MANADO, JP- Rapat Paripurna dalam rangka pembentukan alat kelengkapan dewan di kantor DPRD Kota Manado, Jalan Balai Kota, Tikala, Manado pada Selasa (08/10/2019) sore hingga malam, berlangsung alot dan bahkan berujung ricuh.
Pantauan jejakpublik.com, berawal ketika rapat dalam rangka pembentukan alat kelengkapan dewan (AKD) DPRD Manado, yang dipimpin Ketua Altje Dondokambey didampingi oleh Wakil Ketua I, Nortje Van Bone minus Wakil Ketua II, Adrey Laikun, berlangsung alot.
Sebelum dan sesudah ditetapkannya struktur Badan Kehormatan, rapat tersebut telah dihujani beberapa kali interupsi dari sejumlah anggota dewan.
Salah satunya datang dari Ketua Fraksi NasDem Frederik Tangkau yang beberapa kali melayangkan interupsi.
“Tolong berikan saya kesempatan berbicara terlebih dahulu,” pinta Tangkau dengan nada tinggi setelah beberapa kali interupsinya dihambat.
Namun demikian tetap saja setiap kali Tangkau bicara, langsung disanggah Benny Parasan. Tak pelak, adu mulut pun sempat panjang.
Belum selesai sampai di situ. Usai penetapan dan penandatanganan AKD, Tangkau yang sedari tadi hak bicaranya dipasung pun kembali meminta waktu untuk menyatakan pendapatnya.
Namun, Ketua DPRD Aaltje Dondokambey tidak menghiraukan dan malah menutup rapat tersebut dengan doa.
“Intrupsi, intrupsi, intrupsi. Ijinkan kami bicara. Ketua jangan otoriter. Ketua jangan pilih kasih. Kami digaji untuk bicara. Tolong kasih kesempatan kami bicara,” tegas Tangkau berulang-ulang.
Belum juga ditanggapi oleh Dondokambey, Hengky Kawalo pun turut angkat suara. Sehingga antara Kawalo dan Tangkau masih saut-sautan.
“Ini rapat paripurna sudah ditutup,” ujar Hengky Kawalo.
Puncaknya, karena merasa tidak dihargai ketua dewan dan hak bicaranya dipasung, Tangkau pun secara spontan mendorong meja yang ada didepannya hingga terjatuh ke lantai.
“Terima kasih selamat malam, so nda betul ini,” ungkap Tangkau sambil memukul
meja lalu lalu mendorong ke lantai.
Meja pun terlempar, sebuah gelas yang tadinya di atas meja jatuh dan pecah. Begitupun dengan handphone milik Tangkau ikut terjatuh. Rapat paripurna pun berakhir ricuh.
“So nda betul ini. Torang (Nasdem, red) ini so diperlakukan seperti ini. Ini sangat tidak adil. Ketua dewan otoriter. Ketua dewan pilih kasih,” protes Langkun, sementara Dondokambey memilih meninggalkan ruang paripurna.
Kepada wartawan, Tangkau menilai, kepemimpinan ketua dewan (Aaltje Dondokambey, red) saat ini terlihat otoriter terhadap Fraksi Nasdem tapi untuk fraksi lain selalu diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat mereka.
“Jujur kami Fraksi Nasdem sangat kecewa dengan kepemimpinan. Baru diawali dengan AKD kami sudah tidak dihargai, bagaimana kedepan. Kami ini mewakili masyarakat di dapil masing-masing yang punya hak bicara tapi tidak diberikan oleh ketua dewan,” paparnya.
Padahal menurut Tangkau, pihaknya dari Fraksi NasDem pada dasarnya menerima apapun keputusan yang diberikan oleh Ketua Dewan saat memimpin rapat paripurna.
“Saya dan rekan-rekan dari NasDem setuju dan menerima apapun yang menjadi keputusan malam ini (tadi malam red), hanya saja kami kecewa saat kami dari NasDem ingin intrupsi dan sudah intrupsi beberapa kali tapi tak diladeni, kami dalam rapat tidak dihargai. Hak kami sebagai anggota dewan untuk berbicara tidak diberikan kesempatan dan dibatasi. Dan yang kami bicarakan untuk kebaikan anggota dewan dan kepentingan rakyat. Jadi bukan untuk kepentingan NasDem walau fraksi kami tidak dapat jatah dalam AKD,” tukasnya.
Bagi Langkun, sudah tidak ada keseimbangan dan sudah terjadi gesekan antar anggota dewan.
“Saya minta maaf atas insiden kecil yang terjadi tadi (Mendorong meja hingga terjatuh, red). Itu murni tindakan spontan karena tidak dihargai oleh Ketua dewan. Dan ini menjadi pelajaran ke depan untuk saling menghargai setiap kebijakan politik yang terjadi di lembaga DPRD. Saya berharap, asas kebersamaan yang selama ini digaungkan tidak sia-sia, apalagi ini semua untuk kepentingan rakyat, kami bekerja untuk rakyat,” tandasnya. (JPc)
COMMENTS