MANADO, JP- Wakil Walikota Manado Mor Dominus Bastiaan (MOR) mengatakan bahwa keputusannya maju di Pilkada Manado bukan sepenuhnya keinginan dia, tapi juga menjadi kehendak Tuhan. Dirinya meyakini Tuhanlah yang mengijinkan dia maju sebagai calon walikota Manado melalui sejumlah peristiwa yang dialami.
Keyakinan MOR ini didasari pada pengalaman hidupnya, yang dia sampaikan dalam bentuk kesaksian dihadapan para pendeta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) se-kota Manado, saat berkunjung ke Kantor Pusat GMAHK Manado dan Provinsi Maluku Utara di Paal Dua, Rabu (19/08/2020).
Mulai dari peristiwa dia mendapat kabar dari DPP bahwa Surat Keputusan (SK) calon walikota Manado diberikan Partai Demokrat kepadanya dirinya. Padahal sebelumnya, banyak pihak yang meragukan dirinya akan mendapatkan SK dari partai politik (Parpol).
“Awalnya memang banyak yang meragukan kita (saya red) mo dapa SK dari Partai Demokrat. Karena waktu lalu ketika kita maju bersama pak Vicky (Lumentut) SK-nya justru didapat di injuri time, amper siang (subuh, red). Padahal waktu itu pak Vicky ketua Partai Demokrat Sulut dan incumbent,” ujarnya.
MOR mengaku dirinya ditelpon oleh salah satu pengurus DPP Partai Demokrat yang mengatakan bahwa dia yang dipilih partai menjadi calon wakil walikota Manado.
“Saya ditelpon oleh salah satu pengurus DPP Partai Demokrat. Dia katakan kami diperintahkan memberikan SK ke pak Mor. Saya langsung katakan siap,” ungkapnya.
Tapi kemudian, lanjut MOR, dia ditanyai DPP siapa calon wakil walikota Manado yang akan mendampinginya. “Dorang (DPP, red) tanya siapa depe wakil. Kita bilang kase waktu pa kita mo cari dulu,” katanya.
MOR mengaku dia akhirnya memilih Hanny Joost Pajouw (HJP) sebagai wakilnya. Menariknya, pilihan MOR ke HJP ini ini berawal dari peristiwa dia bertemu dengan HJP di salah satu gereja GMIM. Di mana HJP merupakan salah satu pelayan khusus di GMIM.
“Kita inga waktu itu kita maso ibadah di gereja GMIM dan di situ kita ketemu pak HJP. Tapi torang dua tidak ada rencana mo bakudapa di situ sebelumnya. Juga tidak ada pembicaraan soal pencalonan. Lalu kita pulang ke rumah dan kita telpon ke DPP minta tolong tulis akang ini nama Hanny Joost Pajouw. Beberapa waktu kemudian kita ditanya lagi oleh DPP siapa depe wakil, kita pun langsung sebut nama pak HJP. Dorang tanya siapa itu HJP kita bilang dia (HJP, red) pernah jadi anggota DPRD Provinsi dengan suara terbanyak. Langsung dorang (DPP, red) bilang ok kami buatkan SK MOR-HJP,” bebernya.
Setelah itu, kata MOR, dia bertemu lagi dengan HJP dan mengajak Ketua Ikatan Nyong Noni Sulut ini untuk siap menjadi calon wakil walikota Manado.
“Waktu itu kita bilang pa pak HJP, torang dua nda pake aturan-aturan. Torang dua langsung bajalan jo dulu. Bro (HJP, red) pe waktu bajalan, bajalan jo, begitu juga kita bajalan deng kita waktu. Lebih dari itu biar Tuhan yang ator,” ucap MOR.
Peristiwa ketiga, dikatakan MOR adalah ketika dia dan HJP mendapat SK dari PAN. Pasalnya, Partai Demokrat hanya memiliki 6 kursi di DPRD Mnaado dan sesuai aturan butuh tambahan minimal 2 kursi.
“Waktu itu dengan Partai Demokrat belum cukup kursi. Torang masih butuh tambahan 2 kursi lagi supaya bisa maju di Pilkada. Tapi kemudian saya dapat kabar Partai Demokrat koalisi dengan PAN. Lalu kita dan HJP sama-sama dapat SK dari Demokrat dan PAN sebagai calon walikota dan wakil walikota Manado dan tinggal menunggu pendaftaran di KPU,” tukasnya.
Menurut MOR, ia meyakini ketiga peristiwa yang dialaminya itu pertanda bahwa Tuhan mengijinkan dia dan HJP maju di Pilkada Manado.
“Kita percaya dan mengamini bahwa semua yang terjadi itu berarti Tuhan so ijinkan kita deng pak HJP maju (di Pilkada Manado). Kalau tidak berarti Tuhan nda kase ijin (maju Pilkada Manado),” tandasnya.
MOR pun mengibaratkan pencalonan dirinya dan HJP dengan filosofi mengendarai kendaraan bermotor.
“Ibarat membawa kendaraan, torang so punya SIM, STNK dan BPKB. Torang punya so lengkap, so siap jalan,” pungkas MOR penuh makna. (JPc)
COMMENTS