MANADO, JP- Ceramah Ustadz Abdul Somad (UAS) yang diduga menghina simbol agama Kristen, dengan menyatakan bahwa di dalam salib ada jin kafir dalam bentuk patung, yang videonya viral di media sosial, dikecam banyak kalangan.
Tokoh agama Sulawesi Utara Pendeta Hanny Pantouw STh pun ikut angkat bicara.
“Pernyataan Ustadz Somad menggambarkan ketidakcerdasan dia sebagai seorang pemuka agama,” ujarnya.
Menurut Ketua GBI Manado ini, UAS tinggal di Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai dasar negara dan mengakui agama lain selain agama Islam yang dianut UAS, sehingga harus ditumbuhkembangkan semangat toleransi antarumat beragama.
“Apalagi sebagai pemimpin atau pemuka agama dan penganut agama mayoritas di Indonesia, Ustad Somad seharusnya mengedepankan nilai-nilai kerukunan serta saling menghormati dan menjaga toleransi antar umat beragama. Bukan malah mengeluarkan ujaran yang sangat menyinggung perasaan umat agama lain dan dapat memicu kebencian antarumat beragama,” jelasnya
Gembala GBI Harmagedon Manado ini juga menyayangkan UAS yang memposisikan diri sebagai intelektual Muslim dan memiliki kecukupan ilmu teologis, namun justru secara terang-terangan di hadapan umat Islam yang mengikuti ceramahnya telah melecehkan simbol keimanan umat Nasrani.
“Itu jauh dari semangat hidup berbangsa dalam payung Pancasila yang mengedepankan semangat toleransi antarumat beragama,” paparnya.
Menurut Tokoh Sulut yang komit menjaga Pancasila, NKRI dan toleransi beragama ini, dalam persepktif hukum, dengan pernyataannya itu UAS bisa diduga melakukan penistaan atau penodaan agama bila ada yang melaporkan karena tersinggung atau merasa dinistakan agamanya.
“Dengan pernyataannya itu, Ustad Somad bisa dinilai telah melakukan kebencian dan telah menumbuhkembangkan bibit-bibit intoleran, yang dapat berdampak pada retaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi ketika ujaran kebencian ini diungkapkan oleh seorang pemimpin atau pemuka agama seperti Ustadz Somad yang tentu memiliki banyak pengikutnya,” katanya.
Dikatakan pendiri sekaligus Ketua Yayasan Bunga Bakung yang menangani para pecandu narkotika di Sulut ini, UAS seharusnya memberikan materi seputar agamanya dan bukan agama dari umat lain apalagi sampai diduga menghina simbol keimanan agama lain. Ia pun mencontohkan kasus Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok yang menyitir surat Al Maidah ayat 51 saat bertugas selaku Gubernur DKI Jakarta di Kepulauan Seribu yang kemudian videonya viral di media sosial.
“Atas pernyataannya itu Ahok kemudian dipenjara karena divonis bersalah oleh majelis hakim. Itu karena Ahok berbicara bukan tentang agamanya tapi menyebut ayat dari agama lain. Apakah mau saya menghina simbol agama lain? Pasti jawabannya tentu tidak. Begitu juga dengan UAS,” ungkapnya.
Karena itu, Tonaas Wangko Laskar Manguni Indonesia ini meminta kepada negara dengan seluruh perangkatnya untuk tegas menyikapi hal ini.
“Agar masyarakat kita tidak terprovokasi dan agar isu ini tidak semakin melebar, maka negara dengan perangkatnya harus hadir menyikapi hal ini secara tegas,” tukasnya.
Pdt Hanny juga menyampaikan perlunya kedewasaan bersikap dalam menghadapi dugaan ujaran kebencian ini, sehingga umat agama yang terkait tidak mudah terprovokasi.
“Saya yakin bahwa umat Nasrani tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan yang bisa merusak kerukunan dan perdamaian antarumat beragama, khususnya dengan umat Muslim. Saya berharap umat Nasrani dan umat Muslim makin bijak menghadapi hal-hal seperti ini. Intinya perlu kedewasaan dan sikap bijak untuk menjaga persatuan dan perdamaian antarumat beragama,” harapnya. (JPc)
COMMENTS