HomeBeritaBerita Utama

“Kita Mungkin Punya Imun Kuat Terhadap Virus Ini, Tapi Keluarga Kita Belum Tentu”

“Kita Mungkin Punya Imun Kuat Terhadap Virus Ini, Tapi Keluarga Kita Belum Tentu”

PENANGANAN wabah virus corona atau Covid-19 oleh para relawan tidak hanya bagi yang hidup namun juga yang sudah meninggal, khususnya terkait proses pemulasaran jenazah.

Bagaimana kisahnya? Dede salah seorang relawan dalam menangani Covid-19 menceritakan proses pemulasaran jenazah.

Anggota Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini ditunjuk sebagai tim pemulasaran atau pembungkusan jenazah corona Covid-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap, Dede bersama lainnya mengawali tugaanya dengan mengkafankan jenazah di kamar isolasi dengan kain kafan, lalu plastik, kemudian dimasukan ke kantong jenazah. Dari situ baru jenazah dimasukkan ke dalam peti.

“Kalau dia muslim kita salatkan, kalau tidak ya tidak,” ujarnya.

Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti yang sudah disiapkan, peti tersebut langsung dibungkus kembali menggunakan pelastik khusus dengan rapih, yang kemudian disemprotkan kembali dengan cairan disinfektan. Selanjutnya, peti tersebut dimasukkan ke dalam ambulans, disemprot lagi disinfektan, kemudian dibawa ambulans.

Baca Juga  Demokrat Keluarkan 54 Rekomendasi dan Surat Tugas Calon Kepala Daerah, Siapa Mereka?

“Tugas kami cukup sama dia (jenazah) masuk ke dalam mobil ambulans, selebihnya tugas dari petugas pemakaman,” katanya.

Dede mengaku selama proses itu dia dan teman-temannya tidak menyentuh jenazah secara langsung.

“Ini sesuai dengan Standard Operasional (SOP) nasional,” tegasnya.

Apalagi, menurut Dede, APD yang mereka pakai saat menjalankan tugas dilapisi dengan tiga pakaian. Yang pertama pakaian biasa kita, kemudian pakaian medis yang warna hijau, kemudian baju hazmat. Sarung tangan juga dua lapis.

Setelah selesai menjalankan tugasnya, Dede dan yang lainnya masih dengan APD yang dipakai langsung masuk ke sebuah ruangan khusus dan di situ langsung disemprotkan cairan disinfektan oleh petugas lainnya.

Lalu APD bagian paling luar badan langsung dibuang ke tempat khusus. Namun, untuk kacamata, sepatu boots serta pakaian lapis kesatu dan kedua hanya direndam dengan cairan disinfektan dan langsung dicuci.

Setelah keluar dari zona merah, mereka mencuci tangan lalu masuk ke dalam ruangan kamar mandi, langsung mandi lalu ke yang logistik lagi (zona kuning, red), untuk ganti baju yang normal biasa.

Baca Juga  Pemkab Talaud Gelar Musrenbang RKPD 2023

“Baju sehari pakai langsung dicuci. Itu Protap,” bebernya.

Tak sampai di situ. Dede dan relawan lainnya langsung melakukan isolasi secara mandiri di kantornya selama 14 hari.

Meski diisolasi, mereka melakukan pelatihan pemulasaran jenazah dan berolahraga setiap pagi untuk menjaga kondisi tubuh selain meminum vitamin dan makanan yang bergizi.

“Isolasi mandiri itu bukan berarti kita enggak berkegiatan, yang penting kita tidak berhubungan dengan orang lain gitu,” ungkapnya.

Bagaimana dengan respon keluarga?Dede mengaku dirinya sempat ditolak atau tidak diizinkan oleh isteri dan orang tuanya.

“Tapi setelah dijelasin ya akhirnya ngerti juga. Agak berat juga sih, beratnya itu menyakinkan bahwa kita baik-baik saja gitu. Makanya saya ke isteri dan ibu saya ini saya bilang jangan terlalu banya nonton tv, karena kan kalau di tv suka ada berita-berita (corona),” tukasnya.

Baca Juga  Astaga! Bukan Rupiah, Pasar Ini Transaksi Pakai Mata Uang Dinar dan Dirham

Dede mengaku sudah dua bulan tak pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga. Selama itulah, ia pun memiliki rasa yang kangen dengan anak serta isterinya itu dengan lakukan video call dengan mereka. Apalagi, anaknya itu baru berusia 1 setengah tahun

“Saya juga belum tahu balik kapan, saya pribadi pun enggak berani. Karena kita mungkin punya imun kuat terhadap virus ini, tapi keluarga kita belum tentu (kuat imunnya, red),” paparnya

Namun bapak satu orang anak itu mengaku tak merasa cemas selama menjalankan tugas yang penuh dengan resiko tersebut. Justru dia mengaku menjalankan tugas ini dengan hati yang senang. Terlebih setelah ia juga telah mendapatkan penjelasan dari dokter untuk melakukan pemulasaran.

“Apalagi virus yang berada di orang status sudah meninggal itu akan sendirinya menghilang. Karena dia (corona) lebih berbahaya di manusia yang masih hidup, makanya kita berani-berani ajalah,” tandas Dede. (JPc/lp6)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0