GRESIK, JP- Jika pejabat seperti Gubernur menggunakan mobil mewah jenis Alphard sebagai mobil dinasnya merupakan hal yang wajar.
Namun bagaimana jika seorang kepala desa memiliki mobil dinas mewah jenis Alphard?
Jawabannya ada di Desa Sekapuk di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Sang Kepala Desa (Kades) Abdul Halim menjalankan tugas dengan menggunakan mobil operasional mewah dan viral di media sosial. Alhasil, Desa Sekapuk pun dideklarasikan menjadi desa miliarder.
Hebatnya lagi, tak cuma mobil operasional Alphard yang dimiliki desa ini. Masih ada 3 mobil operasional lainnya plus mobil ambulans standar Covid-19. Ketiga mobil operasional tersebut yakni Grand Livina untuk PKK, Mazda Double Cabin untuk wisata dan Expander untuk BUMDes. Semuanya telah menjadi aset Desa Sekapuk.
“Terkait dengan mobil, kita bukan masalah mau dikatakan bergengsi atau berlebihan, tapi itu bagian dari apresiasi dan semangat sekaligus bentuk keseriusan, bahwasanya bisa kita dikatakan desa miliarder,” ujar Kades yang berjenggot tebal menjuntai hingga ke dada dan berperawakan kurus dengan pipi yang sedikit tirus dan rambut yang panjang diikat ke belakang seperti pendekar dalam film-film kolosal babad tanah Jawa.
Lalu dari mana sumber dana untuk membeli kelima mobil tersebut?
Ternyata, kelima mobil itu dibeli dari dana Pemerintah Desa (Pemdes), hasil dari wisata serta jual beli makanan ringan di stan yang ada di Desa Wisata Setigi Sekapuk.
Tak hanya 5 mobil operasional. Desa ini juga telah menggunakan dana desa untuk membeli 56 unit sepeda listrik, yang dipakai anak-anak untuk sekolah. Bahkan desa ini mampu melahirkan 591 lapangan kerja baru ditambah jumlah sekitar 400 obligasinya. Desa ini mampu mempekerjakan sekitar 700 orang warga yang semula pengangguran
Lantas berapa pendapatan desa ini Menurut Halim, pendapatan desanya lebih dari Rp 4 miliar dicapai hanya dalam 2,5 tahun.
“Yang membanggakan bukan soal mobil operasional, tapi capaian dari perputaran uang di desa. Misalkan dari sektor PKK dengan ekonomi kerakyatan telah mentargetkan pertahun berpotensi Rp 1,9 miliar. Apalagi BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dengan target Net profitnya Rp 4 miliar pertahun, yang secara otomatis berpengaruh besaran PADes jadi Rp 1,5 miliar,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Halim, Desa Sekapuk ini tidak hanya potensi wisata Setigi, tapi juga Agro wisata kebun pak Inggih milik Desa Sekapuk.
“Semua ini terwujud dengan semangat kebersamaan, terima kasih semuanya,” tegasnya.
Namun yang menganggumkan, Halim meminta para perangkat desa tak berpuas diri.
“Pencapaian fantastis ini terus dijadikan motivasi untuk mensejahterakan seluruh warga setempat,” paparnya.
Harapan ini bukan tanpa alasan. Sebelum menjadi miliarder, Desa Sekapuk dulunya desa yang berada di ujung utara dari wilayah perkotaan tersebut sempat dipandang sebelah mata.
Pasalnya, tiga tahun lalu Desa Sekapuk tercatat sebagai desa termiskin dan tertinggal di Kabupaten Gresik. Namun ketika Halim menjadi Kepala Desa Sekapuk, desa berpenduduk 6.000 jiwa ini bangkit dari keterpurukan di tengah serangan pandemi Covid-19 dan menjadi desa miliarder.
So, semoga ke depan muncul “Sekapuk-Sekapuk” yang lain. (JPc)
COMMENTS