Yohanes 14:1-12
“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku àakan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”
Kata Tomas kepada-Nya: “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.”
Kata Filipus kepada-Nya: “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.”
Kata Yesus kepadanya: “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.
Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.”
• Introduksi
Sakit, kemalangan dan penderitaan, kadang membawa kegentaran bagi jiwa manusia. Seorang ayah memiliki seorang putra, bocah yang manis. Ia harus merasakan kehilangan harapan, ketika bocah ceria itu meregang nyawa dipangkuannya. Tidak terbayangkan hal itu bisa terjadi. Covid19 mengambil anak satu-satunya dan mendamparkannya kepada keputusasaan, kegentaraan dan kemarahan tak bertepi.
Pertanyaan kita sekarang: apakah tantangan, penderitaan dan kemalangan menggoncangkan kepercayaan dan iman kita kepada Allah? Sama seperti, ayah yang kehilangan putranya, demikian juga para murid Yesus mengalami kesedihan yang mencekam ketika Ia mengalami derita sengsara, wafat dan dimakamkan.
Rasanya dunia sudah tidak bercahaya. Dan Yesus tahu, saat itu akan tiba. Karena itu, Ia peringatkan agar murid-murid-Nya tetap berpijak pada iman dan harapan mereka di dalam Allah Bapa dan dalam Diri-Nya sendiri.
Ketika kemalangan dan persoalan datang menghadang kita, kadang kita hadapi dua pilihan hidup yang serius.
Pilihan pertama, dihadapan kemalangan dan persoalan kita bisa memilih meninggalkan harapan dan menyerah penuh keputusasan, pada kenyataan yang menyesak dada. Pilihan kedua, kita bisa memilih untuk berada lebih dekat lagi, semakin dekat kepada Tuhan dan mengalami kekuatan dan ketabahan yang datang dari-Nya.
Alkitab meyakinkan kita bahwa “Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati” (Ul 31:8).
• Tempat bagi kita dalam Rumah Bapa
Di saat-saat berat dan sedih, ketika Yesus menjamu para Rasul-Nya pada malam Perjamuan Terakhir, Ia berpesan dengan jelas tentang kembali kepada Bapa.
Ia harus kembali kepada Bapa untuk menyediakan suatu tempat untuk para murid-Nya, dalam rumah Bapa. Yesus tidak hanya pergi ke Rumah Bapa untuk menyiapkan tempat yang aman, damai dan nyaman, melainkan juga Ia memberikan jaminan kepada mereka akan hal yang terbaik dari Sang Bapa, yakni “persatuan akrab, persahabatan dan sukacita bersama Bapa di sekeliling meja perjamuan surgawi (Luk 12:37, Mat 8:11) dan suatu tempat istirahat yang menyegarkan.
Yesus menjanjikan kepada para murid-Nya dan juga kepada kita masing-masing, bahwa Ia sendiri akan datang kembali untuk membawa kita ke Rumah Bapa. Paulus, Sang Rasul mengingatkan kita bahwa tidak ada keindahan di dunia ini yang dapat dibandingkan dengan kemuliaan perjamuan di Rumah Bapa.
“Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rm 8:18).
Para murid terkejut ketika Yesus mengatakan bahwa Ia harus pergi ke Rumah Bapa dan akan kembali untuk menjemput mereka untuk ada bersama Dia.
Lebih mengejutkan lagi ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Ia mengharapkan supaya mereka mengenal Dia sebagai jalan kepada Rumah Bapa.
Jawaban Yesus kepada pertanyaan Filipus, menunjukkan “jalan itu” kepada kita, sebagai pengingat bahwa murid-murid Kristus harus merasa yakin kepada sang Guru yang menunjukkan jalan, dan menantang mereka untuk semakin mengenal Yesus yang memiliki pengenalan yang akrab mesra dengan Allah, sekaligus yang tahu tempat di mana Allah berada.
Yesus membuat suatu pernyataan, yang sebetulnya adalah penyebutan akan nama Allah itu sendiri, seperti yang terjadi pada Musa, “Aku adalah aku” (Kel 3:14), dan mengklaim tiga hal yang sebenarnya menjadi prerogatif Allah sendiri, yakni: “Aku adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Yoh 14:6).
• Yesus: Jalan, Kebenaran dan Hidup
Proklamasi Yesus: Aku adalah Jalan (Yoh 14:6), adalah pernyataan bahwa Dialah “Guide” yang tepat kepada Bapa, lantaran Ia telah ada bersama dengan Bapa sejak dari awal mula sebelum adanya waktu dan segala sesuatu.
Sebenarnya, Yesus memberikan kepada kita suatu yang melebihi “peta jalan” dan “buku petunjuk”. Secara Pribadi, Yesus adalah jalan kepada Kerajaan Bapa dan kita tidak akan tersesat kalau kita mengikuti Dia. Ia menemani kita setiap hari dalam perjalanan hidup kita dan menjaga kita sebagai Gembala Baik yang menuntun dan menguatkan kita dalam setiap langkah hidup kita.
Yesus juga mengatakan bahwa Dia adalah Kebenaran (Yoh 14:6). Banyak orang berkata, “Saya telah mengajarkan kebenaran kepadamu,” namun hanya Yesus sendirilah, satu-satunya yang mengatakan: “Akulah kebenaran”.
Ia memiliki di dalam diri-Nya sendiri kepenuhan dari kebenaran. Yesus menegaskan kesatuan-Nya dengan Bapa dan berbicara tentang kebenaran yang datang dari Bapa. Yesus menjanjikan kepada para murid-Nya bahwa jika mereka terus berada di dalam Sabda-Nya, maka mereka akan belajar pada kebenaran itu dan kebenaran itu akan membebaskan mereka (Yoh 8:31).
Kebenaran yang diwartakan Yesus memiliki daya yang membebaskan dari kebodohan, penipuan dan dosa. Sabda dan kata-kata yang diucapkan Yesus adalah kebenaran karena tak ada kebohongan dan kesalahan pada-Nya.
Untuk diingat bahwa kebenaran moral tidak hanya terlihat dalam ide-ide dan kata-kata, lantaran persona yang membicarakan kebenaran itu harus juga benar di dalam pikiran, perkataan, perbuatan, teladan dan tindakan. Yesus menyatukan semua kebenaran ini di dalam diri pribadi-Nya.
Yesus mewartakan juga bahwa Dia adalah kehidupan (Yoh 14:6). Dia tidak saja menunjukkan kepada kita jalan kepada kehidupan (Mzm 16:11); Dia memberikan kepada kita suatu bentuk kehidupan yang hanya dapat diberikan oleh Allah hidup yang berlimpah-limpah yang berlangsung sampai kepada keabadian.
• Mengenal Allah secara pribadi
Salah satu kebenaran terbesar dari iman kristiani adalah bahwa kita dapat mengenal Allah yang hidup. Pengenalan akan Allah itu tidak hanya terbatas pada mengenal sesuatu tentang Allah, melainkan kita dapat mengenal Allah secara pribadi.
Esensi dari Kristianitas, dan yang membuat agama yang satu ini berbeda dari Yudaisme dan agama-agama yang lain adalah pengenalan Allah sebagai seorang Bapa. melihat Yesus, Putra tunggal Bapa, itu sama dengan melihat siapa itu Allah.
Pada Yesus kita melihat kasih Allah yang sempurna seorang Allah yang memelihara kita secara intens dan yang rindu akan anak-anak-Nya, pria maupun wanita, mencintai mereka sampai pada menyerahkan hidup-Nya di atas Salib. Yesus adalah pewahyuan Allah. Allah yang mencintai kita secara komplet, tanpa syarat dan sempurna dalam kebaikan.
Yesus juga menjanjikan bahwa Allah Bapa akan mendengarkan doa-doa kita, ketika kita berdoa di dalam Nama-Nya. Oleh karena itu, Yesus mengajarkan kepada para pengikut-Nya untuk berdoa dengan penuh keyakinan, Bapa Kami yang ada di Surga ….berilah kami rejeki setiap hari (Mat 6:9).
• Melakukan Karya yang diberikan Yesus
Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya untuk melakukan pekerjaan yang telah Ia lakukan dan bahkan pekerjaan yang lebih besar daripada itu. Yesus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia dan telah bangkit dan sekarang bertakta di Surga.
Pekerjaan-Nya sekarang dipercayakan kepada kita, orang-orang yang percaya kepada-Nya. Santa Teresa Avila (1515-1582) menulis:”Sekarang, Kristus tidak punya tubuh, namun anda memiliki tubuh. Tidak punya tangan, tidak punya kaki di dunia namun anda punya semua itu. Anda memiliki mata, melalui mana Yesus melihat dengan pandangan penuh belas kasih. Anda memiliki kaki yang Yesus pinjam untuk berjalan melakukan kebaikan. Anda punya tangan melalui mana Yesus memberkati dunia dan segalanya yang ada didalamnya. Anda memiliki tangan, anda memiliki kaki, anda memiliki mata dan anda adalah tubuh-Nya.
Sekarang, Kristus tidak punya tubuh di dunia, namun anda punya”. Yesus mau pinjam dan pakai tubuh kita menjadi saluran kasih dan berkat bagi sesama dan dunia.
Di saat-saat pandemi virus Corona ini, banyak orang menderita dan jatuh dalam keputusasaan dan kesedihan. Banyak orang kehilangan pegangan hidup bagi jiwanya. Banyak yang kehilangan tujuan perjalanan kehidupan.
Semoga kita masih boleh menjadi kaki tangan, mata dan telinga Yesus Kristus, untuk membawa terang yang menyelamatkan dan menjadi garam yang mengawetkan manusia dari kehancuran hidup mereka.
Tuhan tidak buta, Tuhan tahu derita dan perjuangan kita. Ia membutuhkan kita agar dunia dan sesama manusia boleh mengalami dan merasakan kehangatan cinta dan kasih-Nya yang menghidupkan.
Ia membutuhkan kita, serentak menggandeng tangan kita, agar kita boleh menggandeng tangan sesama, seiring sejalan menghadapi kehidupan ini dalam suatu harapan yang tidak pernah pupus.
Doa
“Tuhan Yesus, Engkau memenuhi kami dengan sukacita kehadiran-Mu yang menyelamatkan. Berilah kami harapan yang teguh di tengah situasi penderitaan karena virus Corona. Berilah kami ketabahan untuk terus memandang kepada-Mu, satu-satunya jalan, kebenaran dan kehidupan. Engkaulah Tuhan kami, kini dan sepanjang segala abad. Amin”.
John Lebe Wuwur, OCD
Sacred Heart Church Sonder,
Minahasa, North Sulawesi.
COMMENTS