MANADO, JP- Setelah sebelumnya telah mengeluarkan Surat Gembala, kini Uskup Keuskupan Manado Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC kembali mengeluarkan Surat Gembala Uskup Keuskupan Manado.
Surat dengan judul “Beriman di Masa Pandemi”, yang bertanggalkan 22 April 2020 tersebut, berisikan ajakan kepada umat untuk tetap beriman terutama di masa pandemi virus corona Covid-19 ini.
Berikut isi dari Surat Gembala Uskup Manado tersebut:
Yang terkasih para Pastor, Biarawan-Biarawati, Umat Awam Keuskupan Manado
Sudah hampir 2 bulan (terhitung sejak awal Maret 2020), kehidupan kita baik sebagai anggota masyarakat pun sebagai anggota gereja, dihantui dengan penyebaran Covid-19.
Kita pantas menghargai langkah-langkah bijak dan strategis yang sudah diambil oleh Pemerintah pusat dan daerah dałam rangka penanganan wabah Covid-19 ini.
Dengan setulus hati kita juga menghargai segala upaya yang diambil oleh Dinas Kesehatan bersama dengan tenaga-tenaga kesehatan yang rela menjadi garda terdepan dałam melayani pasien baik yang sudah terkonfirmasi terinfeksi Covid-19 maupun yang masih dałam status Pasien Dałam Pengawasan (PDP) dan Orang Dałam Pemantauan (ODP).
Lembaga-lembaga keagamaan, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan serta lembaga-lembaga independen lainnya, bahkan individu-individu tertentu, juga sudah menyatukan hati, pikiran, dan gerakan dengan kebijakan pemerintah baik dałam hal penanganan pasien Covid-19 pun dałam hal penghentian penyebarannya.
Gereja Katolik Keuskupan Manado mengambil sikap satu hati dan satu gerakan dengan semua pihak lain yang peduli untuk menyelamatkan hidup manusia dari wabah Covid-19.
Sikap ini secara nyata ditunjukkan sejak keluarnya surat Uskup Keuskupan Manado, no. 109/U/SE/lll/2020, tgl. 21 Maret 2020, tentang Pencegahan Penyebaran Covid-19, yang kemudian disusul dengan keluarnya Pedoman Pastorał Keuskupan Manado di masa pandemi Covid-19.
Menyambung sikap dan Pedoman Pastorał iłu, pada kesempatan ini, saya mau menyapa para Pastor, Biarawan-Biarawati, dan Umał Awam seluruhnya lewat Surat Gembala ini.
I) Baiklah kita mengikuti semua Protokol yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, dan juga semua Pedoman Pastorał yang dikeluarkan oleh Uskup Keuskupan Manado, dan Pastores di wilayah kerja masing-masing sejauh tidak bertentangan dengan Protokol Pemerintah dan Pedoman Pastorał Keuskupan Manado.
Kita melaksanakan semua Protokol dan Pedoman Pastorał ini dengan keutamaan sosial “saling menghormati” dan dengan kerendahan hati mengakui ketidaktahuan kita siapa yang menjadi carrier Covid-19 sambil membangun kehendak baik “tidak mau tertular dan tidak mau menularkan”.
2) Keutamaan sosial “saling menghormati”, secara khusus perlu dinyatakan terhadap saudara-saudarl kita yang secara mendadak hadir dałam kehidupan kita baik sebagai pasien terkonfirmasi terinfeksi Covid-19, ataupun masih dałam status PDP, dan bahkan dałam status ODP.
Menyambung sikap dan Pedoman Pastorał iłu, pada kesempatan ini, Saya mau menyapa para Pastor, Biarawan-Biarawati, dan Umał Awam seluruhnya lewat Surat Gembala ini.
I) Baiklah kita mengikuti semua Protokol yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, dan juga semua Pedoman Pastorał yang dikeluarkan oleh Uskup Keuskupan Manado, dan Pastores di wilayah kerja masing-masing sejauh tidak bertentangan dengan Protokol Pemerintah dan Pedoman Pastorał Keuskupan Manado.
Kita melaksanakan semua Protokol dan Pedoman Pastorał ini dengan keutamaan sosial “saling menghormati” dan dengan kerendahan hati mengakui ketidaktahuan kita siapa yang menjadi carrier Covid-19 sambil membangun kehendak baik “tidak mau tertular dan tidak mau menularkan”.
2) Keutamaan sosial “saling menghormati”, secara khusus perlu dinyatakan terhadap saudara-saudarl kita yang secara mendadak hadir dałam kehidupan kita baik sebagai pasien terkonfirmasi terinfeksi Covid-19, ataupun masih dałam status PDP, dan bahkan dałam status ODP.
Kita tunjukkan sikap hormat yang dibangun di dałam hati belas kasih Yesus “marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28), dan pada hati keibuan Maria yang mendampingi Puteranya di jalan salib sampai pada saat Yesus menghembuskan nafas terakhir.
Karena iłu, kabar tentang kematian saudara-saudari kita dengan status tersebut di atas, harusnya kita terima dengan penuh hormat dan kita bawa dałam doa dan iman kita.
Begitulah juga sikap hormat yang sama kita tunjukkan pada saudara-saudari kita yang pulang ke rumah sesudah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19.
Kita tidak punya hak sedikitpun juga untuk mengeluarkan mereka dari persekutuan kita.
3) Kerendahan hati mengakui ketidaktahuan kita siapa yang menjadi carrier Covid-19, kita nyatakan dałam kebijakan untuk tidak membagikan Tubuh Kristus dari rumah ke rumah atau dengan cara apapun juga.
Para imam tetap menjaga kerendahan hati ini sambil menjaga kesatuan dałam menjalankan kebijakan Keuskupan, dan umał sekalian perlu bersabar menantikan saat yang baik dan tepat untuk menerima Tubuh Kristus.
Dałam situasi sulit seperti ini, mari kita berpegang pada pertahanan Yesus melawan godaan: “manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4).
4) Baiklah dimengerti dan dipraktekkan disertai dengan katekese yang lebih komprehensif, keikutsertaan dalam liturgi hari Minggu dan hari raya:
a. Ajakan utama adalah: Imam merayakan ekaristi di gereja, sedangkan umat beribadat di rumah masing-masing, dan komunitas hidup bakti beribadat di komunitas masing-masing.
b. Bagaimana caranya beribadah dalam komunitas atau di rumah masing•masing?
Ada 2 pilihan:
a) mengadakan ibadat sabda di rumah sambil memaknai persekutuan ecclesia domestica (gereja rumah tangga), atau
b) mengikuti perayaan yang disiarkan oleh media Keuskupan atau Paroki (live streaming).
Jadi dalam situasi di mana keluarga tidak mungkin mengikuti live streaming, mengadakan ibadat sabda tetap dianjurkan.
c. Untuk membantu ibadat sabda keluarga pada hari Minggu dan hari raya, Panduan yang dikeluarkan oleh Komisi Kateketik Keuskupan Manado sudah sangat membantu.
Karena itu, dimintakan supaya Komisi Kateketik menyebarkan Panduan itu secepat mungkin, dan Pastor Paroki secepatnya mengedarkannya kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan
5) Tidak lama Iagi kita akan memasuki bulan Mei, bulan Rosario.
Dalam situasi yang sangat khusus ini, pada saat mana kita sungguh merasakan panggilan untuk menyatu dan berdamai dengan lingkungan hidup kita, kita dibantu dengan buku “Doa Rosario Laudato Si” (Pokok-Pokok Renungan Peristiwa Doa Rosario dari Ensiklik Laudato SO.
a. Dimintakan supaya para Pastor cepat mengkomunikasikan “Doa Rosario Laudato Si” itu kepada keluarga-keluarga di wilayah karya pastoral masing-masing, supaya keluarga-keluarga yang akan mengadakan Doa Rosario di rumah masing-masing sungguh terbantu.
b. Kolekte Rosario tetap dapat dijalankan sementara keluarga melaksanakan Doa Rosario di rumah masing-masing, dan diharapkan para Pastor dapat mengatur sebijaksana mungkin tentang waktu dan cara pengumpulannya (dari keluarga ke paroki dan dari paroki ke keuskupan, sesuai Pedoman Keuangan yang berlaku)
6) Mari menanggapi secara positif dan kreatif kebijakan tinggal di rumah:
a. Saatnya menata rumah dan lingkungan menjadi layak tinggal dan layak huni; ada cukup banyak waktu untuk membersihkan rumah, perabot, dan bahkan halaman; kita mengupayakan pola hidup sehat sambil menjaga kebersihan tubuh, makanan dan minuman, rumah, dan lingkungan
b. Saatnya membangun keluarga yang berdoa; tersedia cukup banyak waktu bagi keluarga untuk berdoa bersama; ada banyak bentuk doa yang dapat dipilih; ada banyak intensi yang dapat diungkapkan dalam doa bersama.
c. Saatnya meningkatkan kualitas kebersamaan dalam keluarga (antara suami dan istri, antara orangtua dan anak) dengan perbanyak perjumpaan; ada cukup waktu untuk berbincang-bincang; ada banyak hal serius yang bisa didiskusikan; ada banyak canda tawa yang bisa dibagikan.
d. Saatnya memantapkan ekonomi rumah tangga dengan mengolah lahan sekitar rumah dan kebun. Kita perlu mengupayakan ketahanan ekonomi keluarga dan paroki, sambil memberdayakan Iahan sekecil apapun dengan tananam untuk menjamin ketersediaan pangan. Saatnya menggerakkan semua keluarga untuk menanam apa saja yang berguna untuk memenuhi kebutuhan akan makanan beberapa waktu ke depan. (JPc/*)
COMMENTS