Oleh: Dr. Dominica Diniafiat.
(Akademisi-Founders AJD Sahabat Budaya)
BERBAGAI problem dunia saat ini, tampak jelas belum berakhir. Tak kunjung selesai bukan karena tidak ada jalan keluar. Kendati begitu, manusia tidak harus berkeluh kesah karena diyakini segala problem selalu ada jalan keluar.
Di masa pandemi covid 19, semua orang mengalami adanya kebiasaan baru, sebuah budaya baru. Budaya yang bisa saja dipandang membatasi proses interaksi sosial budaya, termasuk pengembangan budaya. Namun demikian, itu adalah salah satu jalan untuk menahan lajunya penyebaran covid 19.
Walaupun demikian, sejalan dengan itu, penulis meyakini bahwa proses pengembangan budaya harus berjalan, seiring adanya budaya baru itu. Terhadap pandemi yang melahirkan budaya baru, kita harus adaptif, dalam arti memiliki spirit beradaptasi, spirit menyesuaikan diri dengan dunia dimana kita hidup.
Maka terkait pengembangan budaya, tak bisa dimungkiri, perjuangan setiap pegiat dan pemerhati budaya terus saja mengalir. Paling tidak itu yang diperankan oleh frame penjaga budaya yang penulis pimpin. Frame penjaga budaya sesungguhnya terus memberi perhatian pada budaya karena budaya adalah kunci utama peradaban. Itu keyakinan kuat penulis.
Dalam praksis yang terjadi, pengembangan dan pelestarian bahkan proses adaptasi dengan pandemi, frame penjaga budaya menyasar anak muda sebagai pemegang tongkat estafet pemajuan budaya. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, proses pemajuan budaya secara praktis, dijalankan. Sebut saja, pembuatan beberapa konten kreatif, terkait rekaman musik tradisional, film dokumenter serta literasi budaya kepada masyarakat.
Beberapa kegiatan ini memang tak mudah dijalankan, mengingat situasi saat ini. Namun dari sini kita perlu belajar beberapa hal:
Pertama, menjadi agen perubahan. Sebagai anak muda, perlu membawa perubahan dalam dunia, lewat karya cipta yang tampak jelas dan terukur.
Kedua, memberi contoh yang baik kepada masyarakat dengan pesan moral, bahwa solidaritas perlu dibina dalam masa pandemi termasuk dalam pemajuan budaya.
Ketiga, perhatian pada pengembanhan san pemajuan budaya harus dilihat sebagai bukti bahwa kita tisak bisa maju tanpa melakukan sesuatu secara nyata. Maka untuk budaya, teruslah bergerak, berbuat dan lakukan.
Keempat, mengutip sebuah refleksi Loho 2018, pemajuan budaya merupqmakan pengartikulasian tradisi sesuai dengan tuntutan perkembangan dan peradaban. Hal itu adalah bagian dari adaptasi terhadap perkembangan peradaban.
Akhirnya, budaya akan dinamis jika kita bergerak, karena jika demikian kita memenuhi upaya untuk menjadikan tradisi sebagai semacam way of life. (Loho 2018).(*)
COMMENTS