HomePendidikan & Agama

Bersikap Bijak terhadap Harta Benda

Bersikap Bijak terhadap Harta Benda

(Keb. 7:7-11; Ibr. 4:12-13; Mrk. 10:17-30)

Pada zaman Yesus, kekayaan menjadi ukuran tingkat ekonomi dan juga kehidupan religius. Orang kaya dipandang bukan hanya sebagai orang yang memiliki banyak harta benda, tapi juga dipandang sebagai orang yang suci. Kekayaan mereka merupakan ganjaran atas kesucian mereka. Konsekuensinya, kesucian itu identik dengan kekayaan. Sebaliknya, orang miskin dipandang sebagai orang berdosa. Kemiskinan mereka merupakan hukuman atas dosa mereka. Konsekuensinya, dosa identik dengan kemiskinan.

Konteks semasa ini membantu kita memahami sikap orang muda yang kaya dan para murid. Orang muda yang kaya sedih ketika Yesus memintanya untuk menjual hartanya dan membagi hasilnya kepada orang-orang miskin. Kalau ia mengikuti Yesus, berarti ia akan jatuh miskin dan dicap sebagai orang berdosa. Demikian juga, para murid yang khawatir sebab harta benda yang telah mereka tinggalkan demi mengikuti Yesus. Mereka berada dalam ketidakpastian, baik itu ketidakpastian perekonomian maupun ketidakpastian keselamatan.

Baca Juga  Pertama Dalam Sejarah, Sore Ini Salib Suci Diarak di Jalan Raya dan Pencanangan Hari Keuskupan Manado, Malamnya Pentas Budaya

Yesus memiliki sikap yang berbeda dengan orang semasanya. Bagi Yesus, kekayaan bukan ukuran kehidupan religius seseorang. Yesus malah meminta setiap pengikut-Nya untuk meninggalkan harta benda mereka. Lalu apa ukuran Yesus tentang hidup religius? Bagi Yesus, yang utama adalah mengikuti-Nya. Mengikuti Yesus berarti juga menjadi murid-Nya; belajar dari Yesus dan belajar seperti Yesus. Jelas hal ini tidak mudah tapi tidak berarti tidak mungkin. Setiap orang diberi kesempatan yang sama untuk menjadi murid Yesus, asalkan mereka berkomitmen. Komitmen itu ditentukan oleh kerelaan untuk meninggalkan apapun demi Kristus, termasuk kekayaan. Yesus sendiri menuntut siapapun bersikap lepas bebas.

Baca Juga  Warga Sulut asal NTT Doakan Korban Banjir Bandang Sangihe di Perayaan Natal

Lalu apakah Yesus membenci kekayaan? Yesus tidak membenci harta benda, tetapi melawan cara pandang dan sikap yang keliru atas harta benda. Yesus menentang pandangan tentang harta benda sebagai ukuran kekudusan. Ia juga melawan sikap idolatria terhadap harta benda. Dalam semangat inilah Yesus menyatakan bahwa orang yang beruang sulit masuk ke dalam Kerajaan Allah. Orang beruang yang dimaksudkan Yesus adalah mereka yang telah menjadi hamba uang. Hati mereka hanya tertuju pada kekayaan sehingga abai terhadap yang lain. Mereka tidak bisa bersikap lepas bebas. Pemuda yang kaya itu termasuk di dalamnya. Jadi di sini kelihatan betapa Sabda Yesus sungguh tajam dalam memilah-milah persoalan. Ia mampu membedah pikiran-pikiran kita, sebagaimana digambarkan oleh Penulis Kitab Ibrani.

Baca Juga  Uskup Manado Rolly Untu Ikut Kunjungan Ad Limina ke Vatikan

Saudara terkasih, kisah orang muda yang kaya menyadarkan kita untuk mampu bersikap lebas bebas terhadap harta benda duniawi. Kita perlu berhati-hati dalam mengelola harta benda supaya kita tidak menjadi hamba-hamba kekayaan. Oleh karena itu, kita perlu memohon kebijaksanaan dari Tuhan agar kita bisa bersikap bijak dalam mengelola harta benda duniawi. Penulis Kitab Kebijaksanaan menyadarkan kita bahwa kebijaksanaan jauh lebih berharga daripada harta benda, bahkan dari kesehatan dan keelokan rupa. Mari bersikap bijak dalam mengelola harta benda. Selamat hari minggu. Tuhan memberkati. (*)

Penulis:

Pastor Ay’s Laratmase MSC.

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0