HomeBerita

Viral di Media Sosial: Postingan Wawali Richard Sualang Menuai Kontroversi dengan Penggunaan Istilah “Kadrun”

Viral di Media Sosial: Postingan Wawali Richard Sualang Menuai Kontroversi dengan Penggunaan Istilah “Kadrun”

Sualang: Baru mata so beking ketar ketir para kadrun

Sebuah kontroversi sedang melanda Kota Manado setelah Wakil Walikota (Wawali) Manado, dr. Richard Sualang, terlibat dalam sebuah unggahan pernyataan yang meresahkan masyarakat.

Unggahan tersebut diposting, Kamis (13/07/2023) menjelang perayaan HUT Kota Manado.

Pernyataan kontroversial tersebut terjadi saat Wawali merujuk kepada masyarakat yang mengkritik logo peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-400 Kota Manado yang diduga mirip dengan lambang partai politik tertentu.

Kalimat yang menyebut “Baru Mata so beking ketar ketir para Kadrun” menjadi viral di media sosial dan memicu reaksi dari berbagai kalangan setelah Sualang memposting kalimat ini di story instagram miliknya.

Baca Juga  Lanal Melonguane Gelar NBOD Sambut HUT TNI AL ke-79

Logo HUT ke-400 Kota Manado memang telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Banyak yang menganggap bahwa logo tersebut memiliki kemiripan dengan lambang partai tertentu, sehingga memicu kritik dan pertanyaan.

Namun, sikap dan pilihan kata yang diambil oleh Wakil Walikota yang sekaligus sebagai Ketua DPC PDI-P Kota Manado dalam menanggapi kritik tersebut menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan masyarakat.

“Masyarakat kecewa atas postingan dengan kalimat seperti itu,” ujar salah seorang warga Manado yang enggan disebutkan namanya.

“Seharusnya sebagai seorang pemimpin masyarakat, Pak Icad harus bisa lebih menghargai pendapat masyarakat. Menggunakan kata-kata yang bernuansa negatif seperti itu hanya akan semakin memperburuk situasi karena Kadrun memiliki konotasi negatif,” tambahnya.

Baca Juga  Diundang Kompas TV, HBL Bicara Soal RUU Perampasan Aset, Citra Wakil Rakyat, Pilihan Komisi dan Komitmen Pro Rakyatnya

Pasalnya, istilah tersebut merupakan singkatan dari “Kadal Gurun” yang secara kasar merujuk kepada sekelompok masyarakat dengan pandangan politik tertentu. Dalam konteks yang lebih luas, istilah “Kadrun” atau “Kadal Gurun” menjadi sinonim dengan penghinaan dan bentuk pelecehan verbal terhadap sekelompok individu.

Masyarakat pun mengkritik penggunaan kata-kata yang merendahkan ini oleh seorang pemimpin. Mereka menegaskan bahwa seorang pemimpin harus menjunjung tinggi sikap toleransi, menghargai perbedaan, serta berkomunikasi secara bijaksana dan santun.

Kontroversi ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga sikap dan penggunaan kata-kata yang bijaksana, terutama bagi para pemimpin.

Baca Juga  Rumah Kepala Lingkungan di Manado Rata Tanah

Hal ini juga mengingatkan para pemimpin kita bahwa dalam menanggapi kritik, penting untuk mempromosikan dialog yang terbuka, saling menghargai, dan mencari solusi yang memperkuat persatuan dan kebersamaan di tengah masyarakat yang beragam. (JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0