HomeKolom & Interaktif

Rasisme Dan Keadilan Sosial Di Indonesia

Rasisme Dan Keadilan Sosial Di Indonesia

Oleh: Winda Astari
(Anggota PMKRI Cabang Pematang Siantar)

DALAM suatu lingkungan masyarakat sudah wajar terjadi. Perbedaan terjadi karena adanya keberagaman dalam masyarakat. Perbedaan yang ada dalam persekutuan hidup ini antara lain adalah perbedaan ras, suku bangsa, agama, status sosial, jenis kelamin, profesi, pendidikan, tempat tinggal, budaya, dan ekonomi.

Perbedaan- perbedaan inilah yang membentuk suatu keberagaman dalam masyarakat yang majemuk. Keberagaman di dalam masyarakat tidak hanya menciptakan keunikan, tetapi juga dapat menimbulkan suatu sikap partikularisme kelompok. Partikularisme adalah sebuah paham bahwa kepentingan suatu kelompok lebih penting dibandingkan dengan kepentingan bersama.

Saya sedikit bercerita tentang pengalaman saya sejak kecil bahwa sifat-sifat rasisme itu sudah muncul. Yahhhh dulu saya punya teman yang kulitnya lebih putih dari warna kulit pada biasanya, dan dia akan menjadi bahan olok-olokan teman setiap harinya. Bahkan dia tidak melanjutkan sekolahnya karena bullyan.

Dan saya juga merasakan hal bully juga sampai saat ini. Kebetulan saya tinggal di daerah yang mayoritas suku batak dan saya suku jawa, sebernarnya tidak ada permasalahan di antara ini, akan tetapi teman-teman saya terus-terus membuat itu sebagai bahan bercandaan dan bahkan suatu waktu melukai hati saya. Terkadang memang kata-kata itu simple, contohnya memanggil dengan menyebut “ehh jawa” bukan nama aslinya atau panggilan sehari-hari. Bahkan hal sepele yang itu berlarut-larut dan tertanam di dalam diri kita sampai kita lupa bahwa dengan sikap tersebut menjadi kebiasaan yang membudaya dalam diri kita.

Baca Juga  Bersahabat Dengan Corona

Kebiasaan seperti itu akan menimbulkan konflik bila terus- menerus dikembangkan. Paham partikularisme dapat menimbulkan diskriminasi, ketiadilan, dan banyak hal lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menekankan prinsip kesetaraan antarmasyarakat.

Dalam masyarakat, seringnya terjadi diskriminasi atau membeda- bedakan satu dan yang lain. Diskriminasi pasti akan selalu ada. Walaupun terjadi diskriminasi sekecil- kecilnya pun, akan tetap ada karena ada kelompok atau individu tertentu yang tidak menyukai kelompok atau individu lainnya.

Sikap suka membanding- bandingkan bukanlah hal yang baik, karena dalam suatu negara pasti akan ada perbedaan. Perbedaan inilah yang sebenernya membuat suatu negara kaya akan keberegaman kebudayaannya, seperti Indonesia.

Baca Juga  Siapa Sebenarnya St. Nikolaus, Sinterklas dan Santa Claus?

Indonesia memiliki empat pilar bangsa atau dasar negara. Pilar pertama merupakan Pancasila. Dalam Pancasila sila ke- 5, berbunyi “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Seperti yang dikatakan sebelumnya, perbedaan akan selalu ada dalam masyarakat. Tidak ada kelompok atau individu yang lebih tinggi dibandingkan kelompok atau individu lainnya.

Dalam masyarakat yang heterogen, semua orang memiliki hak dan kewajibannya masing- masing. Kami semua setara dan tidak berhak membanding- bandingkan satu dan yang lain. Bila adanya persamaan hak, kewajiban, dan semuanya setara, maka terciptalah keadilan dalam suatu negara. Pilar- pilar lainnya adalah UUD 1945, semboyan kami, Bhinneka Tunggal Ika, serta NKRI.

Yang dibahas adalah semboyan tanah air, Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia merupakan negara yang kaya akan banyak hal, dapat berupa sumber daya alam, tenaga kerja, kebudayaan, ras, suku, etnis, dan banyak lagi.

Dalam keberagaman ini, banyak terjadi konflik. Konflik yang timbul oleh karena adanya sikap suka membanding- bandingkan dan merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Dimisalkan, dalam suatu sekolah, ada seorang murid yang tidak mendapatkan perlakuan yang sama dari guru- gurunya hanya karena ia merupakan seorang yang berbeda ras. Murid tersebut dikucilkan dan dijauhi oleh kawan- kawan sekelasnya.

Baca Juga  Kepemimpinan Brilian, Kunci Kemajuan Pembangunan Sulut

Sesampainya di rumah, ia pun menyalahkan orang tuanya karena terlahir dalam keluarga tersebut. Ia merasa dunia tidak adil dan ingin mengakhiri nyawanya. Walaupun kisah ini tidak benar- benar terjadi dalam kehidupan, mungkinkah hanya karena suatu perbedaan sederhana, dapat membuat seseorang ingin mengakhiri hidupnya?

Mungkinkah cerita yang hanya dikarang oleh penulis benar- benar terjadi dalam salah satu sekolah di Indonesia? Jawabannya ya, tentu saja mungkin. Dalam kehidupan, banyak yang menutupi luka dan penderitaan dengan sebuah senyuman.

Senyuman yang menyelimuti kesakitan, kesepian, kehilangan, kebencian, dan inginnya untuk lari dari kehidupan. Oleh karena itu kita harus tanamkan dalam diri kita masing-masing bahwa perbedaan itu indah tanpa rasisme. (*)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0