka harus menempuh perjalanan jauh.
Maklum para siswa ini tinggal di beberapa kecamatan yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di Kecamatan Nubatukan, Kecamatan Nagawutun, Kecamatan Ile Ape, Kecamatan Lebatukan, Kecamatan Lodoblolong, Kecamatan Boto, Kecamatan Omesuri dan Kecamatan Buyasuri. Yang mana jarak dari sekolah ke masing-masing kecamatan (rumah siswa, red) berjarak puluhan kilometer. Meski demikian para guru dengan semangat menjalani program “Home Visit” tersebut.
Kepala Sekolah SMA Frater Don Bosco Lewoleba Frater Norbertus Banusu, CMM, M.Pd ketika dikonfirmasi jejakpublik.com, tak menampik hal itu.
Diakuinya, karena belum memiliki akses infrastruktur dan jaringan yang baik dan memadai, maka strategi “Home Visit” pun diambil bersama para guru untuk memonitoring, memberi dorongan dan motivasi bagi para peserta didik bersama para orangtua/wali untuk tetap belajar dari rumah.
“Pemberlakuan belajar dari rumah sudah dimulai sejak 20 Maret 2020 hingga saat ini. Hanya saja para siswa di sekolah ini banyak berasal dari kecamatan dan desa yang jauh dari pusat kota dan kabupaten, sehingga pembelajaran online tak mudah dilakukan oleh para peserta didik dan guru,” ujarnya.
Dijelaskan Frater Nobert, dengan strategi “Home Visit” sangat terlihat partisipasi dan keaktifan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
“Kita semua sama-sama bersinergi dan bekerja keras guna menyukseskan pendidikan di SMA Frater Don Bosco Lewoleba kita tercinta ini,” katanya.
Strategi ini, lanjut Frater Nobert, memberi pesan pentingnya membangun komunikasi antar guru, peserta didik dan orangtua/wali demi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan yang diharapkan.
Sementara itu, Rita Betekeneng salah seorang guru SMA Frater Don Bosco Lewoleba mengaku senang setelah melihat perkembangan yang baik dari para siswa selama belajar di rumah, meski harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.
“Kami melihat langsung keseriusan siswa untuk belajar di rumah, partisipasi orang tua dengan guru dan siswa, bisa langsung berkominikasi dengan siswa dan orang tua. Kami merasa bangga melihat para siswa menyelesaikan tugas dan membantu orang tua,” ungkap Betekeneng.
Sementara itu, “Home Visit” yang diterapkan para guru ini mendapat apresiasi dari orang tua/wali murid. Salah satunya datang dari Karolus Tupen Nilan
“Saya selaku orang tua mengucapkan terima kasih banyak kepada kepala sekolah dan guru-guru (SMA Frater Don Bosco Lewoleba) yang sudah susah payah turun ke rumah-rumah untuk bisa menemui dan mengajar siswa sekaligus bisa melihat rumah kami ini,” katanya.
Senada disampaikan orang tua siswa lainnya Yan Leuape dari Desa Mahal Kecamatan Omesuri.
Namun demikian ayah dari Son Leuape, salah satu siswa SMA Frater Don Bosco Lewoleba ini, mengaku kesulitan membayar SPP di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Terkait dengan SPP harus tetap dibayar, tetapi saya sangat prihatin dengan keadaan kami sebagai orang tua karena orang tua saja dibantu oleh pemerintah dalam bentuk BLT, ekonomi masyarakat sekarang sangat sulit,” tandas Leuape. (JPc)
COMMENTS