HomeOlahraga

Bangkit Dari Skandal London Lalu Torehkan Sejumlah Rekor, Greysia Polii: Ini Hanya Bonus dari Tuhan

Bangkit Dari Skandal London Lalu Torehkan Sejumlah Rekor, Greysia Polii: Ini Hanya Bonus dari Tuhan

MANADO, JP- Ganda putri Indonesia Greys Polii/Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 dengan menumbangkan wakil China Chen Qing Chen/Jia Yifan,
dua set 21-19, 21-15, yang berlangsung di Musashino Forest Sport Plaza, Senin (02/08/2021).

Ini merupakan kemenangan bersejarah. Tak hanya itu, sejumlah rekor yang berhasil ditorehkan ganda putri terbaik Indonesia ini.

Pertama, sukses Greys/Apri menembus babak semifinal yang dalam sejarah Olimpiade belum pernah ganda putri Indonesia sampai di babak semifinal.

Kedua, untuk pertama kalinya juga ganda putri Indonesia meraih medali emas di babak final Bulutangkis Olimpiade, sejak bulutangkis dipertandingkan pada Olimpiade 1992.

Ketiga, keberhasilan ganda putri meraih emas melengkapi gelar Indonesia di olimpiade-olimpiade sebelumnya, di mana Indonesia sudah pernah mengantongi medali emas untuk tunggal putra, tunggal putri, ganda putra dan ganda campuran.

Keempat, rekor khusus ditorehkan Greysia Polii. Pebulutangkis asal Kakaskasen Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara ini menjadi atlet tertua peraih medali emas Olimpiade di cabor bulutangkis nomor ganda putri, yakni di usia 33 tahun pada 11 Agustus tahun ini.

Dibandingkan dengan peraih-peraih medali emas Olimpiade di sektor ganda putri, Greysia menjadi atlet tertua:

1. Chung So-young, atlet bulutangkis ganda putri Korea pertama yang meraih medali emas di Barcelona 1992 di usianya yang ke-25 tahun, begitupun dengan rekannya Hwang Hye-young pada usia 26 tahun.

Baca Juga  OD-SK Beri Keringanan Pajak Kendaraan

2. Ge Fei/Gu Jun, pebulutangkis ganda putri asal China yang meraih medali emas pada Olimpiade Atlantas 1996 pada usia 21 tahun. Keduanya, kemudian meraih hasil yang sama pada Olimpiade Sydney 2000 pada usia 25 tahun.

3. Yang Wei/Zang Jiewen, pebulutangkis asal China yang berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Athena 2004, di saat usai masing-masing mereka adalah 25 tahun dan 23 tahun.

4. Du Jing/Yu Yang, pebulutangkis asal China meraih medali emas di Olimpiade Beijing 2008 pada usia 24 tahun dan 22 tahun.

5. Tian Qing/Zhao Yunlei, pebulutangkis asal China yang meraih medali emas di London tahun 2012 pada usia 26 tahun.

6. Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, pebulutangkis asal Jepang yang meraih medali emas di Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016 di usia 24 tahun dan 22 tahun.

Bangkit dari Skandal Olimpiade London

Tak hanya rekor yang ditorehkan. Keberhasilan meraih medali emas di
Olimpiade Tokyo 2020 ternyata menjadi momen kebangkitan Greysia Polii usai skandal di Olimpiade London 2012. Di momen itu, Greysia dan pasangannya Meiliana Jauhari didiskualifikasi di Olimpiade London 2012 bersama dengan pasangan China dan Korea Selatan, karena dianggap sengaja kalah dan tidak memberikan yang terbaik di lapangan. Bahkan cedera yang menghampirinya kala itu juga sempat membuat Greysia berpikir untuk pensiun namun kemudian tidak dilakukannya.

Baca Juga  Terima 1200 Mahasiwa KKN Unima, Bupati Ajak Bangun Minut

Problem berlanjut di Olimpiade Rio de Janeiro tahun 2016 pasangannya Nitya Krishina Maheswari kala itu memilih pensiun usai cedera bahu serius yang membuatnya harus naik meja operasi. Ditambah lagi ketika ia harus kehilangan kakak laki-lakinya, Rickettsia, yang meninggal dunia akhir tahun 2020 lalu.

Namun pengalaman menyedihkan itu tidak membuatnya menyerah tapi justru menambah semangat Greysia untuk tampil dan berjaya meraih mimpinnya.

“Ini merupakan perjalanan panjang bagi saya. Inilah cara bagaimana anda harus menunggu dan bertahan. Pelatih saya mengatakan tunggu sebentar dan bantu pemain muda untuk bangkit,” ujarnya sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia.

Dengan kemauan dan semangat yang dimiliki, dukungan banyak pihak serta kedatangan Apriyani Rahayu, yang punya perbedaan usia 10 tahun dengannya (Apri berusia 23 tahun, red) Greysia terus bangkit. Kala itu, keduanya mulai memenangkan sejumlah gelar diantaranya Korea Open dan Thailand Open.

“Dia (Apriyani, red) datang entah dari mana secara tiba-tiba di 2017, ketika saya berniat untuk memutuskan pensiun setelah Olimpiade di Rio 2016. Pada tahun 2017 saya berada di pelatnas dan memutuskan ingin berhenti ketika pasangan saya (Nitya) cedera dan menjalani operasi. Dia (Apriyani, red) datang dan kemudian kami memenangkan Korea Open dan Thailand Open dan begitulah cepatnya kami datang,” paparnya.

Baca Juga  Tak Dapat Bansos? Jangan Kuatir Polri Siap Bantu

“Saya seperti, ya Tuhan, saya harus berlari selama empat tahun lagi. Saya tidak muda lagi. Tapi akhirnya dia (Apriyani, red) datang, lama banget saya harus menunggunya,” tuturnya.

Ternyata kesabaran dan semangat juang bersama pasangannya Apriyani, telah menciptakan pasangan yang tangguh. Terbukti, keduanya berhasil mengalahkan pasangan unggulan di atas mereka dan meraih medali emas. Olimpiade Tokyo 2020 ini.

“Begitu banyak orang, bukan hanya saya, telah melalui kesulitan dan momen tak terlupakan juga. Saya kira Olimpiade London mengajari saya untuk tidak pernah menyerah pada impian Anda. Dan saya tahu saya tidak hanya mengatakannya, saya ingin bersungguh-sungguh setiap hari dalam hidup saya. Saya hanya benar-benar menjalani hari demi hari. Bisa berada di sini dan final Olimpiade 2021 ini hanyalah bonus dari Tuhan,” ucap Greysia dilansir dari situs resmi BWF. (JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0