HomeBeritaBerita Utama

Sang Pengabar Bencana Berpulang, Indonesia Berduka

Sang Pengabar Bencana Berpulang, Indonesia Berduka

NAMA Sutopo Purwo Nugroho tak asing bagi masyarakat Indonesia, terlebih para wartawan. Pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah pada 7 Oktober 1969 ini, semasa kuliah di Universitas Gajah Mada tercatat sebagai mahasiswa teladan.

Ketekunanya membuat dia berhasil meraih gelar S-1 Geografi di Universitas Gadjah Mada pada 1993, dan menjadi lulusan terbaik serta gelar S-2 dan S-3 bidang hidrologi di Institut Pertanian Bogor. Usai kuliah, Sutopo menjadi peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai pakar hidrolohi.

Panggilan jiwa untuk berbagi kabar bencana ini pula yang membuat Sutopo harus mengambil keputusan besar dalam karirnya. Dengan latar keilmuannya di bidang geografi fisik, hidrologi, dan pengelolaan lingkungan, ia memilih tetap mengembangkan karir kehumasannya dan melepas gelar profesor yang sudah siap diraihnya demi fokus mengabarkan informasi bencana ke masyarakat.

ercaya menduduki jabatan sebagai Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB RI Sutopo Purwo Nugroho selalu terdepan memberikan informasi terkait bencana kepada masyarakat dan wartawan


Alhasil, Sutopo dipercaya menduduki jabatan sebagai Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Desember 2010. Diposisinya ini membuat Sutopo bertanggung jawab terhadap informasi kebencanaan di seluruh tanah air selama 24 jam setiap hari, 7 hari seminggu, bila terjadi bencana alam. Ada lebih dari seratus grup WhatsApp siaga bencana yang dia awasi setiap hari, diantaranya, BPBD dari 33 provinsi hingga group media. Belum lagi puluhan satgas kebencanaan mulai banjir, longsor, gunung berapi, gempa, karhutla, tim SAR, hingga relawan. Pekerjaannya pun sudah mirip pekerjaan wartawan pada umumnya, tak kenal waktu, tak kenal lelah, tal pernah cuti, selalu mengabarkan yang uptudate. Ia pun selalu memuat tulisan bencana di koran. Tak heran bila majalah dunia The Straits Times menyebutnya sebagai “pejabat Indonesia yang paling sering dikutip dalam berita selama bencana berlangsung”. Ia pun selalu dikejar wartawan demi mendapatkan informasi bencana. Atas itu semua Sutopo punya alasan.

“Saya anggap ini pekerjaan mulia, karena saya memberitahukan kabar yang harus diketahui masyarakat. Apalagi soal bencana, agar masyarakat juga siap siaga. Kita kan memberi edukasi juga. Saya berharap masyarakat tahu bahwa pemerintah juga perhatian terhadap bencana dan masyarakat sigap untuk menghadapi apapun jika ada bencana,” ungkapnya

JATUH SAKIT

Sutopo Purwo Nugroho saat menjalani kemoterapi.


Untuk menyampaikan informasi-informasi kebencanaan, Sutopo memang aktif menggunakan berbagai media, termasuk media sosial. Dia juga mengabarkan penyakitnya tersebut melalui media sosial.

Ceritanya berawal saat di bulan Januari 2018 Gunung Agung Bali berstatus awas. Dia yang bersiaga di Pusat Kendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB merasakan punggung kirinya nyeri ketika duduk.

Setelah beberapa kali pemeriksaan tak ditemukan penyakit, Sutopo akhirnya berinisiatif ke dokter paru-paru. Setelah pemeriksaan rontgen dan CT scan, dokter menyimpulkan bahwa Sutopo terserang kanker paru-paru stadium 4. Keluarganya oun langsung shock.

Tanggal 17 Januari 2018 dia mengumumkan kanker paru stadium IVB yang dia idap melalui media sosial. Sutopo mengatakan kenyataan sebagai salah satu pengidap kanker itu sempat membuatnya terguncang. Pasalnya, dia merasa selama ini sudah menerapkan hidup sehat dengan makan makanan yang sehat dan tidak merokok.

“Saya syok, tetapi tidak sampai menangis. Istri dan anak saya yang menangis. Mungkin ini memang teguran dari Tuhan. Saya ikhlas,” tuturnya.

Baca Juga  "Walikota GSVL Rule Model untuk Semua"

Di tengah vonis dokter tersebut, Sutopo sempat berpikir untuk mengurangi aktivitasnya melayani wartawan. Namun kemudian dia berpikir masyarakat dan wartawan masih memerlukan dia sehingga dia memutuskan untuk tetap aktif bekerja meskipun sudah disibukkan dengan pengobatan yang harus dijalani. Dia menganggap pekerjaannya melayani wartawan sebagai bagian dari ibadah.

Lalu tanggal 26 Januari 2018, gempa besar 5,2 skala Richter (SR) yang berpusat di Banten mengguncang.

Biasanya, hanya dalam hitungan jam, Sutopo sudah muncul dengan rilis resmi BNPB dan data-data akurat dari lapangan. Namun, hingga sore Sutopo belum juga muncul.

Ternyata, Sutopo masih berada di Rumah Sakit Mahkota Melaka Malaysia untuk menjalani pemeriksaan lagi. Ia ditemani saudara dan staf BNPB karena sang istri, Retno Utami Yuliangsih, tidak bisa menemani karena juga harus menjalani operasi jantung.

Opini dari tim dokter Malaysia malah lebih menyeramkan. Mereka bilang umurnya tinggal beberapa tahun. Kalau pakai kemoterapi pun paling bertambah umur dua sampai tiga tahun. Maka Tim dokter menyarankan Sutopo segera menjalani kemoterapi esoknya. Namun setelah berkonsultasi dengan istrinya, dia kembali ke Jakarta dan menjalankan proses pengobatan di tanah air.

Tapi malam itu ratusan pesan dan panggilan menyerbu masuk ke HP-nya sehingga di atas ranjang rumah sakit, Sutopo mengumpulkan laporan dari BPBD Banten dan semua jaringan BNPB untuk diketik dalam sebuah pers rilis. Dalam beberapa hari Sutopo masih setia memelototi HP. Menurut pengalamannya, setelah terjadi gempa besar, rawan bermunculan berita-berita hoaks tentang tsunami. Dia merasa perlu berjaga jangan sampai masyarakat panik.

Karena itu, di saat dia sedang menjalani terapi atau pengobatan, dia tetap mengumpulkan data dan membuat siaran pers ketika terjadi bencana dan mengadakan jumpa pers untuk memberikan informasi terkini tentang penanganan bencana yang sedang dilakukan.

“Sakit, sehat, hidup, mati, itu adalah bagian dari kehidupan. Semua sudah diatur, saya nikmati saja. Yang penting saya ikhtiar,” kata Sutopo saat ditanyai wartawan tentang kegigihannya bekerja meski sedang sakit keras.

DIKAGUMI JOKOWI, JADI FANS RAISA

Presiden Joko Widodo saat menerima Sutopo Purwo Nugroho di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, tanggal 05 Oktober 2018.


Di sela-sela perjuangannya melawan sakit dan kesibukan kegiatannya, Sutopo ingin bertemu dan berjabat tangan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Keinginan ini akhirnya terwujud. Jokowi akhirnya menerima Sutopo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, tanggal 05 Oktober 2018.

Dalam pembicaraan terkait bencana di Indonesia, Jokowi mengaku terkesan dengan kinerja Sutopo dalam mengabarkan berbagai informasi bencana.

“Saya melihat bila ada bencana, baik yang berkaitan dengan gempa, longsor, tsunami, atau kebakaran, Pak Sutopo ini selalu tampil menginformasikan dengan cepat dan dipahami masyarakat. Luar biasa kegigihannya,” kata Presiden Jokowi usai pertemuan.

Yang membuat Jokowi makin terkesan pada Sutopo adalah kegigihan pria asal Boyolali itu terus menyampaikan kabar tentang bencana meski sedang tidak dalam kondisisi fit. Sebab, Sutopo harus menjalani kemoterapi untuk kanker yang menderanya.

“Ini saya kira sangat menginspirasi kita bahwa dalam kondisi sedang sakit masih mendedikasikan semangatnya untuk pekerjaan yang digelutinya dalam sekian tahun ini,” kata Jokowi.

Sutopo Purwo Nugroho saat bertemu sang idola penyanyi Raisa


Di pihak lain, ternyata Sutopo punya idola penyanyi papan atas Indonesia. Dia adalah Raisa Adriana. Hal tersebut terlihat dari ia sering me-mention akun Twitter Raisa dalam beberapa cuitannya.

Baca Juga  PLTsa Tak Ada Kemajuan, Jokowi Kembali Panggil Olly cs

“Meski kanker paru stadium 4B, saya tetap berusaha melayani media dan masyarakat dengan baik. Untuk rekan penyintas kanker.
Jangan patah semangat. Tetap sabar, kerja dan berdoa.
Hidup itu bukan panjang-pendeknya usia. Tapi seberapa besar kita dapat membantu orang lain.@raisa6690,” demikian kicuan Sutopo, 2 Oktober 2018 silam.

Dan impiannya untuk bertemu Raisa akhirnya terwuju. Lewat akun Twitter miliknya, Sutopo memperlihatkan momen bertatap muka dengan Raisa. Dia terlihat sangat bahagia bersua dan berjabat tangan dengan pelantun lagu My Kind Of Crazy itu.

“Hore akhirnya bertemu Raisa,” ungkap Sutopo sebagai keterangan video yang di-unggahnya di @Sutopo_PN, Rabu (7/11).

Tidak sekadar bertemu, Sutopo juga berkesempatan melihat penampilan Raisa. “Malah Raisa nyanyi di depan saya. Rasanya seperti lihat konser Raisa pamit. Semoga Raisa sehat dan terus sukses,” ujar Sutopo.

Cuitan Sutopo sempat membuat heboh media sosial, khususnya Twitter dan mendapat dukungan dari netizen. Pengguna akun Twitter ramai menyuarakan #RaisaMeetSutopo yang hingga akhirnya diketahui dan direspons Raisa. Ternyata selain mengidolakan Raisa, ternyata ini cara Sutopo agar dia bisa mensosialisasikan bencana alam dan langkah antisipasi bencana kepada banyak orang karena Raisa dianggapnya memiliki banyak pengikut.

DOAKAN MANTAN IBU NEGARA

Di atas tempat tidur di rumah sakit Sutopo Purwo Nugroho masih sempat mendoakan dan menyemangati mantan ibu negara Ani Yudhoyono yang kala itu juga sedang menderita sakit kanker.


Sutopo ternyata sosok yang tidak hanya kuat menghadapi sakitnya tapi juga peduli terhadap sesamanya yang menderita sakit. Terbukti, begitu mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono sedang menjalani perawatan medis di Singapura akibat kanker darah, Sutopo yang sedang menjalani kemoterapi ke-8 di rumah sakit, menyemangati dan mendoakan istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar segera sembuh, lewat video pendek yang dibuatnya sendiri.

“Ibu Ani sakit itu tanda Allah sayang sama Ibu. Allah sedang menguji kesabaran, kekuatan dan taqwa kita. Bu Ani, harus tetap semangat, ikhlas, terus berdoa dan ikhtiar. Jadi jangan menyerah dan putus asa. Harus yakin bisa sembuh, kuat dan sehat. Saya berdoa Ibu segera sembuh”,” ujarnya dalam video tersebut.

Tak hanya ibu negara, Sutopo juga memberikan nasihat kepada semua orang.

“Seseorang yang mengidap kanker harus meningkatkan kualitas hidup. Jaga pola makan. Hindari makanan yang disukai kanker. Hindari gula kalau perlu tidak usah konsumsi lagi. Makan-makanan yang dibakar, berpengawet dan kimiawi dihindari. Perbanyak buah dan sayur. Dan yang tak kalah penting tetaplah berpikir positif. Pikiran sangat memengaruhi hati, sikap, batiniah dan kesehatan tubuh kita,” katanya.

DAPAT PENGHARGAAN

Sutopo terima penghargaan dari Persatuan Dokter Paru Indonesia.


Tak hanya berbagi informasi soal bencana alam, Sutopo juga terus menerus berbagi pengalaman dan menyarankan kepada penyintas kanker paru untuk terus semangat, pantang menyerah dan hidup sehat. 

Melalui media sosial, Sutopo sering mengunggah foto dan video kondisi tubuhnya untuk memberikan semangat penyintas kanker. Juga memberikan nasihat kepada masyarakat umum mengenali tanda-tanda kanker paru, serta menghindari hal-hal penyebab kanker.

Baca Juga  JAM-Intelijen: Laksanakan Core Value Trapsila Adhyaksa atau Tri Krama Adhyaksa dan ASN Berakhlak

Semua itu membuat Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) memberikan penghargaan kepada Sutopo sebagai Inspirator Terbaik 2018 bagi masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan yakni bagi para penyintas penderita kanker dalam melawan penyakitnya, khususnya bagi penyintas/penyandang kanker paru. 

Penghargaan diberikan Ketua Umum PDPI DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR dalam seminar sehari tentang Kewaspadaan dan Deteksi Kanker Paru pada Layanan Primer, di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.

“Apa yang dilakukan Sutopo telah banyak menginspirasi penyintas kanker di Indonesia, khusus kanker paru. Tidak menyerah begitu saja tetap survive,” kata Agus. 

MENINGGAL DUNIA

Sutopo Purwo Nugroho saat menjalani perawatan di Guangzhou China

Tanggal 15 Juni 2019 Sutopo berangkat ke Guangzhou China untuk menjalani pengobatan selama sebulan.

Hal ini diketahui ketika Sutopo mengunggah di akun Instagramnya sebelum berangkat seraya meminta doa dan restu dari warganet.

“Hari ini saya ke Guangzho untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di banyak tulang dan organ tubuh lain. Kondisinya sangat menyakitkan sekali,” kata Sutopo mengunggah video pada Sabtu (15/6/2019) yang menunjukkan dirinya sedang berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.

Namun sebelum unggahan video keberangkatannya ke Guangzhou, Sutopo juga sempat memposting sebuah foto saat masih berada di kediamannya. Dalam unggahannya ia menulis kata-kata yang cukup mengharukan:

“Sakit kanker yang sudah metastase ke tulang itu sakitnya luar biasa. Nyeri terus menerus dan di banyak sendi. Diberi morfin tidak mempan menahan sakit,”

Alhamdulillah Ibuku masih sehat. Setiap merawatku. Tanpa kenal kenal lelah memijit sendi-sendi yang sakit. Meski selesai dipijit langsung sakit lagi. Mendoakankanku tanpa kenal lelah agar anaknya sembuh dari penderitaan sakit yang terus mendera anaknya. Doa ibu semoga di ijabah Allah YMK. Mohon doanya semua netizen dan sahabatku semua,” tulis Sutopo.

Sayang, Tuhan punya rencana lain. Minggu (07/07/2019) Sutopo meninggal dunia di Guangzhou, China.

Kabar meninggalnya Sutopo Purwo Nugroho pertama kali diunggah di Twitter oleh Direktorat Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PNPB yang menyebut Sutopo meninggal dunia pada pukul 02.00 waktu Guangzhou atau pukul 01.00 WIB.

Kebenaran berita itu juga dikabarkan oleh tim Hubungan Masyarakat BNPB melalui pesan tertulis yang disebarkan melalui perpesanan sekejap WhatsApp.

“Kami, kita, semua merasa kehilangan Pak Sutopo. Sosok yang terdepan dan gigih dalam menyampaikan informasi bencana di Indonesia,” bunyi salah satu bagian dari pesan tersebut.

Kabar meninggalnya Sutopo Purwo Nugroho langsung menggema di Twitter bahkan menjadi trending topic. Warganet merasa kehilangan dan memberikan doa untuk mendiang ‘pejuang’ kebencanaan Indonesia itu.

Tagar Rest In Peace merajai Twitter dengan sekitar 14 ribu cuitan, diikuti dengan tagar Innalillahi yang mencapai 12,3 ribu tweet. Tagar Guagzhou pun masuk menjadi trending dengan lebih dari 10,4 ribu cuitan.

Sekitar lima tagar seputar meninggalnya Sutopo menguasai jajaran trending topik Twitter Indonesia.

Anak sulungnya, Ivanka Rinaldy menyampaikan kabar duka itu melalui akun instagram pribadinya semalam.

“Innalilahi wainna ilaihiroji’un
Semua yang bernyawa hanyalah titipan dari Allah Yang Maha Kuasa.

Malam ini telah berpulang ke Rahmatullah seorang pahlawan dan ayahanda tercinta saya, Sutopo Purwo Nugroho saat menjalani pengobatan di Guangzhou, Cina.

Bagi semua sahabat dan keluarga mohon sebesar-besarnya untuk memaafkan semua kesalahan Pak Sutopo sengaja maupun tidak sengaja. Mari mendoakan Almarhum Pak Sutopo agar selalu diterima disisi Nya dan diterima amal ibadahnya. Aamiin.

Terimakasih atas semua yang kau berikan Pah, aku kan selalu mendoakan mu,” tulisnya.

Selamat jalan Sang Pengabar Bencana. Pemerintah dan masyarakat Indonesia sangat merasa kehilangan. Juga para wartawan se-Nusantara. Karena dedikasimu luar biasa dan mungkin sulit mendapat penggantimu Kasih Tuhan pasti akan membukakan pintu Surga untuk orang sebaik engkau. Dan semoga kaum keluarga diberikan kekuatan iman dari Tuhan untuk menerima kenyataan pahit ini. (JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 2
DISQUS: 0