HomeBerita

Polling Online Cagub 2024 Ramai di Medsos, Masyarakat Harus Diberi Tahu!

Polling Online Cagub 2024 Ramai di Medsos, Masyarakat Harus Diberi Tahu!

FOTO: Ilustrasi Poling Online Google

MANADO, JP – Saat ini beredar poling online terkait calon Gubernur Provinsi Sulawesi Utara untuk Pemilihan Gubernur Sulut tahun 2024 nanti. Polling media sosial jejaring Dunia Polling Google tersebut dimulai sejak Kamis (09/06/2023) hingga Minggu (11/06/2023) pukul 17:30 WITA dengan total 5.588 suara

Namun menurut Garyedo selaku Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPD PD Sulut – Koordinator Jurubicara DPD PD Sulut Garyedo, perlu diperhatikan bahwa polling merupakan metode untuk mengukur preferensi atau pendapat publik pada suatu waktu tertentu.

“Namun, polling tidak memiliki keabsahan statistik yang sama seperti survei yang dilakukan dengan metode ilmiah dan representatif secara acak. Polling media sosial juga dapat rentan terhadap bias dan manipulasi, karena tidak semua orang memiliki akses atau berpartisipasi dalam polling tersebut,” ujarnya.

Dalam hal ini, lanjutnya, hasil polling yang disampaikan di media media tersebut memberikan gambaran tentang preferensi sementara dari pengguna media sosial terhadap calon Gubernur Sulawesi Utara.

Baca Juga  Raup 3 Juta Lebih Perhari, Bandar Togel Ini Diciduk Polisi

“Namun, perlu diingat bahwa hasil polling tidak selalu mencerminkan hasil sebenarnya dari Pemilihan Gubernur Sulut, yang akan ditentukan oleh suara rakyat pada saat pemilihan berlangsung. Penting untuk mengikuti hasil polling dan survei yang dilakukan dengan metode yang lebih valid dan terpercaya serta melihat perkembangan politik yang lebih luas untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang preferensi pemilih,” jelasnya.

Selanjutnya Garyedo membeberkan perbandingan berdasarkan keunggulan metode survei dan polling sebagai berikut:

1. Metodologi yang lebih ilmiah: Survei dilakukan dengan metode yang lebih ilmiah dan terstruktur. Survei dilakukan dengan sampel yang direpresentasikan secara acak dari populasi target, sehingga memberikan gambaran yang lebih akurat tentang preferensi pemilih secara keseluruhan. Polling media sosial, di sisi lain, tidak menggunakan sampel acak dan dapat rentan terhadap bias karena hanya mencerminkan pendapat pengguna media sosial tertentu.

Baca Juga  Sambut HUT ke-33, Paroki Hati Kudus Sonder Promosi Hasil Usaha Umat

2. Representativitas populasi: Survei yang menggunakan sampel acak cenderung mencerminkan variasi demografis dan geografis dalam populasi yang lebih luas. Ini memungkinkan survei untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang preferensi pemilih secara keseluruhan. Polling media sosial, di sisi lain, biasanya mencerminkan preferensi pengguna media sosial tertentu dan mungkin tidak mewakili seluruh populasi dengan tepat.

3. Ukuran sampel yang lebih besar: Survei sering dilakukan dengan ukuran sampel yang lebih besar untuk memastikan tingkat kepercayaan dan ketelitian yang lebih tinggi. Ini memberikan hasil yang lebih stabil dan dapat diandalkan. Polling media sosial, pada umumnya, memiliki ukuran sampel yang lebih kecil dan mungkin tidak mewakili populasi secara menyeluruh.

4. Pengolahan data yang lebih mendalam: Survei sering melibatkan analisis statistik yang lebih mendalam untuk menginterpretasikan data dan menghasilkan margin of error yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketidakpastian dalam hasil. Polling media sosial, dalam banyak kasus, tidak melibatkan analisis statistik yang serupa dan sering kali tidak memberikan informasi tentang margin of error.

Baca Juga  Kecam Bupati Bantul Cabut IMB Gereja, Tonaas Wangko LMI: Kami Minta Presiden Bersikap Tegas

“Dengan mempertimbangkan keunggulan metode survei yang lebih ilmiah, representativitas populasi, ukuran sampel yang lebih besar, dan pengolahan data yang lebih mendalam, survei cenderung memberikan gambaran yang lebih akurat dan dapat diandalkan tentang preferensi pemilih,” katanya.

Sementara itu, kata Garyedo, polling media sosial dapat memberikan wawasan tambahan tetapi harus dilihat dengan hati-hati dan dengan pemahaman bahwa hasilnya tidak mencerminkan populasi secara menyeluruh.

“Semoga ini bisa menjadi pencerahan kepada masyarakat awam, sehingga tidak terjebak pada pembohongan publik secara masif!,” harapnya. (JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0