JAKARTA, JP – Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dihuni Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hingga kini belum memiliki duet bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan diusung, meski sudah memenuhi syarat mengusung capres dan cawapres di Pemilihan Presiden (Pilpres).
Namun seiring berjalannya waktu, duet capres-cawapres dari KIB mulai mengemuk seiring dengan dinamika yang terjadi di tubuh PAN dan PPP serta sosok Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. Di mana Sandi, sapaan akrab Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menpekraf) ini disukai PAN dan PPP. Kedua partai dari KIB ini ingin mendukung Sandi baik sebagai capres maupun sebagai cawapres. Bahkan kader-kader PPP di daerah-daerah sangat menginginkan Sandi menjadi kader mereka.
Memang tak dapat dipungkiri di satu sisi komunikasi yang dibangun Sandi dengan PPP dan juga PAN belakangan ini telah berdampak pada hubungan yang memanas antara dirinya dengan Partai Gerindra. Maklum ia merupakan kader Gerindra dengan jabatan wakil ketua dewan pembina partai ini. Bahkan pengurus DPP Partai Gerinda siap memberikan “karpet merah” bagi Sandi bila ingin keluar dari Gerindra.
Namun di sisi lain komunikasi yang dibangun Sandi ini merupakan langkah yang tepat karena menjadi pintu gerbang baginya maju di Pilpres, entah sebagai capres atau cawapres. Pasalnya, peluang alumnus George Washington University ini untuk maju di Pilpres 2024 melalui Partai Gerindra sudah tertutup. Apalagi Gerindra secara terang-terangan mendeklarasikan Prabowo sebagai capres dan keinginan Ketua Umum Partai Kesatuan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya.
Justru Sandi dianggap berpotensi menjadi Cawapres di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) apabila Sandi benar-benar bergabung dengan PPP dan didukung PAN, karena di satu sisi PPP dan PAN merupakan anggota KIB dan partai ini belum mengusung sosok capres dan atau cawapres. Apalagi khusus PPP ingin mengembalikan kejayaan mereka, kala berhasil mengusung kader terbaiknya, yakni saat Hamzah Haz berhasil menjadi wakil presiden mendampingi Megawati.
Sementara itu, Partai Golkar sejak awal sudah menetapkan sang ketua umum yang juga kini menjabat Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Dr. Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., IPU., menjadi capres. Modal yang dimiliki Partai Golkar dengan memiliki kursi terbanyak di DPR RI dibanding dua partai lain di KIB, maka tentu wajar jika tiket capres menjadi milik Partai Golkar.
Dan jika kelak Sandi benar-benar menjadi kader PPP, maka peluang munculnya duet Airlangga Hartarto – Sandiaga Uno di Pilpres tahun 2024 sangat mungkin terjadi.
Adapun Airlangga-Sandi dinilai merupakan duet paripurna karena memiliki nilai plus di Pilpres 2024 nanti.
Pertama, Airlangga-Sandi merupakan kombinasi sinergitas generasi senior dan junior.
Kedua, keduanya memiliki track record yang baik dan diterima semua kalangan. Ketokohan keduanya sudah sangat teruji di level nasional bahkan internasional.
Ketiga, keduanya sangat berpengalaman. Airlangga memiliki pengalaman luas di eksekutif menjabat menteri di 2 periode kepemimpinan Presiden Jokowi dari Menteri Perindustrian tahun 2016-2019 dalam Kabinet Kerja hingga menjabat Menko Bidang Perekonomian pada Kabinet Indonesia Maju yang dilantik sejak 23 Oktober 2019 sampai saat ini serta memimpin salah satu partai besar di Indonesia yaitu Partai Golkar. Sementara Sandi pernah menjadi wakil gubernur DKI bersama Anies Baswedan sebagai gubernur dan juga kini menjabat Menpekraf dalam Kabinet Indonesia Maju. Sebelumnya Sandi juga pernah ikut bertarung dalam Pilpres bersama Prabowo Subianto dan mendapatkan perolehan suara 45 persen pada 2029.
Keempat, baik Airlangga maupun Sandi memiliki background pengusaha yang punya modal logistik yang kuat.
Kelima, Airlangga figur tengah ideal bagi bangsa Indonesia di Pemilu 2024. Ia dinilai selalu memposisikan diri tetap berada di tengah dengan prestasi membanggakan yang sedikit bicara dan minim pencitraan namun banyak bekerja. Airlangga diyakini bisa mengemban amanah Presiden Jokowi dengan menjaga ekonomi Indonesia agar tidak mengalami resesi maupun kontraksi. Kontribusinya terhadap pemulihan ekonomi Indonesia sangat besar, sehingga Airlangga dinilai sebagai figur yang tepat untuk meneruskan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin Indonesia setelah 2024 nanti. Kontribusi Airlangga terhadap pemulihan ekonomi Indonesia sangat besar. Figur Airlangga sangat ideal dan mumpuni memajukan Indonesia jika diduetkan dengan Sandi yang berpengalaman sebagai pengusaha serta di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif mengingat jabatan sekarang sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menjadi prioritas pembangunan Indonesia pasca pandemi Covid-19 saat ini.
Keenam, popularitas Partai Golkar tertinggi di kalangan kaum milenial karena Partai Golkar telah membangun kedekatan dengan pemilih muda sejak lama. Demikian juga Sandi merupakan sosok muda sehingga duet Airlangga-Sandi diuntungkan dari pemilih milenial tercatat ada sekitar 40-45 persen dari total pemilih.
Ketujuh, Airlangga-Sandi bisa dibilang pasangan yang cukup serasi. Airlangga merupakan orang Jawa sedangkan
Sandi memiliki latar belakang non-Jawa, yakni berasal dari Riau dan Gorontalo.
Kedelapan, Sandi juga dikenal memiliki hubungan dekat dengan tiga golongan yang disebut sebagai NASAIN (Nasionalis, Agamis, dan Insan Bisnis). Ini juga dapat menguntungkan Airlangga yang memang tak memiliki kedekatan khusus dengan kelompok agamis.
Kesembilan, Golkar adalah salah satu partai terbesar di Indonesia, menduduki peringkat ketiga perolehan suara pada Pemilihan Legislatif tahun 2019 setelah PDIP dan Partai Gerindra dengan meraih 17.229.789 (12,31 persen) suara namun meraih kursi terbanyak kedua di DPR RI setelah PDIP yakni sebanyak 85 kursi.
Kesepuluh, Partai Golkar, PAN dan PPP merupakan Partai Nasionalis sekaligus Partai Religius.
Meski kedua figur ini tak pernah masuk dalam 3 besar survei pada umumnya, (walau di satu dua survei keduanya tertinggi di posisi caores dan cawapres),
namun duet Airlangga dan Sandiaga akan membuat koalisi lain akan kewalahan, mengingat keduanya menteri pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan karenanya berpeluang besar mendapatkan restu juga dari Jokowi.
Bahkan Airlangga-Sandi disebut-sebut merupakan duet yang diinginkan Jokowi. Dan ini sudah tergambar sejak awal. Bahwa di satu sisi meski di Pilpres dirinya didukung PDI Perjuangan namun dalam perjalanan 2 periode kepemimpinannya sebagai orang nomor satu di Indonesia, tak bisa dipungkiri bila Jokowi sangat dekat dengan tokoh-tokoh kunci Partai Golkar. Sebut saja Luhut Binsar Pandjaitan, salah satu orang yang paling dipercayainya di kabinet. Jokowi juga memiliki kedekatan yang erat dengan Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar yang kini menjadi Menko Perekonomian. Bahkan, disebut-sebut ada pengaruh Jokowi dalam proses terpilihnya Airlangga sebagai Ketua Umum Golkar periode 2019-2024 beberapa waktu lalu.
Di saat bersamaan terbangun hubungan
panas-dingin antara Jokowi dengan PDIP, maka patut diduga kariernya di partai berlambang banteng moncong putih akan berakhir setelah dirinya tak lagi menjabat sebagai prsiden dan diprediksi Partai Golkar akan menjadi tempat bagi Jokowi untuk berlabuh pasca turun takhta di 2024.
Di sisi lain, meski menjadi lawannya di Pilpres 2019, namun Jokowi tetap mengangkat Sandi bersama Prabowo masuk dalam kabinetnya. Pengangkatan Sandi sebagai Menparekraf mengindikasikan bahwa Jokowi telah membuka peluang Sandi untuk bertarung di Pilpres 2024. Tak hanya itu, di acara pelantikan Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Januari lalu, Presiden sudah mengisyaratkan bahwa Sandi berpotensi besar menggantikan dirinya di 2024.
Bahkan muncul dugaan sejumlah kalangan bahwa pengangkatan Sandi dan juga Prabowo sebagai menteri, bisa saja merupakan strategi Jokowi untuk memecah kongsi antara Gerindra dan PDIP.
Hal lain yang menggambarkan duet Airlangga-Sandi lebih berpeluang direstui Jokowi adalah terkait Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia yang digagas oleh Relawan Jokowi belakangan ini. Di musra ini, Airlangga memuncaki (urutan pertama, red) hasil musra di 6 provinsi, sementara Sandi selalu masuk dalam 3-4 besar cawapres pilihan Relawan Jokowi di Musra Indonesia.
Hanya saja, sebuah tantangan besar dihadapi Jokowi jika benar menginginkan duet Airlangga-Sandi untuk melanjutkan kepemimpinannya. Di mana Jokowi harus mampu “membujuk” Prabowo untuk tidak maju di Pilpres 2024. Maklum Menteri Pertahanan ini masih memuncaki survei-survei elektabilitas bakal capres selama ini, bersama Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Upaya ini bisa dilakukan karena di satu sisi Prabowo dari lawan politik kini telah masuk dalam kabinet Jokowi, apalagi sudah 3 kali kalah bertarung di Pilpres. Sementara di sisi lain, Ganjar hingga kini belum menjadi pilihan PDIP di Pilpres mengingat masih ada sosok Puan Maharani, putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Jika Prabowo tak maju di Pilpres dan Ganjar tidak diakomodir PDIP maka bukan tidak mungkin KIB akan ketambahan sejumlah partai besar lainnya yakni Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan relawan Ganjar.
Waktu masih panjang. Baik Airlangga dan Sandi masih memiliki kesempatan untuk menjaga dan meningkatkan elektabilitasnya. Jabatan sebagai menteri bisa menjadi modal keduanya mengejar ketertinggalan elektabilitas di survei tersebut asal keduanya harus mampu menjalankan tugas dengan baik sebagai “pembantu” presiden hingga akhirnya diusung menjadi capres dan cawapres. Dan tentunya diusung dan disepakati oleh ketiga parpol Golkar, PAN dan PPP, ketambahan Partai Gerindra dan PKB serta didukung mesin partai yang terus bergerak, sosialisasi yang masif dari para kader partai dan mendapat restu dari Presiden Jokowi. (JPc)
COMMENTS