FOTO: Pendeta Hanny Pantouw saat menyerukan “Takbir” di kegiatan Haul Sang Pria ke-3 Habib Muhsin Bilfaqih.
MANADO, JP – Tokoh agama dan tokoh masyarakat Sulawesi Utara Pendeta Hanny Pantouw S.Th., benar-benar menjadi tokoh toleransi Indonesia. Terbukti, ia selalu memenuhi undangan untuk menghadiri kegiatan keagamaan umat muslim dan memberikan sambutan dan menyerukan “takbir”. Padahal dia seorang Pendeta, seorang Kristen sejati.
Terbaru, Pendeta Hanny menghadiri kegiatan Haul Sang Pria ke-3 Habib Muhsin Bilfaqih yang berlangsung di kota Manado, baru-baru ini. Bahkan di acara itu, Ketua Gereja Bethel Indonesia (GBI) Wilayah Manado dan sekaligus Gembala GBI Harmagedon Jalan Sea Malalayang Kota Manado ini, didaulat memberikan testimoni tentang sosok Habib Muhsin Bilfaqih.
“Saya baca Haul Sang Pria ketiga, saya renungkan maknanya, saya menemukan begini. Kita ini orang Manado kalau ngobrol sama teman lalu dia penakut dalam tanda petik seperti itu torang orang Manado jaga bilang begini ngana kwa jadi laki-laki. Maksudnya jadi laki-laki itu orang pemberani, bisa melakukan terobosan dan hal-hal seperti itu. Jadi sang pria ini melegitimasi siapa ini Habib Muhsin Bilfaqih itu. Pria yang luar biasa sehingga kita ada di tempat ini,” ujarnya.
Menurut Pendeta Hanny, Indonesia membutuhkan tokoh-tokoh seperti Habib Muhsin Bilfaqih.
“Saya ini Pendeta yang dalam tanda kutip orang Nasrani, Kristen. Saya mau sampaikan begini Indonesia butuh tokoh-butuh seperti ini. Yang saya tahu beliau (Habib Muhsin Bilfaqih) ini sangat plural. Apa itu plural? Beliau ini ada di semua lini, bergaul dengan semua suku dan bergaul dengan semua agama, tapi beliau tetap setia, taat dengan agamanya. Orang Manado kwa bilang begini, jangan kwa abu-abu maksudnya nda jelas. Torang ja bilang begini torang kwa bukan abu-abu tapi torang abu kalau abu. Nah itu beliau,” jelasnya.
Diakui Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Laskar Manguni Indonesia, ormas adat terbesar di Indonesia yang bergelar Tonaas Wangko ini, banyak orang salah paham dengan tokoh seperti Habib Muhsin Bilfaqih.
“Makanya disebut Sang Pria. Dia tetap berjalan, dia tetap melangkah, dia tetap berdakwa dan dakwanya selalu hal-hal yang menyejukan. Kita butuh tokoh seperti ini. Kalau setiap daerah lahir tokoh seperti ini maka amanlah Indonesia,” paparnya.
Usai membicarakan tentang sosok Habib Muhsin Bilfaqih, Pendeta Hanny memberikan pesan menarik untuk Indonesia.
“Jangan-jangan saya pendeta ada di panggung ini (di acara Haul Sang Pria, red) ada yang bilang begini, kiapa tu kafir dorang kase mimbar di situ? Saya katakan biar jo dorang berpikir begitu. Di Jakarta silakan demo berjilid-jilid tapi di Manado torang shalawat berjilid-jilid,” tegasnya disambut riuh umat muslim yang hadir.
Dikatakan Pendeta Hanny, meski dirinya seorang Kristen bahkan seorang Pendeta, namun selalu bershalawat bersama tokoh agama Islam dan umat muslim, bahkan ia mengaku menikmati kegiatan bershalawat itu.
“Saya Pendeta saya Kristen duduk seperti ini lagi bershalawat saya menikmati, apakah teman-teman muslim menikmati bershalawat seperti ini?,” ujarnya.
Usai mengatakan itu Pendeta Hanny tiba-tiba menyeruhkan kata “takbir” beberapa kali yang membuat umat muslim yang hadir terkejut.
“Kalau habib teriak takbir itu biasa tapi pendeta teriak takbir itu luar biasa,” katanya.
Berbicara tentang Habib Muhsin Bilfaqih, Pendeta Hanny teringat dengan seorang tokoh nasional Dr. K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab dengan sebutan Gus Dur, Presiden keempat Indonesia.
“Saya teringat dengan seorang tokoh nasional. Waktu jaman orde baru tiba-tiba muncul seorang Gus Dur yang sangat terlihat menjadi tokoh moderasi agama melawan dalam tanda kutip terhadap pemerintah orde baru. Ada banyak yang suka ada banyak yang salah paham. Tapi lihat seorang Gus Dur sudah meninggal dia meninggalkan sprit itu kepada anak-anaknya. Yang plural yang bergaul dengan semua orang,” pujinya.
Selanjutnya, Pendeta Hanny menyebut anak kedua dari Habib Muhsin Bilfaqih, yakni Taufik Bilfaqih, seorang tokoh muda muslim.
“Nah lihat ini anak keduanya (dari Habib Muhsin Bilfaqih, ref). Bung Taufik Bilfaqih. Terlihat sangat luar biasa. Ini kalau turun di politk wauw. Sosoknya plural bisa di mana-mana sampai beliau ini di Dewan Pimpinan Pusat Laskar Manguni Indonesia, beliau jadi pengurus,” ungkapnya.
Ketika membicarakan tokoh muda muslim Taufik Bilfaqih, Pendeta Hanny teringat akan pengalaman menariknya ketika putra kedua dari Habib Muhsin Bilfaqih itu menyanyi lagu Shalawat Badar di sela-sela perayaan Hari Ulang Tahunnya ke-61 di kediamannya di Tateli Kabupaten Minahasa pada Rabu (12/05/2021) lalu, yang kemudian viral di media sosial.
“Saya ingat tahun yang lalu saya ulang tahun mayoritas orang Kristen dan Pendeta lagi nyanyi lagu rohani (Kristen) saya minta beliau bershalawat. Semua (di acara itu) kaget bahkan ada yang bilang begini pak Hanny koq pendeta koq ada yg bershalawat muslim?,” beber suami dari Pdm. Maidy Palar dan ayah dari Pamela dan Elia ini.
Pendeta Hanny mengaku tak ambil pusing dengan penilaian miring orang-orang terhadap apa yang ia lakukan.
“Biar jo ngoni salah paham nda apa-apa. Kalau tambah 1000 orang salah paham dengan kita karena membangun silaturahmi dengan semua suku semua agama, orang Jakarta bilang EGP emang gue pikirin,” ucapnya.
Bagi Pendeta Hanny, dirinya hadir di acara keagamaan umat Islam murni untuk membangun silaturahmi lintas agama.
“Saya ada di acara begini untuk membangun silaturahmi. Karena salah satu persoalan bangsa ini karena tidak membangun silaturahmi yang betul. Orang salah paham, orang curiga coba kalau torang batamang seperti begini tiba-tiba Manado dalam tanda kutip seperti presiden bilang menjelang pemilu tidak boleh panas cuma boleh angat. Coba torang bergaul begini begitu ada masalah bung Taufik bisa telp saya eeh Tonaas kemari dulu, siap perintah saya datang ke sini,” tandas sosok yang juga konsern terhadap pemberantasan masalah narkoba dan kasus korupsi ini.
Di penghujung testimoninya, Pendeta Hanny memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Ia mendorong bahkan mendukung penuh Taufik Bilfaqih yang kesehariannya merupakan Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Manado, untuk maju di Pemilihan Legislatif menjadi anggota DPRD.
“Ini bukan bicara politik. Saya bilang beliau (Taufik Bilfaqih, red) begini. De sudah jo di Bawaslu, mesti dudu di dewan agar mewakili banyak orang menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi orang. Kalau di Bawaslu kita bicara begini beliau protes eeh ada Bawaslu,” tandasnya.
Pendeta Hanny pun mengungkapkan alasannya mendukung tokoh muda muslim itu maju di Pileg.
“Mungkin umat muslim bertanya kenapa Pendeta Hanny mendukung tokoh muslim? Saya tidak melihat itu. Karena saya kepingin di dewan itu orang-orang berkualitas duduk di sana, yang punya wawasan kebangsaan, cerdas dan terukur,” pungkasnya sembari kembali menyerukan “takbir” beberapa kali yang langsung direspon umat muslim yang hadir.
Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado KH. Dr. Ahmad Rajafi ketika membawakan sambutan mengaku kagum dengan sosok Pendeta Hanny Pantouw.
“Saya dengar Pendeta Hanny tadi (beri testimoni) memang dasyat sekali,” ucap Rajafi.
Tapi bukan cuma Ahmad Rajafi yang memberikan pengakuan terhadap Pendeta Hanny sebagai sosok yang plural. Banyak tokoh agama Islam bahkan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara H. Sarbin Sehe S.Ag. M.Pd. I., menyebut Pendeta Hanny Pantouw sebagai tokoh toleransi dan tokoh moderasi beragama sehingga layak untuk dijadikan sebagai seorang tokoh nasional.
“Sosok seperti inilah yang dibutuhkan Indonesia saat ini. Pendeta Hanny (Pantouw) layak diangkat jadi tokoh nasional,” kata Haji Sarbin Sehe. (JPc)
COMMENTS