Penulis: Pastor Yongki Wawo, MSC
BIASANYA pada setiap Sabtu pertama dalam bulan September ada ribuan peziarah dari berbagai kota di Perancis datang ke Issoudun. Itulah kesempatan yang biasa disebut ” le grand pèlerinage annuel à Notre-Dame du Sacré-Coeur” atau ziarah nasional tahunan kepada Bunda Hati Kudus di Issoudun.
Generasi tua selalu ingat bahwa ziarah nasional jatuh pada tanggal 8 September. Maklum hal ini sudah berlangsung ratusan tahun, sejak tanggal 8 September 1869, hari pemahkotaan patung Bunda Hati Kudus di Issoudun atas nama Paus Pius IX oleh uskup agung Bourges pada waktu itu.
Berdasarkan data historis, tampak jelas bahwa pada pemahkotaan pada tahun 1869 jumlah peziarah lebih banyak jika dibandingkan dengan 30 tahun belakangan ini. Menurut La Semaine Religieuse du Berry pada bulan September 1869, “Bulevar yang dibuka dengan lengkungan kemenangan tampak seperti hutan dedaunan yang tidak dapat ditembus. Ada begitu banyak hiasan karangan bunga yang melintasi di atas kepala kita dan membentang lebih elegan ke jalan-jalan kota. Ribuan lencana untuk Bunda Maria dan Hati Kudus, spanduk bertuliskan prasasti dan doa-doa saleh bertemu di setiap langkah, di kanan dan kiri mahkota yang digantung. »
Pada saat itu ada sekitar tiga puluh ribu orang peziarah memadati kapel Bunda Hati Kudus Issoudun. Empat belas uskup dan sekitar 700 imam hadir. Pada pagi hari, Uskup Agung Bourges, Uskup de la Tour d’Auvergne, dengan khidmat memberkati kapel Our Lady of the Sacred Heart dan memberkati altar, dan pada saat yang sama dengan Uskup Autun memberkati altar tinggi.
Sekitar pukul 4 sore prosesi dimulai dengan para uskup dan banyak peziarah; ratusan imam berparade, mengenakan surplice Romawi. Itulah kenangan masa jaya di mana semangat devosional orang- orang Perancis masih begitu kental.
Zaman berubah. Mentalitas berubah. Peziarah tidak sebanyak dulu. Beberapa dekade ini ada perubahan di mana ziarah nasional tidak lagi berlangsung pada tanggal 8 September. Saya memahami perubahan tanggal ini. Pastor Blattmann, MSC pada suatu waktu menjelaskan kepada saya bahwa selama hampir tiga puluh tahun, sejak tahun 1992, ziarah nasional kepada Bunda Hati Kudus diselenggarakan pada hari Sabtu pertama pada bulan September untuk memfasilitasi partisipasi keluarga. Awal tahun ajaran dan fakta bahwa tanggal 8 berganti selama seminggu, serta evolusi gaya hidup kita, maka pihak basilika Issoudun telah memilih perubahan yang sekarang diadopsi.
Pada setiap tahun moment akbar ziarah nasional itu, kami mengundang uskup pengkhotbah dari berbagai keuskupan berbeda. Selama 6 tahun saya berada di Perancis, baru tahun lalu dan tahun ini, ketika ada ziarah nasional tidak ada uskup penghkotbah. Sejak masa pandemi ini, semuanya berubah. Memang pada masa pandemi ini tempat-tempat ziarah rohani di Perancis mengalami kesulitan dalam menjalankan pastoralnya.
Tahun lalu, pada Sabtu pertama bulan September 2020 ziarah nasional tidak bisa dijalankan di taman ziarah Bunda Hati Kudus, tetapi hanya bisa dijalankan di Basilika Bunda Hati Kudus Issoudun. Tapi syukurlah, masih ada nuansa ziarah. Ada ratusan peziarah yang bisa datang ke Issoudun, sesuai dengan daya tampung basilika. Tentu atas koordinasi yang begitu ketat dengan pihak penanggung jawab peziarah dari berbagai kota.
Sebenarnya pada tahun ini hal yang sama masih bisa dilakukan. Sudah ada rencana para peziarah dari Paris dan sekitarnya bisa berpartisipasi dalam ziarah dengan jumlah peziarah terbatas sesuai daya tampung basilika dengan memperhatikan jarak saniter. Namun akhirnya batal.
Boleh dibilang pada hari Sabtu pertama bulan September 2021 ini sama sekali di luar dugaan. Tidak ada sama sekali peziarah yang bisa datang berziarah dan berdoa di hadapan Bunda Hati Kudus Issoudun. Pintu gerbang di depan basilika diitutup untuk umum. Di pintu gerbang basilika tertulis dengan jelas:” Basilika ditutup sampai tanggal 18 September 2021 dan akan dibuka lagi pada tanggal 19 September 2021.”
Ada apa gerangan? Penyebab utamanya adalah para anggota komunitas MSC Issoudun terpapar Covid-19. Satu bruder, yakni Bruder Simon, MSC (asal Swiss) dirawat di Rumah Sakit Issoudun. Sedangkan 5 konfrater MSC lainnya yang terpapar pandemi asal Wuhan ini mengadakan “isolasi mandiri” di kamar masing-masing di komunitas MSC Issoudun.
Pastor Sebastian, MSC dan saya tidak terpapar Covid-19. Para konfrater yang terkena Covid menyebut kami dua sebagai “pelindung” untuk mereka.
Pada hari Sabtu pertama bulan September ini kami berdua pun mengadakan misa sendirian di Kapela Bunda Hati Kudus Issoudun, tanpa kehadiran peziarah dan para konfrater lain. Yah memang kami sedang menjalankan “disiplin protol kesehatan yang ketat” agar tidak terjadi penyebaran virus di wilayah Issoudun dan sekitarnya. Hari ini saya yang memimpin perayaan liturgis sedangkan P. Sebastian yang memperhatikan siaran langsung virtual misa pada pukul 11h00 serta doa sore pada pukul 15h00. Semua berjalan dengan lancar.
Setelah misa, kami seperti biasanya membawa makanan yang sudah disiapakan oleh chef andalan komunitas kepada para konfrater yang terkena Covid-19. Yah, kami membawa kepada mereka makan dan minumun setiap pagi, siang dan malam di kamar mereka masing-masing. Tentu denga menjaga protokol kesehatan. Kami menjaga jarak aman, memakai masker, dan mengenakan sarung tangan sekali pakai. Mungkin kami hanya pakai 5 menit ketika menghantar makanan. Setelah itu harus dibuang di tempat sampah. Virus Corona tidak melunturkan semangat kami untuk melayani para konfrater yang sakit. Yah itulah spirit persaudaraan sebagai konfrater MSC dalam susah dan senang.
Mari kita saling mendoakan. Semoga badai pandemi Covid-19 ini segera berakhir. Semoga kita bisa menjalankan kegiatan “misi” kita masing-masing dengan penuh suka cita walaupun masih dalam masa pandemi, sambil tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
Salam dan doa dari Issoudun. (*)
COMMENTS