HomeBeritaPendidikan & Agama

Belajar Dari Barnabas Rasul

RENUNGAN
*Bacaan Liturgi 11 Juni 2019: Hari Biasa, Pekan Biasa X: PW* *S. Barnabas, Rasul*
*Bacaan Injil: Mateus, 10, 7-13*

“Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang-orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan! Kamu telah menerima dengan cuma-cuma; karena itu berilah dengan cuma-cuma pula!Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”

*Refleksi* :

Hari ini kita memperingati Rasul Barnabas. Arti namanya: Putera penghiburan. Ia pernah berada di Antiokhia, kota di mana para pengikut Kristus disebut kristen. Kata kristen pada saat itu berarti ambigu, di satu sisi semacam ejekan terhadap pengikut Kristus sebagai kelompok aneh yang sedang diburu para penguasa agama dan pemerintah, di sisi lain ada legitimasi sosial bahwa para pengikut Kristus sedang menghidupi karakter Yesus dalam hidup harian mereka. Singkatnya, mereka disebut kristen karena komitmen hidup iman dan tindakan mereka kian menyerupai Kristus.

Bagaimana metode pewartaan Barnabas saat itu?

Ketika berada di kota Antiokhia, sekarang disebut Antakya-Turki, bersama beberapa teman dari Spanyol, saya diminta membuat satu refleksi bebas berdasarkan bacaan Injil Mateus yang saya kutib di atas. Dengan melihat data historis Perjalanan para Rasul ke Antikhia, kota modern saat itu, saya coba mengendus pola pewartaan Barnabas dan rekan-rekannya (termasuk Paulus) dalam beberapa pokok pikiran:

Baca Juga  Kejati Sulut Gelar Penyuluhan Hukum Jaksa Masuk Sekolah di SMK Negeri Bitung

*Pertama* , sesuai arti namanya: Putera penghiburan, Barnabas diutus Tuhan untuk menghibur komunitas Kristen yang sedang dikejar-kejar, dianiaya dan ditolak oleh kelompok lain. Ia hadir memberi kekuatan dan kedamaian bagi mereka supaya tetap berpusat pada Kristus. Sikapnya, saya bawa ke era ini, berarti tergolong Figur smart dalam pewartaan. Yang kehadirannya selalu menghibur umat. Menghibur bukan sama dengan menjadikan diri sebagai tontonan untuk diaplaus atau diviralkan karena kata-kata motivasi kreatif melainkan memberi peneguhan pada umat, membuat hati dan pikiran umat terarah pada Kristus. Kotbah-kotbah harus menjadi khabar sukacita, selaras dengan kehidupan riil umat ( *evangelium vitae: the gospel of life).* Pertayaan autokritik-nya, sudahkah saya sebagai pewarta memberi penghiburan bagi umat? Atau mimbar kotbah saya menjadi tempat ‘marah-marah’? Atau saya sebagai pengikut Kristus justru menjadi pemicu kekacauan dan keributan?

*Kedua* , Kita diserahi tugas yang sama dengan para Rasul: *pergilah dan beritakanlah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat* . Arti Kerajaan Allah itu, ya itu tadi, Sukacita dan penghiburan. Konten dari Injil hari ini mengafirmasi makna Kerajaan Allah: sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta dan usirlah setan. Makna penghiburan itu terdapat dalam aksi pastoral berikut: Yang sakit fisik disembuhkan oleh para medis, yang sakit hati disembuhkan dengan kata-kata penghiburan atau peneguhan oleh para sahabatnya. Yang mati dibangkitan oleh Tuhan, yang mati rasa peduli, mati rasa gembira dan yang mati gairah hidup, dihibur dan didampingi, dll. Termasuk yang pura-pura mati, kita tetap sungguh-sungguh memberi roh kehidupan asli baginya.

Baca Juga  Banyak Figur Terjaring Lewat Mekanisme Partai, 4 Nama Ini Tengah Digodok DPP Gerindra, Pengamat: Audy Karamoy cs Layak Diusung

*Ketiga* , kepada para Rasul, Tuhan meminta mereka jangan membawa apa-apa. Alasannya pertama: menurut Injil ‘ *Karena kamu menerima dengan cuma-cuma’* . Konteksnya jelas, jika terima dengan cuma-cuma maka harus memberi dengan cuma-cuma. Arti lanjutannya, kalau kita membawa serta semua pemberian sesungguhnya kita sedang terikat dengan pemberian itu. Kita belum bisa berbagi.

Alasan kedua, Kata-kata’ jangan membawa apa-apa’. kata *‘apa-apa’* merujuk pada titel atau gelar, harta dan jabatan. Nah, kalau kita pergi melayani atau mewartakan, semua titel atau gelar harus menjadi kualitas pendukung bukan ajang pameran akademik dan promosi kekayaan yang membuat umat sederhana makin jauh dari kita, atau orang miskin makin merasa minder. Jadi, kalau kita datang membawa ‘apa-apa ‘ berarti kita sedang memblokir orang lain untuk belajar memberi atau berbagi dengan kita.

Baca Juga  Cepat Tanggap, Pemkot Manado Rapat Satgas Penanganan Covid-19

*Keempat* , akhirnya Tuhan memberi jaminan kepada para Rasul *“sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya’* . Kemampuan para Rasul melepaskan semua ikatan dalam bentuk’ *apa-apa’* tadi membuat mereka mendapatkan’ *apa-apa* ’ dalam bentuk yang lain. Melepaskan gelar /titel untuk bertemu umat sederhana justru membantu kita belajar lebih banyak dari pengetahuan yang kita miliki. Melepaskan kekayaan untuk melayani, malah membuat kita belajar menerima penghargaan dari orang lain, walaupun bentuknya sederhana dan minimalis.

Akhirnya, kota Antiokhia membangunkan saya dalam kekhusukan meditatif pada kenyataan riil. Bahwa benar di satu sisi, ada pengikut Kristus yang sungguh-sungguh menjadi duta penghiburan dengan kelepasan yang otentik seturut pesan Yesus. Dan hidup mereka sungguh-sungguh menyerupai Kristus. Sementara, di bagian lain, di sekitar kita; ada pengikut Kristus yang menjadi provokator, pemecah belah komunitas, biang keributan di wilayah rohani, pemarah di mimbar, sombong di tempat kerja, sok hebat di tengah umat sederhana, pamer kekayaan di depan mata orang-orang miskin-tapi miskin memberi, dan lain-lain.

Mengakhiri Perjalanan Rohani di Antiokhia, saya menyimpulkan secara sederhana demikian : *Barnabas, saya dan anda adalah Putera-puteri penghiburan yang dibutuhkan Gereja di tengah carut marut kehidupan modern ini. Semoga.

P Abdul Ocd

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0