(Mrk. 4:35-40)
HIDUP kita bagaikan kapal dan dunia ini bagaikan samudera. Sepanjang hayat kita mengarungi dunia ini. Layaknya kapal yang menerjang ombak dan badai, kita berhadapan dengan masalah dan tantangan. Kita sering takut dan gemetar layaknya para rasul. Tak jarang juga kita menyerah dan putus asa. Bagi mereka yang kurang percaya diri, mereka cenderung menyalahkan diri sendiri. Bagi yang enggan disalahkan, mereka cenderung menyalahkan orang lian. Bagi yang marah kepada Allah, akan menyalahkan Tuhan layaknya para murid terhadap Yesus. Mereka menganggap Tuhan tidur dan tidak peduli. Bahkan mereka menuduh Tuhan yang menyebabkan penderitaan mereka.
Saudara, kita mungkin tidak bisa menguasai keadaan di sekitar kita. Kita juga tidak bisa menyalahkan orang lain, apalagi Tuhan. Lalu apa yang kita bisa buat? Pertama, kita perlu belajar tenang. Di dalam setiap masalah sudah terkandung solusi. Kita sering kurang mampu melihat solusi itu karena hati kita kacau. Untuk bisa melihat solusi, kita perlu hening. Ketika kita mampu hening, hati kita lebih jernih dan budi kita semakin tajam. Dengan begitu kita bisa menemukan solusi.
Kedua, kita perlu berhenti menyalahkan baik diri kita, sesama maupun Tuhan. Sikap menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah, sebaliknya akan memperumit masalah. Setiap pribadi tidak sempurna. Kita pasti memiliki kelemahan. Maka sangat mungkin melakukan kesalahan. Kalau kita salah, lebih tepat memperbaiki diri. Kalau orang lain salah, lebih tepat beri masukan. Sikap seperti ini membantu kita berkembang. Sedangkan sikap menyalahkan hanya akan menuntun kita untuk mencari kambing hitam. Sikap ini hanya membawa dampak negatif semata.
Ketiga, Tuhan selalu menyertai kita. Ada ungkapan bijak, “Gusti ora sare” yang berarti Tuhan tidak tidur. Tuhan menyertai kita sepanjang masa. Ia senantiasa hadi dalam suka duka hidup. Ia tidak tidur, kitalah yang terlelap dalam kesedihan, kekecewaan dan kemarahan. Perasaan-perasaan inilah yang menguasai diri kita sehingga kita kurang mampu menyadari kehadiran Tuhan. Oleh karena itu ketika memiliki masalah, lebih baik kita meminta pertolongan Tuhan daripada menyalahkan-Nya. Ia adalah Bapa kita. Ia mencintai dan mendidik kita, bukan memanjakan kita. Di dalam Tuhan tidak ada jalan pintas (shortcut), yang ada jalan panjang, yakni jalan salib. Jalan salib memang kelihatan berat tapi menuju kebangkitan. Sedangkan jalan pintas kelihatan mudah tapi menuju kehancuran.
Saudara, di sekolah kita diberi pelajaran kemudian akan diberi ujian. Sedangkan dalam hidup, kita akan menghadapi ujian yang memberikan pelajaran hidup. Masalah adalah bagian dari usaha menemukan pelajaran hidup. Mari kita menghadapi masalah dan mengatasinya, maka kita akan memperoleh pelajaran hidup.
Penulis:
COMMENTS