Ni Putu Candra Prastya Dewi, M.Pd. (Dosen PGSD STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Bali- Komunitas Art & Culture)
MASA pandemi covid-19 ini seakan-akan menjadi ujian bagi masyarakat di seluruh dunia seberapa erat persaudaraan antar sesama warga negara, utamanya dalam melawan wabah covid-19. Seluruh warga dunia juga sedang bahu-membahu untuk saling bekerjasama mencegah penyebaran virus covid-19. Berbagai relawan yang berasal dari berbagai bidang profesi ikut membantu baik dalam memberikan sumbangan berupa sembako, pemberian masker gratis, dan sebagainya. Begitu pula daerah Bali yang tentunya juga saling bahu membahu membantu sesama warga yang terdampak covid-19.
Bali menjadi daerah yang mendapat pujian oleh Presiden Joko Widodo terkait penanganan covid-19, serta meminta daerah lainnya untuk mencontoh cara penanganan wabah covid-19 yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali. Presiden Joko Widodo dalam konferensi yang diselenggarakan terkait evaluasi PSBB menyatakan, meskipun Bali tidak menerapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), namun Pulau Dewata ini mampu meningkatkan angka kesembuhan. Jika dilihat dari pengunjung asing, Bali paling banyak dikunjungi oleh warga Tiongkok. Berdasarkan fakta tersebut, seharusnya Bali paling banyak terkena dampak. Namun ternyata pemprov Bali mampu bersinergi dengan Satgas dalam lingkup desa adat dalam mencegah penyebaran virus covid-19, sehingga penyebaran virus covid-19 di Bali dapat ditekan.
Terlihat bahwa di perbatasan desa adat di Bali, tim Satgas melakukan penyemprotan kepada warga yang akan memasuki wilayah, serta mewajibkan penduduk yang lalu lintas untuk mengenakan masker. Selain itu juga melakukan penyemprotan di rumah penduduk, sehingga menghindari penyebaran virus covid-19. Bahkan di beberapa tempat mewajibkan penduduk yang keluar masuk wilayah tersebut membawa surat ijin dari kepala desa setempat, ataupun surat keterangan sehat.
Tidak hanya Satgas dalam lingkup desa adat, namun masyarakat Bali lainnya juga turut serta membantu sesama baik dalam pemberian masker gratis ataupun memberikan sumbangan kepada warga kurang mampu yang tidak dapat bekerja saat masa pandemi. Perilaku masyarakat Bali ini dilandasi oleh perasaan senasib sepenanggungan yang disebut Salunglung Sabayantaka. Salunglung Sabayantaka menjadi salah satu falsafah yang diyakini masyarakat Hindu-Bali yang dapat menunjukkan kepedulian terhadap sesama.
Falsafah Salunglung Sabayantaka diartikan sebagai perasaan senasib sepenanggungan, kekeluargaan, dan gotong royong. Perasaan senasib sepenanggungan sebagaimana pemahaman orang Bali terhadap falsafah ini memebuat masyaraat Bali terikat secara emosional satu dengan yang lainnya dan tetap berusaha menjaga ikatan persaudaraan diantara orang Bali. Falsafah Salunglung Sabayantaka mengajarkan masyarakat Bali untuk memiliki sikap toleransi dan memberikan pertolongan tanpa membedakan suku, agama, maupun ras. Masyarakat Bali meyakini terdapat nilai positif dalam falsafah Salunglung Sabayantaka karena mengajarkan tentang bagaimana membangun dan mempertahankan sebuah interaksi sosial, kepedulian sosial, dan solidaritas sosial dengan orang lain. Maka tidak mengherankan jika dengan berpedoman pada falsafah yang mengandung nilai yang sangat positif ini mampu menekan penyebaran virus covid-19 di Bali.
COMMENTS