(Bacaan: Yer. 31:7-9; Ibr. 5:1-6; Mrk. 10: 46-52)
Sewaktu masih frater, saya suka membaca novel baik itu pengarang Indonesia maupun luar negeri. Trilogi Negeri 5 Menara adalah salah satu yang menarik perhatian saya. Dalam tiga novelnya, Ahmad Fuadi menghadirkan tokoh utama bernama Alif, seorang pemuda di pinggiran Danau Maninjau yang ke luar daerah Minangkabau untuk menuntut ilmu di Pondok Madani. Di sana ia perlahan-lahan bertumbuh menjadi pribadi dewasa dan penuh antusiasme. Ia juga perlahan-lahan mampu memaknai hidupnya dengan filosofi “man jadda, wajada” yang berarti “Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil” dan “Man shabara zhafira” yang berarti “Siapa yang bersabar, akan beruntung.” Dari Pondok Madani, Alif menerjang kerasnya hidup dan merantau hingga ke luar negeri dengan penuh harap.
Dua filosofi ini berbicara tentang kerja keras dan kesabaran. Untuk bisa berhasil, kita harus bekerja keras. Kita semua menyadari bahwa tidak ada jalan pintas menuju keberhasilan. Jalan keberhasilan adalah jalan panjang dan berliku. Dibutuhkan tekad yang kuat dan determinasi yang tinggi. Mereka yang bekerja santai dan instan pasti takkan bertahan. Sebaliknya mereka yang bekerja keras, akan bertahan dan berhasil. Namun kerja keras harus disertai oleh kesabaran. Keberhasilan bukan hanya kerja fisik tapi juga kerja mental. Tenaga kita pasti akan terkuras, tapi juga mental kita akan ditempa. Sering kita mendapat godaan tantangan. Tak sedikit yang ingin berhenti sebab merasa terlalu lama berjuang dan hasil tak kunjung datang. Hati yang sabar akan membuat kita setia dan tekun untuk berjuang. Kesabaran inilah yang membuat kita terus bertahan dan berharap akan datangnya hasil yang baik.
Di dalam diri Bartimeus, pengemis di jalan Yerikho, kita menemukan kerja keras dan kesabaran. Pengemis buta itu mendengar bahwa Yesus sedang lewat. Ia berteriak dengan keras agar Yesus bisa menyembuhkannya. Dari mana ia bisa mengenal Yesus? Sebagai seorang pengemis di pinggir jalan, ia tentu mendengar berbagai cerita tentang Yesus yang viral karena karya dan pengajaran-Nya pada waktu itu. kehadiran Yesus di Yerikho tentu menarik perhatian banyak orang termasuk Bartimeus. Bartimeus ingin sembuh dan berusaha untuk berjumpa Yesus. Namun teriakannya, mendapat respon negatif dari banyak orang. Mereka menyuruhnya diam. Mereka merasa terganggu dengan tindakannya. Namun Bartimeus tidak patah semangat. Ia malah semakin keras berteriak lagi. Di sinilah kelihatan kerja keras seorang Bartimeus, ia tidak takut dan tidak tunduk pada tantangan. Ia malah semakin berani. Matanya memang lemah, tapi hatinya teguh. Ia gigih dan penuh determinasi. Kerja keras Bartimeus membuahkan hasil. Yesus mau berjumpa dengannya. Di hadapan Yesus ia mengutarakan keinginan hatinya dan Yesus pun mengabulkannya. Sungguh betapa bahagia Bartimeus ketika ia bisa melihat. Yesus menyembuhkan Bartimeus dengan bersabda, “Pergilah, Imanmu telah menyelamatkan engkau!” sabda Yesus ini menyadarkan saya bahwa kerja keras dan kesabaran adalah bagian dari iman. Bartimeus adalah seorang yang sungguh beriman. Ia percaya pada Yesus. Ia percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkannya. Oleh karena itu ia berjuang untuk berjumpa dengan Yesus.
Saudara, kita sering menyebut diri kita sebagai orang beriman, namun apakah kita sungguh beriman? Apakah kita sungguh yakin akan penyelenggaraan ilahi? Banyak tantangan dan masalah dalam hidup kita seringkali melemahkan iman banyak pengikut Kristus. Tak jarang banyak orang Kristen ragu akan penyelanggaraan ilahi dalam hidupnya. Sehingga mereka cenderung mengandalkan kemampuan manusiawi kita semata. Kita hidup dalam zaman yang menawarkan hal-hal yang instan. Oleh karena itu kerja keras menjadi keutamaan yang harus diperjuangkan secara serius. Sebagai murid Kristus, keras kita harus didasarkan pada iman itu sendiri. Kita berusaha karena kita percaya akan kebaikan hati Allah. Kalau kerja kita hanya didasarkan pada kemampuan manusiawi semata, kita tidak akan bertahan lama. Toh pada waktunya akan berhenti.
Nabi Yeremia memberi alasan iman sebagai dasar kerja keras kita. Ia menyatakan bahwa Allah adalah sumber keselamatan. Ia akan menyatakan kehendak-Nya kepada semua bangsa. Ia akan menuntun umat-Nya. Ia akan membebaskan belenggu mereka. Ia akan menyembuhkan mereka yang sakit dan melegakan mereka yang berbeban berat. Warta ini meneguhkan iman kita dan memperteguh harapan kita. Senada dengan Yeremia, Penulis Surat Ibrani berbicara tentang Kristus, Sang Imam Agung yang sangat solider dengan manusia. Menurut peraturan Melkisedek, Ia mempersembahkan diri-Nya satu kali untuk selamanya demi keselamatan manusia.
Saudaraku, kalau Kristus saja mau berjuang untuk kita, mestinya kita juga mau berjuang demi Kristus. Semoga kita sekalian bisa mengikuti teladan Kristus. Kita tidak menyerah pada keadaan dan pada tantangan. Sebaliknya, kita senakin kuat dan sabar dalam menjalani hidup kita. Allahpun tidak akan meninggalkan kita. Ia akan menyertai kita senantiasa. Selamat hari minggu. Tuhan memberkati. (*)
Penulis:

Pastor Ay’s Laratmase MSC
COMMENTS