HomeBeritaBerita Utama

Selamat Berpengucapan Syukur

Selamat Berpengucapan Syukur

HARI ini, Minggu (21/07/2019) seluruh masyarakat Kabupaten Minahasa merayakan pesta pengucapan syukur. Hampir setiap rumah menggelar “open house” untuk siapa saja yang datang, keluarga, kenalan, sahabat, dan sebagainya.

Hari Pengucapan Syukur merupakan tradisi warga Minahasa sejak lama.
Awalnya, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur pemerintah dan masyarakat atas keberhasilan panen. Warga desa akan membawa makanan atau hasil pertanian mereka ke gereja kemudian dinikmati bersama warga desa dan warga dari luar desa.

Hal ini sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan pemeliharaan dan kesuburan lahan pertanian mereka (menggantikan kepercayaan masa lampau sebagai ucapan syukur kepada para dewa, red).

Makanan olahan yang dibawa, ditata pada satu meja panjang yang diletakkan di halaman gereja. Ini bertujuan berkat yang sudah diterima agar dapat dinikmati oleh semua orang, termasuk mereka yang datang dari jauh.

Meja tersebut mengingatkan hakikat persatuan yang ditanamkan oleh tetua adat sejak dahulu. Ini merupakan sebuah simbol yang menegaskan agar warga bisa berbagi makanan dengan orang lain di sekitar kita.

Baca Juga  Terima Pendaftaran Tammy Wantania-Petrus Tuange, KPU Talaud: Berkas Lengkap!

Setelah acara di gereja selesai, setiap keluarga kembali ke rumah, bersiap menjamu tamu yang datang. Para saudara, teman sahabat dan keluarga dari luar daerah akan diundang untuk mencicipi makanan yang disiapkan tuan rumah. Bahkan mereka yang tak dikenal pun bisa berkunjung dan mencicipi apa yang disediakan tuan rumah.

Makanan khas Minahasa menjadi menu yang disediakan dalam perjamuan sosial ini. Jenis masakan yang diidentikkan dengan perayaan ini adalah dodol dan nasi jaha/jahe (beras ketan yang dibakar di dalam bambu), ayam bulu (ayam yang dimasak dalam bumbu), yang disiapkan sejak malam hari.

Setiap orang yang pamitan juga akan diberikan bungkusan makanan serta kue khas pengucapan yaitu dodol dan nasi jaha.

Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini namun mulai sedikit bergeser. Seperti tradisi membawa makanan di gereja mulai hilang. Bahkan di hari pengucapan syukur saat ini banyak masyarakat yang juatru tidak masuk gereja.

Baca Juga  CEP Harap KPU-Bawaslu Siapkan Sistem dan Metode Protokol Kesehatan Covid-19 Tanpa Hilangkan Asas Pemilu

Selain itu di masa ini tak hanya makanan, minuman pun disediakan mulai dari air mineral, minuman bersoda hingga minuman keras seperti bir, cap tikus dan sebagainya, termasuk keyboard pun disediakan untuk memeriahkan acara pengucapan syukur. Hanya saja tak jarang pengaruh mengkonsumsi minuman keras membuat sukacita hari pengucapan syukur berubah jadi keprihatinan dan bahkan duka cita, karena ada yang meninggal karena terlibat perkelaihan dan pembunuhan yang dipicu minuman keras yang dikonsumsi. Bahkan juga demi menggelar pengucapan syukur, ada keluarga yang kemudian hari terlilit hutang.

Tak heran bila jika dihitung-hitung, di hari pengucapan syukur ini diperkirakan menelan biaya ratusan miliar. Hitungan sederhana saja, jika di Kabupaten Minahasa ada 100 ribu lebih kepala keluarga yang merayakan pengucapan dan setiap keluarga mengeluarkan uang minimal Rp1 juta untuk berbelanja, maka total uang yang dikeluarkan masyarakat Minahasa untuk berpengucapaan syukur sebesar Rp100 Miliar lebih.

Memang jumlah biaya yang dikeluarkan ini terbilang fantastis dan bisa dipandang masyarakat Minahasa tergolong masyarakat konsumtif karena menghambur-hamburkan uang.

Baca Juga  2 Saksi Diperiksa dalam Sidang Perkara Impor Besi atau Baja, Baja Paduan dan Produk Turunannya

Namun hal ini dimaklumi jika esensi pengucapan itu terwujud yakni untuk memanjatkan puji syukur bagi Tuhan di Gereja atas rezeki yang diberikan selama tahun berjalan, peduli dengan sesama lewat makan minum bersama tanpa berlebihan (Jangan sampai berhutang), hindari mengkonsumsi minuman keras yang berlebihan serta membangun silaturahmi memperkuat persatuan, persaudaraan, kebersamaan dan kekeluargaan dalam suasana yang rukun dan damai diantara sesama manusia yang bersyukur. Karena itulah nilai suci pengucapan syukur yang ditanamkan leluhur daerah Minahasa. Apalagi tradisi luhur ini dirayakan di hari Minggu, Harinya Tuhan.

Akhir kata, atas nama pribadi dan keluarga Gesimaking-Koraag mengucapkan Selamat Berpengucapan Syukur. Rayakan penuh sukacita karena ini adalah tradisi asli Minahasa yang banyak manfaat dan kaya pesan moral dari para leluhur Minahasa untuk kita yang merayakannya. Jangan bergeser apalagi sampai hilang maknanya.

Sekali lagi, Selamat Hari Minggu. Selamat berpengucapan syukur. Tuhan Yesus memberkati kita semua. I Yayat u Santi!!!! (Simon Sili Gesimaking, SS/Pemred JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0