MANADO, JP- SETARA Institut menetapkan Kota Manado pada peringkat keempat kota toleran di Indonesia pada tahun 2018, di bawah Kota Singkawang di peringkat pertama, kedua Salatiga dan ketiga Pematang Siantar.
Padahal di tahun 2017, Manado berada di peringkat pertama kota toleran di Indonesia mengalahkan Kota Pematang Siantar, Salatiga Singkawang, masing-masing di peringkat kedua, ketiga dan keempat.
Hal ini mendapat perhatian serius dari Bakal Calon Walikota Manado Ir. Sonya Silviana Kembuan (SSK). Ia bertekad mengembalikan Manado ke peringkat pertama, jika kelak dipercaya menjadi Walikota Manado.
“Jika saya menjadi walikota saya akan berjuang mengembalikan posisi Manado pada peringkat pertama sebagai kota paling toleran di Indonesia,. Saya yakin bisa karena nilai-nilai toleransi di Kota Manado ini sudah ada sejak lama, yang harus terus dijaga, dipelihara, dan dirawat,” ujarnya.
Ada beberapa langkah yang sudah disiapkan SSK. Pertama, harus selalu diingat-ingatkan kepada masyarakar di setiap kesempatan bahwa Kota Manado sangat unik dan plural, sehingga jangan ada yang merasa dominan.
“Dari situ diharapkan setiap warga kota Manado memiliki tanggung jawab moril menjaga kotanya agar tetap toleran,” tegasnya.
Di samping itu, menurut pengusaha sukses ini, harus sering digelar pertemuan lintas agama dengan melibatkan FKUB, komunitas-komunitas dan ormas-ormas. Mereka jangan dijadikan sebagai pemadam kebakara.
“Dan ketika ada sedikit konflik atau peristiwa dan tindakan pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan,
harus langsung disikapi dengan atas nama toleran sehingga semua akan sejuk,” katanya.
Lagi dikatakan kandidat kuat yang akan diusung PDIP ini, Pemerintah kota harus mempunyai regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi, baik dalam bentuk perencanaan maupun pelaksanaan. Juga dalam setiap kebijakan kota atau keputusan politik harus mengedepankan nilai-nilai harmonisasi dalam keragaman agama, etnis dan budaya.
“Pemerintah kota harus selalu membuka ruang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk bebas berekpresi menyampaikan pesan toleransi, mulai dari kalangan anak-anak hingga orang tua,” tukasmya.
Ditegaskan SSK, dia telah menetapkan harmonisasi dalam keberagaman agama, budaya dan etnis sebagai yang utama dalam Visinya “Manado Kota Modern yang Berbudaya”.
“Artinya ketika saya menjadi walikota saya tidak hanya membangun Manado menjadi kota modern, tapi jiga mengedapankan budaya sebagai kearifan lokal. Budaya yang dimaksud di sini adalah budaya toleran,” tandasnya.
SSK mengapresiasi penelitian yang dilakukan oleh SETARA Institute tersebut.
“Ini bukan soal penghargaannya, tapi mengingatkan semua pihak bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Dan kebutuhan akan toleransi ini bukan hanya milik 98 kota saja, tapi seluruh negeri sehingga Pancasila, NKRI, keberagaman dan Kebhinekaan Tunggal Ika tetap terpelihara selamanya. Ini menjadi tantangan bagi setiap kepala daerah untuk mengimplementasikannya dalam berbagai kebijakan di masing-masing daerah,” tandasnya. (JPc)
COMMENTS