JAKARTA, JP- Sebagai partai besar yang menjadi pemenang di Pilkada Serentak Tahun 2020, Partai Golkar pasti mengusung Ketua Umumnya Airlangga Hartarto menjadi Calon Presiden (Capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2024 nanti.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menyatakan pengusungan Airlangga sebagai capres saat ini sudah disosialisasikan ke kader partai berlambang beringin tersebut di seluruh Indonesia. Bahkan dalam Rapimnas dan Rakernas sangat kuat sekali desakan dari kader Partai Golkar yang meminta Airlangga menjadi capres.
Meski sejumlah lembaga survei nasional mencatat elektabilitas Airlangga Hartarto baru 1;3 persen diantara puluhan figur lainnya, namun berdasarkan klaster ketua umum partai politik, Airlangga teratas bersama Prabowo Subianto sebagai kandidat Capres 2024, sebagaimana hasil survei nasional Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC).
Posisi ketua umum partai menjadi penting karena otoritas pengambilan keputusan di tingkat partai. Hal ini berbeda dengan figur-figur politik yang populer secara individu namun lemah dalam akses partai. Sebagaimana sosok Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo meski elektabilitas tinggi namun belum pasti partai apa yang mengusung mereka.
Politikus Partai Golkar Zulfikar Arse Sadikin juga mengatakan bahwa yang bisa mencalonkan itu partai dan Airlangga adalah ketua umum partai.
Zulfikar menambahkan kendati Prabowo meraih posisi tertinggi, masih lebih banyak responden yang menginginkan wajah baru sebagai calon presiden 2024 dan Airlangga merupakan bagian dari wajah baru ini. Apalagi tingkat keterpilihan Airlangga terus naik kendati mereka belum bergerak untuk pemenangan dan Airlangga pun belum mendeklarasikan diri ingin maju di 2024 karena ingin fokus menangani pandemi Covid-19 dan pemuliahan ekonomi Indonesia.
Selain itu menurut peneliti ARSC Bagus Balghi, Airlangga memiliki peluang yang cukup prospektif, mengingat kapasitasnya sebagai Menko Perekonomian yang menangani berbagai isu krusial saat ini yakni isu ekonomi rakyat dan penanganan pandemi Covid-19.
Senada disampaikan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Golkar, Maman Abdurahman. Ia menilai situasi pandemi mempengaruhi penilaian publik terhadap pemilihan figur yang akan menjadi calon pemimpin di 2024, dan kiprah Airlangga menangani Covid- 19 dan pemulihan ekonomi nasional menjadi menjadi nilai plus di mata dan hati masyarakat Indonesia.
Akan tetapi Partai Golkar masih memerlukan sedikit lagi suara dan kursi untuk bisa mengusung capres dan cawapres. Maksimal Golkar hanya perlu berkoalisi dengan dua partai lainnya. Pasalnya, partai beringin ini memiliki 85 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan ambang batas minimal untuk mencalonkan calon presiden adalah 115 kursi DPR RI, alias butuh tambahan 30 kursi di DPR RI.
Lalu siapa figur yang berpeluang mendampingi Airlangga sebagai calon wakil presiden? Sedikitnya ada 3 figur yang berpeluang mendampingi Airlangga.
Pertama, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar. Koalisi Partai Golkar dan PKB cukup memenuhi persyaratan mengusung duet Aurlangga-Cak Imin. Pasalnya, 85 kursi Partai Golkar dan 58 kursi PKB di DPR RI maka total kursi koalisi kedua partai ini adalah 143 kursi.
Kedua, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Koalisi Partai Golkar dan Partai Demokrat cukup memenuhi persyaratan mengusung duet Aurlangga-AHY karena total kursi berjumlah 139 kursi mengingat Partai Demokrat memiliki 54 kursi di DPR RI.
Ketiga, politisi PDI Perjuangan Ganjar Pranowo. Meski kader dan memiliki elektabilitas yang relatif tinggi namun Gubernur Jawa Tengah ini belum pasti diusung PDIP karena masih ada Puan Maharani, putri dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang lebih berpeluang diusung meski elektabilitasnya jauh di bawah Ganjar.
Menurut Refly Harun, ahli hukum tata negara yang kerap mengamati perpolitikan Tanah Air, sehebat apa pun Ganjar Pranowo , jika Megawati Soekarnoputri tidak berkenan, Ganjar tidak akan menjadi calon presiden.
Apalagi pada acara pengarahan kader untuk penguatan soliditas partai menuju Pemilu 2024 oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani baru-baru ini Ganjar tidak diundang. Padahal banyak kepala daerah yang merupakan kader PDIP diundang.
Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto telah menyebut Ganjar terlalu berambisi maju pada Pilpres 2024 sehingga meninggalkan norma kepartaian karena paling intens di media sosial dan media massa, bahkan menjadi ‘host’ di youtube-nya, padahal hal serupa tak dilakukan oleh kader PDIP lain yang juga berpotensi untuk ‘nyapres’ dan belum ada instruksi dari Megawati.
Malah pria yang akrab disapa Bambang Pacul ini menegaskan jika elektabilitas saat ini belum bisa dijadikan patokan dalam pertempuran pilpres yang sesungguhnya dan bisa dikalahkan.
Lantas, jika Ganjar tidak dapat tiket dari PDIP, ke mana gubernur Jawa Tengah itu berlabuh? Refly melihat ada skenario duet Airlangga-Ganjar.
Bahkan ia mengatakan meski Airlangga tidak terlalu populer, tetapi Golkar adalah kendaraan politik terbesar kedua setelah PDI Perjuangan dan pada Pilkada Tahun 2020 menjadi pemenang secara nasional.
Tapi untuk mengusung duet Airlangga-Ganjar, Partai Golkar butuh tambahan kurai dan Golkar bisa menggandeng Partai Amanat Nasional (PAN) yang punya 44 kursi di DPR dan tidak memiliki figur yang akan diusung di posisi Capres dan Cawaprea
Dan duet Airlangga-Ganjar lebih menjanjikan untuk Indonesia ke depan. Pasalnya, Airlangga figur yang paling dibutuhkan Indonesia di masa pandemi Covid-10 mengingat sebagai seorang Menko Perekonomian, Airlangga all out menangani pandemi Covid-19 dan memulihkan perekonomian bangsa. Dan sebagai ketua umum partai besar Airlangga bakal didukung banyak kepala daerah di Indonesia salah satunya adalah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang memimpin provinsi dengan pemilih terbanyak kedua se-Indonesia sebanyak 30.912.994 orang, yang pada Pilkada lalu diusung Partai Golkar.
Sedangkan Ganjar adalah sosok wong cilik yang diterima semua kalangan dan selalu memiliki elektabilitas relatif tinggi. Belum lagi pengalamannya sebagai gubernur Jawa Tengah 2 periode, di provinsi yang memiliki pemilih terbanyak ketiga di Indonesia dengan 27.896.902 orang. (JPc)
COMMENTS