HomeBeritaBerita Utama

Mgr Ignatius Suharyo, Sang Kardinal yang Sejak Kecil Ingin Menjadi Polisi

Mgr Ignatius Suharyo, Sang Kardinal yang Sejak Kecil Ingin Menjadi Polisi

PERJALANAN hidup setiap manusia tidak ada yang tahu kecuali Sang penyelenggara kehidupan manusia Tuhan yang Maha Esa.

Begitu juga dengan perjalanan hidup dari Uskup Agung Jakarta Monsignor (Mgr) Ignatius Suharyo.

Tak ada yang menyangka Mgr Suharyo yang saat kecil bercita-cita ingin menjadi polisi itu kini diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus, Minggu (1/9/2019).

Mgr Suharyo ditetapkan bersama 12 calon lainnya. Ke-13 kardinal baru ini diumumkan ketika Doa Malaikat Tuhan (Angelus) yang digelar pukul 12.00 siang waktu setempat.

Adapun Kardinal merupakan jabatan senior dalam Gereja Katolik Roma. Jabatan kardinal ada di bawah Paus. Kardinal bertugas menghadiri rapat dalam dewan suci dan siap sedia hadir ketika Sri Paus membutuhkan nasihat.

Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, sang Kardinal ini sejak kecil tidak bercita-cita menjadi Pastor dan Uskup apalagi menjadi seorang Kardinal. Justru cita-cita Ignatius kecil adalah ingin menjadi polisi.

Putra pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra ini lahir di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 9 Juli 1950.

Awalnya Suharyo kecil tidak berkeinginan menjadi pastor melainkan ingin menjadi polisi. Sementara, sang kakak, almarhum RP Suitbertus Ari Sunardi OCSO, masuk seminari hingga akhirnya menjadi pastor pertapa di Pertapaan Trappist Rawaseneng, Jawa Tengah.

Baca Juga  Sip, Talaud Kembali Dapat Jatah 95 Unit Rumah Bantuan

Keteguhan Suharyo kecil ingin menjadi polisi akhirnya luluh setelah ada seorang pastor yang kemudian mengubah keinginannya. Pastor tersebut menghampiri Suharyo dan menawarkan apakah dia mau menjadi pastor atau tidak.
Hingga akhirnya Suharyo kecil menyatakan “iya” kepada pastor tersebut.

Pada tahun 1961, Suharyo masuk Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang, Jawa Tengah. Saat itu, ia berkeinginan untuk menjadi imam yang religius.

Keinginan tersebut muncul mungkin karena terinspirasi dari sang kakak. Setelah itu, karena ingin menjadi pastor diosesan/praja, Suharyo memutuskan untuk masuk Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogyakarta.

“Tujuan saya menjadi imam praja adalah sangat sederhana, supaya bisa menjadi pastor paroki,” kata dia.

Pada 26 Januari 1976, Suharyo diminta untuk melanjutkan studi ke Roma, Italia, setelah sebelumnya ditahbiskan menjadi imam diosesan.

Ia mampu menyelesaikan studi doktor Teologi Biblis di Universitas Urbaniana pada 1981.

Sepulangnya ke Indonesia, Suharyo berpikir bahwa cita-citanya sebagai paroki akan sirna karena harus mengajar di seminari tinggi selamanya.

Baca Juga  Lantik Elly Lasut-Moktar Parapaga, Mendagri Digugat di PTUN

Namun, pemikiran dari Suharyo salah. Ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang menggantikan Mgr Julius Darmaatmadja SJ yang pindah ke Keuskupan Agung Jakarta.

Penunjukan Suharyo tersebut dilakukan oleh mendiang Paus Yohanes Paulus II. Pada 22 Agustus 1997, 0Suharyo ditahbiskan sebagai Uskup Agung Semarang.

Perjalanan Suharyo berlanjut saat ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Jakarta pada 29 Juni 2010, menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ yang pensiun pada Juli 2009.

Mgr Suharyo juga menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Uskup TNI/Polri.

Suharyo juga meluncurkan buku biografi menandai 20 tahun berkarya dalam pelayanan sebagai uskup pada 7 Oktober 2017.

Buku tersebut berjudul “Terima Kasih, Baik, Lanjutkan” yang berarti kematangan iman dan kematangan pribadi.

Mgr Suharyo mengutip kata-kata tersebut hingga dijadikan menjadi judul dalam buku biografinya dari sebuah kalimat dalam buku karangan Kardinal Basil Hume, Uskup Agung Westminster, Inggris.

Buku biografi tersebut berisi kisah hidup Mgr Suharyo. Pada bagian akhir buku terdapat tulisan Mgr Suharyo yang berjudul “Evangelisasi di Kota Metropolitan”.

Suharyo menyebutkan, tulisan itu adalah buah pemikiran saat pertama kali dipindahtugaskan dari Uskup Agung Semarang ke Uskup Agung Jakarta dan sebuah analisis situasi kehidupan umat di Jakarta.

Baca Juga  Issu Hoax Pemekaran 8 Provinsi Menyeruak, BMR tidak Masuk

“Tulisan itu hanya analisis, tanpa data ataupun statistik. Intinya, banyak orang tersingkir di dalam kehidupan kota besar. Pada situasi seperti itu, gereja harus bertindak,” ujar Mgr Suharyo.

Tindakan gereja yang dimaksud ada dua macam, yaitu tindakan ke luar dan tindakan ke dalam.

Selain menjelaskan tentang perjalanan hidupnya, Suharyo juga ingin mengisahkan kerendahan hati yang menjadi dasar pelayanan Mgr Suharyo selama menjadi seorang uskup.

TETAP BERKANTOR DI JAKARTA

Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) bersyukur atas ditunjuknya Ignatius sebagai kardinal. Pelantikan Ignatius sebagai kardinal akan dilakukan dalam Consistorium (Sidang Para Kardinal) pada Sabtu (5/10) nanti di Vatikan.

“Puji Syukur kepada Tuhan atas kepercayaan dan cinta kasih Paus Fransiskus bagi Gereja Katolik Indonesia atas pengangkatan Mgr Ignatius Suharyo menjadi Kardinal,” ujar Adi.

Sementara itu, Humas KAJ, Susyana Suwadie mengatakan Romo Ignatius akan tetap berkantor di Jakarta setelah dilantik di Vatikan.

“Tetap (berkantor) di Jakarta. Di Vatikan hanya pelantikan,” tutur Susyana. (JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0