FOTO: Suster Jeannette Tumuju SJMJ semasa hidup memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan dan anak-anak.
MANADO, JP – Belum habis sukacita kala menapaki usia 200 tahun, kini para suster di Kongregasi Suster-suster Jesus Maria Joseph (JMJ) Propinsi Manado mengalami duka cita yang nendalam karena salah seorang anggota terbaik mereka Suster Jeannette Tumuju SJMJ dikabarkan telah meninggal dunia. Ia dipanggil Tuhan saat tengah berjuang melawan sakitnya di Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon, Kamis (27/10/2022) pukul 03.27 Wita.
Kematian biarawati berparas cantik kelahiran Amurang tanggal 30 September 1969 ini (belum lama merayakan HUT ke-53), mengejutkan banyak orang. Maklum banyak yang tak mengetahui jika sosok sederhana namun multi talenta ini menjalani perawatan di runah sakit karena sakit yang dideritanya.
Tak pelak, ucapan duka pun membanjiri laman media sosial. Meski banyak yang mengungkapkan keterkejutan mereka karena tak menyangka Suster Jeannette, sapaan akrabnya, telah dipanggil Tuhan, namun mereka mengimani bahwa kematian Suster Jeannette adalah kehendak Allah.
Dan kehendak Allah jualah yang menjadi pencarian Suster Jeannette semasa hidupnya. Ia terpanggil menemukan kehendak Allah dalam hidupnya, sebagaimana semangat dari pendiri Kongregasi SJMJ.
Panggilan hidup membiara Suster Jeannette boleh dikatakan tidak mulus. Betapa tidak, setelah 10 tahun menjalani hidup sebagai seorang biarawati di Kongregasi SJMJ sejak tahun 1988, Suster Jeannette mengalami pergulatan batin yang hebat. Ia terus berupaya menemukan kehendak Allah dalam panggilannya itu namun belum berhasil. Sampai-sempat ia berpikir meninggakan biara menjadi jalan keluarnya. Dan pada akhirnya Suster Jeannette benar-benar memutuskan mengundurkan diri dan meninggalkan Kongregasi SJMJ.
Usai meninggalkan biara, Suster Jeannette melanjutkan kuliah di Seminari Pineleng mengingat sebelumnya dia belum menyelesaikan studinya di Seminari Tinggi Kentungan-Yogyakarta.
Kecintaannya terhadap dunia pendidikan dan melayani anak-anak begitu tinggi. Terbukti, setelah tamat, Suster Jeannette bekerja sebagai guru honor. Dan ketika ada kesempatan untuk menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara), dia melamar dan diterima dengan penempatan di salah satu Sekolah Negeri di Kepulauan Sangihe Talaud. Setelah setahun mengabdikan diri di daerah perbatasan, dia dipindahkan di SMA Negeri I Manado.
Selanjutnya, Suster Jeannette bekerja di Kantor Departemen Agama Kota Manado, sambil mengajar di SMA Rex Mundi Manado (sekolah milik JMJ) dan Postulat JMJ.
Meski sudah menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara), sosok yang dikenal murah senyum, ramah dan memiliki semangat belajar yang tinggi ini masih terus berjuang menemukan Kehendak Allah dalam hidupnya hingga akhirnya ia kembali ke pangkuan Kongregasi SJMJ. Kecintaannya yang tiada taranya kepada kongregasi ini memberanikan dirinya untuk menulis surat kepada Pemimpin Umum di Belanda dengan harapan diberikan kesempatan kedua untuk mengabdikan hidup di kongregasi ini.
Hasilnya sungguh luar biasa. Panggilan Tuhan sungguh tak terduga. Suster Jeannette kembali diterima di Kongregasi SJMJ pada tahun 2008 menjalani hidup di Postulat. Dua minggu kemudian ia langsung menerima busana biara, lalu menjalani masa Novisiat 2 tahun dan mengikrarkan Kaul Sementara 3 tahun hingga akhirnya mengikrarkan Kaul Kekal atau kaul seumur hidup pada tahun 2013.
“Mengikuti kehendak sendiri membuat kita berpetualang terlalu jauh dari ruang batin yang adalah Bait Roh Kudus Allah. Pada akhirnya kembali juga pada rancangan Allah dari semula. Tetap SJMJ!,” ungkapnya kala itu.
Di tahun yang sama, teman-teman angkatannya ketika dia pertama kali masuk biara, merayakan Pesta Perak sebagai suster JMJ.
Suster Jeannette mengakui terus berusaha menemukan kehendak Allah dalam hidupnya. Kehendak Allah katanya, muncul dalam peristiwa dan suara-suara batin yang kuat menggugat kemapanan.
“Pada akhirnya, kehendak Allah adalah damai sejahtera. Saya baru memahami mengapa Pater Wolff (Pendiri Kongregasi SJMJ, red) meminta suster-suster JMJ untuk melaksanakan kehendak Allah,” katanya seperti dilansir csjmj.org.
“Melaksanakan kehendak Bapa menjadi semangat P. Wolff yang diwariskan kepada Suster-Suster JMJ, termasuk saya.” lanjut Suster Jeannette dalam sebuah refkeksinya.
Suster Jeannette mengutip Sabda Tuhan kepada Yeremia untuk meneguhkan semangatnya yang bernyala-nyala: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan, apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.
Sampai akhir hayatnya Suster Jeanette tetap sebagai ASN yang ceria dengan pakaian biara dan dengan pelayanan-pelayanan yang khas dan pengabdiannya yang luar biasa. Bahkan ia mendapat kepercayaan menjabat Ketua Yayasan Joseph Yeemye Cabang Sultteng selama dua tahun sebelum akhirnya nama yayasan itu diganti menjadi Joseph Esa Ene dan menjadi Kepala Sekolah SMP Pax Christi Manado.
Tahun 2022 Suster Jeannette bersama seluruh suster SJMJ bersuka cita tatkala kongregasinya mencapai dan merayakan momen bersejarah Pesta Yubileum 200 tahun Kongregasi SJMJ di dunia pada Jumat (29/07/2022) lalu, yang mana di Indonesia dipusatkan di Kota Tomohon.
Kini, Suster Jeannette sudah kembali ke rumah Bapa di Surga, namun kebaikan, karya-karya dan pengabdianmmu akan selalu dikenang.
Adapun Misa Requiem untuk memohon keselamatan jiwa Almarhumah Suster Jeannette akan berlangsung di Kapel Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon malam nanti pukul 19.00 Wita dan Misa pemakaman pada Jumat (28/10/2022) pukul 15.00 Wita.
Selamat berpulang ke Rumah Bapa di Surga Suster Jeannette. Requiescat in Pace.
Kongregasi SJMJ
Kongregasi Suster-Suster Jesus Maria Joseph (SJMJ). Adalah sebuah lembaga religius apostolik yang didirikan di Belanda pada tahun 1822 oleh P. Mathias Wolff, seorang imam Yesuit yang berasal dari Luxemburg. Status Kongregasi SJMJ adalah Kepausan. Rumah Induk yang sejak pendiriannya, kurang lebih 196 tahun, berada di Belanda, pada bulan April 2018 dipindahkan di Yogyakarta- Keuskupan Agung Semarang. Indonesia.
Karya apostolis Kongregasi SJMJ pertama-tama di bidang pendidikan. Sebagai seorang anak pada zamannya, P. Mathias Wolff menyadari pentingnya pendidikan dan pengajaran demi kesejahteraan masyarakat. Para suster pertama memberikan perhatian dalam bidang ini dan sampai sekarang Pendidikan tetap merupakan inti dari tradisi kami. Dalam perkembangan selanjutnya Kongregasi SJMJ juga memberikan pelayanan dalam bidang kesehatan, sosial dan pastoral.
Sebuah kutipan indah dari Peraturan-Peraturan Dasar Pater Mathias Wolff, SJ Bab I no. 3 “Untuk pengetahuan yang mengabdi kepada Allah, tidak diperlukan talenta-talenta besar atau yang tinggi, cukuplah memiliki hati yang mampu mencintai-Nya”. (JPc/Tempusdei.id)
COMMENTS