HomeHukum dan Kriminal

Ledrik Takaendengan, Jaksa Asal Sulut Yang Sarat Inovasi Mengagumkan, Dijuluki “Bukan Jaksa Biasa”

Ledrik Takaendengan, Jaksa Asal Sulut Yang Sarat Inovasi Mengagumkan, Dijuluki “Bukan Jaksa Biasa”

FOTO: Ledrik Victor Mesak Takaendengan (Kanan) menerima piagam penghargaan Sultra Award.

BUTON, JP – Siapa tak kenal Ledrik di jazirah pulau Buton. Pemilik nama lengkap Ledrik Victor Mesak Takaendengan, S.H., M.H. Dia adalah Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Buton, yang berasal dari Sulawesi Utara (Sulut).

Sejak dilantik 2 Agustus 2021 lalu, Ledrik bekerja cepat memberikan sentuhan berbeda menahkodai lembaga penegak hukum itu. Ia memperkenalkan core values (prinsip utama) jaksa dalam bekerja yang dinamai PAKEM. PAKEM adalah akroniam dari PROFESIONAL, AKUNTABEL, KOMITMEN, EDUKATIF dan MELAYANI. Motto kerja itu dibingkai dengan strategi KOP (KONSOLIDASI, OPTIMALISASI dan Publik Trust). Di bawah kendali Kajari Ledrik, kurang lebih setahun, pola kerja itu telah membawa perubahan positif kejaksaan dimata masyarakat saat ini.

Ledrik menguraikan PAKEM yang diawali dengan kata Profesional itu diartikan bahwa jaksa wajib melayani secara profesional sesuai dengan tugas dan funsinya. Semua orang sama di mata hukum baik itu pejabat maupun petani. Akuntabilitas, diartikan sebagai cara yang bertanggung jawab. Kejari Buton bekerja transparan. Bukan hanya dalam penanganan kasus, tetapi membuka ruang seluas-luasnya untuk menerima kritikan publik.

Komitmen-Jaksa dituntut bisa menjaga komitmen. Apa yang dikatakan itulah yang diaksankan. Kepada masyarajat dan kepada pemerintah daerah, jaksa berkomitmen tidak mencari-cari kesalahan akan tetapi juga pantang mengabaikan laporan.

Edukatif-artinya masyarakat harus mengenal hukum agar tidak terjerat dalam pelanggarannya. Melayani-Kejari Buton punya komitmen melayani dengan hati nurani. Semua warga masyatakat di wilayah hukumnya diberikan pelayanan yang sama.

Dengan personil terbatas pelayanan Kejari Buton justru mampu menjangkau pelosok. Tiga kabupaten menjadi otoritanya yakni Kabupaten Buton, Buton Selatan dan Buton Tengah. Masyarakat tiga daerah itu tak harus terlibat kasus hukum untuk mengenal kejaksaan. Jaksa Ledrik punya ruang untuk semua kalangan untuk bersama jaksa. Layanan itu diantaranya, ada LA SAMAJI (LAyanan jakSA MAsuk masJId), LA BUTON (LAyanan BUku Tamu perkantOraN), LA PEDI (LAyanan PErpustakaan DIgital). LA JADA (Layanan Adhyaksa JagA DesA). LA Haja (Layanan saHAbat JAksa). Dan LA TINGLING (Layanan Antar TIlaNG keliLING). Selanjutnya, LA ABBU (LAyanan Antar Barang BUkti), LA HUGA (LAyanan HUkum GrAtis); NGOPI WA BAJA (NGObrol PIntar WArga BAreng JAksa).

Baca Juga  Lantik Dua Kajari, Ini Pesan Kajati Sulut

“Kenapa semuanya namanya pakai LA dan WA, orang Buton pasti paham itu, itu adalah kearifan lokal kita, kita masukan konsep budaya di dalamnya supaya mudah diingat oleh masyarakat Wolio,” ungkap Ledrik.

Ia menata kejaksaan bukan hanya tampak luarnya saja. Semua bidang telah dibekali dengan inovasi masing-masing. Ada Seksi Intelijen, Seksi Tindak Pidana Umum, Seksi Tindak Pidana Khusus, Seksi Pembinaan, dan Seksi Perdata dan Tata Usaha Negara, Seksi Pengelolaan Barang Bukti dan Barang Rampasan. “Semuanya punya inovasi, dan sudah jalan. Saya tinggal mengawasi dan mengevaluasi mereka,” kata pria kelahiran Hila Kaitetu, 30 November 1973 ini.

Ledrik memang bukan jaksa biasa. Pria berdarah Babar Maluku Barat Daya itu punya cita-cita luhur yakni ingin masyarakat merasakan kehadiran Kejaksaan sebagai institusi penegak hukum yang humanis dan berpihak pada kebenaran.

“Masyarakat kita harus buat mengerti hukum agar mereka tak terjerat hukum. Prinsip kita melayani dengan sepenuh hari, karena tugas kami adalah melayani, melayani dan melayani,” tambahnya.

Baca Juga  Jokowi Resmikan Tol Manado-Bitung, Waktu Tempuh Hanya 30 Menit, Begini Besaran Tarifnya

Dedikasi Diatas Ekpektasi

Kejaksaan adalah lembaga negara yang memiliki tugas pokok melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan dan tugas lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan serta mengawasi jalannya penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan di bidang hukum. Demikian diamanatkan undang-undang pada korps adhyaksa itu. Berangkat dari tugas utama itu, masyarakat punya ekpektasi agar korps adhyaksa itu bisa memegang amanah dengan baik. Menuntut penjahat seadil-adilnya. Dan memberikan perlindungan hukum kepada mereka yang tidak bersalah.

Kepala Kejaksanaan Negeri (Kajari) Buton melakukan lebih dari itu, dedikasinya melampaui ekpektasi publik. Sederet terobosan lain membuktikan jika Ledrik bukanlah jaksa biasa. Awal tahun lalu, Ledrik melihat lingkungan kantornya yang tak punya masjid, pegawai muslim hanya sholat di dalam mushalah berukuran 4×4 meter, terlihat sempit saat pelaksanaan shalat Jumat. Ledrik terpanggil untuk menyiapkan rumah ibadah yang cukup bukan hanya untuk pegawainya tetapi masyarakat sekitar. Hanya dalam sepekan berpikir, ide pun lahir dengan melibatkan Pemkab Buton. Kini masjid Adhyaksa itu sudah rampung 90 persen. Ledrik adalah seorang Kristiani yang sangat toleran, sangat peduli sesama.

Bukan hanya itu, Ledrik juga punya kepekaan tinggi pada dunia pendidikan. Menurut Ledrik, akhir-akhir ini di Kepulauan Buton terjadi beberapa peristiwa yang “mencederai” citra guru di mata masyarakat khususnya bagi orang tua dan murid. Misalnya, peristiwa guru menyuruh murid makan sampah, guru memukul murid bahkan di beberapa tempat di daerah lain banyak guru yang tega berbuat cabul bahkan memperkosa muridnya. Dunia pendidikan semakin terpuruk akibat ulah “oknum” guru yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga  5 Saksi Diperiksa Terkait Kasus LPEI Atas Nama 7 Tersangka

Karena itu, ia menciptakan lagu yang membangkitkan kecintaan siswa terhadap gurunya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Lagu penghargaan untuk guru itu diberi judul ‘Ku bangga memilikimu” Saat ini lagu itu sudah banyak dihafal oleh anak sekolah tingkat PAUD, SD dan SMP di kabupaten Buton, Buteng dan Busel. Selain lagu guru, Kajari Ledrik juga membuat lagu
Mars Kejari Buton Gembiranya Hatiku.

Teranyar Ledrik juga membantu pemerintah kabupaten Buton mendapat bantuan bibit pala dan jagung dari Kementerian Pertanian. Itu dilakukan Ledrik yang mengenal baik Irjen Kementan.

“Bantuan 100 hektar bibit pala dan 40 hektar bibit jagung di Kabupaten Buton, semua perjuangan Kajari Buton ke Irjen Kementan,” tandasnya.

Berikut testimoni mitra sejumlah tokoh atau pejabat daerah tentang sosok Ledruk Takaendengan.

“Pa ledrik pemimpin visioner. Saya baru sekali diskusi dengan beliau langsung tahu, wah ini orangnya mantap. Dari diskusi singkat kita bisa melahirkan ngopi pagi warga bareng basiran. Itu sudah jalan sejak awal September lalu. Salut untuk pak Ledrik”
(Pj. Bupati Buton Drs. Basiran MSi))

“Baru satu tahun menjabat tapi terobosannya luar biasa. Bahkan kami yang jauh di Buteng ini sudah merasakan itu. Karena Pa Ledrik sering berkunjung, dan menyosialisasikan program-program kejaksaan”
(Bupati Buton Tengah Muhammad Yusup)

“Di zaman pa Ledrik ini, ada inovasi yang nama-namanya itu bernuansa lokal. Jadi gampang dipahami dan diingat oleh masyarakat kita. Beliua penuh inovasi dan kita patut apresiasi”
(Ketua DPRD Kabupaten Buton Hariasi Salad).

(*/JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0