HomePendidikan & Agama

Pemimpin Yang Melayani

Pemimpin Yang Melayani

(Yes. 53:10-11; Ibr. 4:14-16; Mrk. 10:35-45)

Belakangan ini saya suka menonton serial Viking. Serial ini bercerita tentang Ragnar Lothbrok, tokoh besar dalam cerita sejarah bangsa Viking. Menurut tulisan Nordik Kuno, Ragnar merupakan salah satu pemimpin bangsa Viking yang berulang kali mengadakan penyerangan disertai perampokan ke wilayah kerajaan Frankia dan Anglo-Saxon (Inggris sekarang) selama abad ke-9. Dalam serial itu diceritakan bahwa setelah kematian Ragnar, Istri dan para putranya berebut untuk menjadi penguasa di Kattegat. Mereka saling membunuh demi memperoleh kekuasaan. Ketika merebut kekuasaan, ada yang bersikap semena-mena terhadap rakyatnya, membunuh secara keji para penentangnya sekalipun saudaranya sendiri. Sikap pemimpin seperti ini bukan hanya ada di masa lalu saja, namun juga masih tampak di masa sekarang.

Baca Juga  Ibadah Natal dan HUT ke-4 LMI Bakal Digelar

Yesus mengajarkan para murid-Nya untuk menjadi pemimpin yang amanah. Bagi Yesus, seorang pemimpin semestinya memiliki spirit melayani. Ia bersabda, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya (Mrk 10:43-44). Di sini tampak pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang rendah hati. Ia mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan diri dan kelompok. Dengan kata lain mengutamakan hayat hidup rakyatnya, bukan dirinya dan kelompok. Yang ia pikirkan adalah kesejahteraan masyarakatnya, bukan dirinya. Kita semua telah menyadari dan mengimani ajaran Yesus ini tapi realitanya seringkali menunjukkan hal yang terbalik.

Baca Juga  Redam Perilaku Siswa, Polda Sulut Diminta "Masuk Sekolah"

Yesus menyadari hal ini. Oleh karena itu Ia menyatakan bahwa Ia sungguh memiliki sikap melayani. Penulis Surat Ibrani sendiri menyatakan secara jelas sikap kerendahan hati Yesus. “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” (Ibr 4:15). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh merakyat. Ia mau untuk mengambil bagian dalam penderitaan orang lain. Dengan kata lain, Ia mau berbelarasa dan berbelas kasih. Puncak dari bela rasanya adalah pengorbanan diri-Nya. Hal itu tercermin dari sabda-Nya, “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk 10:45). Pengornanan diri Yesus ini telah dinubuatkan oleh Yesaya tentang hamba Yahwe yang bersengsara dan menderita. Pada kenyataannya, Yesus sendiri kemudian mengorbankan diri-Nya

Baca Juga  Jemaah Calon Haji Asal Talaud Berangkat ke Tanah Suci Hari Ini

Saudaraku, sikap Yesus ini menunjukkan seseorang bisa melayani, apabila seorang pemimpin harus mengalahkan dirinya sendiri bukan orang lain. Ia menaklukkan keinginan-keinginan dirinya, bukan menaklukkan orang lain. Ia harus mampu berkorban, bukan mengorbankan orang lain. Sederhananya, seorang pemimpin harus selesai dengan dirinya. Hanya dengan cara seperti ia akan sanggup melayani. Mari kita belajar rendahati dan berkorban agar kita bisa melayani. Selamat hari minggu, Tuhan memberkati.

Penulis:

Pastor Ay’s Laratmase MSC

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0