HomeKolom & Interaktif

Kesakralan Tubuh Manusia Menurut Hindu

Kesakralan Tubuh Manusia Menurut Hindu

Oleh: Yunitha Asri Diantary Ni Made
(Dosen Teologi Hindu di Sekolah Tinggi Agama Hindu Mpu Kuturan Singaraja)

KONSEP Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Sejalan dengan dua unsur ini manusia dikatakan pula sebagai makhluk ilahi, dimana segala hal yang tampak disekitar kita adalah hasil dari kesadaran ilahi.

Segala hal yang baik, kuat, ampuh dalam sifat manusia berasal dari keilahian itu, dan walaupun berpotensi dalam banyak hal, pada dasarnya tidak ada bedanya antara manusia satu dengan manusia lainnya, di mana esensialnya semua makhluk hidup adalah ilahi. Maya adalah kekuatan dari Tuhan yang merupakan karana sarira (badan penyebab) yang menyembunyikan yang nyata dan membuat yang tidak nyata menjadi nyata.

Maya memiliki dua kekuatan yaitu daya menyelubungi atau avarana sakti dan daya pemantulan atau viksepa sakti dan manusia melupakan sifat ilahinya yang disebabkan oleh avarana sakti dan alam semesta ini diselimuti oleh maya pemantulan atau viksepa sakti. Manusia sebenarnya murni dan sempurna bila dirinya menyadari keilahianya, maka dengan melakukan yoga yang merupakan salah satu menemukan keilahianya.

Badan jasmani atau tubuh manusia mempunyai makna penting bagi jiwa-atma yang menjadi akar hidup dan dilahirkan menjadi badan jasmani (badan wadag atau sthula sarira) pada dasarnya sebagai manusia dalam pandangan Hindu adalah keutamaan atau kemuliaan.

Baca Juga  Pemuda, Teknologi dan Seni Budaya

Tubuh adalah alat atau sarana sebagai wujud atas kehendak Sang Hyang Widhi yang tampak didunia, agar Sang Atma dapat menyelesaikan masalahnya dengan sarana tubuh dalam melakukan kebajikan (Dharma). Hanya melalui ajaran kerohanian dan kesusilaan agama yang disebut dharma seseorang akan dapat mencapai tujuan hidup yang tertinggi yaitu kebebasan atman/roh dari penderitaan hidup duniawi, bebasnya roh dari dosa, kebahagiaan rohani dalam wujud ketentraman,menunggalnya atma dengan paramataman yang dikenal dengan Moksa dalam Agama Hindu.

Segala kegiatan demi kesejahteraan dan kebahagian semua mahluk itu disebut dharma, tiada disangsikan lagi apapun yang bertalian dengan kesejahteraan untuk sesamanya itulah dharma. Walaupun artha (kebutuhan harta benda) untuk kama (nafsu, keinginan) namun artha harus selalu bersumber pada dharma (kerohanian, kebenaran). Dharma terikat erat dengan artha dan dharma tidak menentang artha tetapi mengendalikan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan/kedamaian makhluk hidup. Jadi melalui badan atma dapat berkarma dan melalui badan atma menjadi bermakna.

Melihat demikian pentingnya makna badan jasmani manusia Hindu, maka dalam Veda dan seluruh pengetahuan yang menjadi cabang-cabangnya senantiasa mempertegas dalam uraiannya, bahwa perawatan badan jasmani ini, baik itu yang berhubungan dengan kebersihan, kesehatan, kesuciannya serta segala hal yang terkait sepatutnya terjaga dengan teratur, harmonis dan tetap kondusif. Perawatan badan jasmani secara teratur menurut prinsip-prinsip dharma, sistacra atau tradisi suci dianggap sebagai ibadah religius, jiwa-atma yang merupakan percikan dari Parama atma (Brahma) dapat bersemayam dengan tentram di dalamnya.

Baca Juga  Membedah Surat Edaran Menteri Agama Tentang Kegiatan Di Rumah Ibadah Di Masa Covid-19

Badan jasmani yang terawat dengan baik seharusnya diimbangi dengan kesehatan rohani dengan mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupannya. Sejatinya manusia dalam pandangan Hindu paham bahwa dalam tubuh atau dirinya bersthana dewa-dewi yang menjaga keseimbangan tubuh manusia dalam menjalani hidup. Dalam lingkaran kehidupan manusia dewa-dewi ini akan tetap bertempat sesuai dengan tugasnya.

Begitu pula saat manusia itu meninggal, dewa yang merupakan simbol dari beberapa tubuh manusia yang memiliki fungsi penting disthanakan kembali dalam rangka proses penyucian badan kasar tersebut. Selain itu untuk tetap mengkondisikan kualitas jasmaniah yang sehat, bersih, dan suci, maka manusia selaku pribadi juga patut memilih makanan yang baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani, karena bahan dan sifat makanan menurut pandangan Upanisad secara apriori akan menentukan sifat, prilaku dan kesucian diri manusia.

Kesakralan tubuh manusia ini sesuai dengan salah satu konsep Mirccea Eliade mengenai agama, yang mana dalam buku the sacred and the profan, Eliade menggunakan contoh-contoh dari berbagai kebudayaan untuk menunjukkan bagaimana seriusnya masyarakat tradisional dalam menerapkan model-model ilahiah. Otoritas yang sakral mengatur semua kehidupan. Misalnya dalam membangun perkampungan baru. Masyarakat arkhais tidak dengan serta merta memilih sembarang tempat. Suatu perkampungan haruslah didirikan pada tempat yang memiliki hierophany atau penampakan yang sakral, bisa dalam bentuk dewa atau arwah nenek moyang. Tempat-tempat yang mendapat karunia ilahi sebagai titik pusat dunia atau cosmos. Berdasarkan titik-titik pusat ini suatu masyarakat baru dibentuk dengan struktur-struktur ilahiah yang definitif.

Baca Juga  Hendrika dan Klaim Atas Kewarganegaraan

Dalam hal ini tubuh manusia menjadi axix mundi atau pusat bertemunya yang sakral dengan yang profan, tubuh menjadi tempat/ mandala yang sakral atau dalam pandangan Hindu tubuh manusia merupakan tempat para Dewa. Dimana menurut Eliade dalam tipe theophany yang berarti kemunculan Tuhan ini dalam hal ini merupakan wujud dewa yang disimbolkan memiliki tempatnya tersendiri dalam masing-masing tubuh untuk menyeimbangkan atau menyelaraskan tubuh jasmani dan rohani. Melalui simbol dewa dewi ini, seseorang akan mampu memahami bagaimana bertindak dan berprilaku sebagai mana dengan ajaran Tri Kaya Parisudha yang terdiri dari kayika yang artinya berbuat yang baik, wacika yang berarti berbicara yang baik dan manacika yang artinya berpikir yang baik. Ketiga hal ini akan menjadi pedoman hidup ketika manusia menyelaraskan kecerdasan spiritualnya. (*)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0