HARI ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal yang Mahakudus. Banyak orang seringkali berusaha memahami misteri ilahi ini dengan menggunakan analogi-analogi. Misalnya, ada yang menggunakan analogi kopi susu instan dan analogi segitiga serta analogi matahari dengan sinar dan panasnya. Kita perlu berhati-hati dengan analogi-analogi semacam ini. Sebab persoalan Allah Tritunggal terlalu disederhanakan dan pikiran kita menjadi sempit.
Santo Agustinus dari Hippo memiliki pengalaman menarik. Suatu saat ia berjalan di pantai sambil merenungkan Allah Tritunggal. Ia melihat seorang anak yang bolak balik membawa air untuk mengisi lubang yang telah digalinya. St. Agustinus menghampiri anak itu dan bertanga, “Nak apa yang sedang kamu kerjakan?” Anak itu menjawab, “Saya sedang mengisi air laut ke dalam lubang pasir ini.” Orang Kudus itu menanggapi, “Itu tidak mungkin, seluruh isi lautan tidak akan tertampung di dalam lubang kecil yang kaugali,” kata St. Agustinus. Anak itu menjawab: “Dan Engkau tidak akan dapat menampung Misteri Tritunggal di dalam otakmu yang kecil.”
Akal budi manusia itu terbatas, sedangkan Allah Tritunggal adalah misteri ilahi yang tak terbatas bak samudera yang tak terduga dasarnya. Kita tidak akan bisa memahami misteri ilahi secara tuntas. St Agustinus berkata, “Kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah.” Dengan demikian, kitalah semestinya yang masuk ke dalam misteri ilahi. Kita perlu membuka hati kita untuk mendengar dan melihat Allah menyatakan diri-Nya bagi kita.
Yesus sendiri menyatakan Allah Tritunggal kepada kita. Ia menceritakan relasi-Nya dengan Bapa. “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30). “Bapalah yang mengutus Aku” (Yoh.5:37). Yesus diutus Bapa untuk menyelamatkan dunia (bdk. Yoh. 3:16). Yesus juga menyatakan tentang Roh Kudus. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran” (Yoh 14:16-17). “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 14:26)
Ketika kita membuka hati pada misteri ilahi Tritunggal berarti kita berserah diri pada-Nya. Kita membiarkan diri kita dituntun dan dibimbing oleh Allah. Pada titik ini kita perlu sadar bahwa titik tolak untuk memahami Allah Tritunggal bukan lagi akal budi melainkan iman. Iman itu bak tongkat dan terang bagi budi kita. Imanlah yang mendorong budi saya untuk memahami Tritunggal. St. Agustinus berseru, “Crede ut intellegas” yang berarti “Percayalah supaya kamu memahami.” St. Anselmus dari Canterbury kemudian mempersonalisasikan pepatah ini dan berkata, “Credo ut illegam” yang berarti “Saya percaya, maka saya mengerti.” Marilah kita belajar untuk belajar beriman pada Allah lebih dahulu, barulah belajar memahami-Nya .
Penulis:
COMMENTS
bartmat dca9debd95 https://marketplace.visualstudio.com/items?itemName=vampirbr.Virtuagirl-Hd-Latest-Version-Free-Download-NEW