MANADO, JP- Saat Indonesia sedang dilanda bencana wabah Covid-19 yang dalam penanganannya membutuhkan kerja keras dan kerja bersama semua pihak, sangat disesalkan munculnya ancaman lain yakni gerakan kelompok radikalisme dan intoleran terus bergerak memanfaatkan situasi ini untuk merongrong persatuan bangsa dan mencoba mengingkari keberagaman bangsa.
Bahkan muncul juga tokoh-tokoh yang mengatasnamakan agama, ingin memecah belah bangsa dengan sengaja menyebar kebencian terhadap agama lain, dan atau etnis-etnis tertentu, bahkan ingin mengganti dasar dan ideologi Pancasila, dengan dasar dan ideologi negara yang lain.
Menyikapi persoalan nasional yang terjadi di Jakarta tersebut, seluruh organisasi masyarakat (Ormas) yang menamakan diri sebagai pejuang Minahasa berkumpul di Jalan Sea, Kelurahan Malalayang Satu Barat, Kecamatan Minahasa Kota Manado, Rabu (25/11/2020) sore.
Tampil membawakan orasi, Ketua Umum DPP Laskar Manguni Indonesia (LMI) Tonaas Wangko Pdt Hanny Pantouw STh menyampaikan seruan untuk bersatu melawan kelompok radikalisme dan Intoleran, serta tokoh-tokoh yang mengatasnamakan agama yang sedang beraksi di Jakarta.
Dikatakannya, kehadiran ormas-ormas ini merupakan panggilan ibu pertiwi dan panggilan nurani untuk mengawal NKRI.
“Kita punya 260 juta sekian penduduk, 1340 suku, 870 bahasa, 300 etnis, 6 agama yang diakui negara. Kalau sampai saat ini dalam situasi apapun termasuk saat ini dalam situasi di Jakarta, kita percaya Pancasila masih sakti karena sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa,” ujarnya.
Pdt Hanny menegaskan, wajib hukumnya bagi kita yang masih di NKRI walau berbeda agama, suka, bahasa, adat istiadat dan sebagainya, tapi kita percaya bahwa Pancasila telah menyatuhkan kita.
“Dengan keberagaman ini tentu tidak mudah menjaga NKRI. Apalagi situasi saat ini ada oknum-oknum dan kelompok-kelompok dan para politisi busuk bermain di pusat, yang tanpa kita sadari. Untuk itu, kita hadir di sini untuk mrmbakar semangat Waraney di tanah Minahasa untuk lawan,” katanya.
Tokoh agama dan tokoh masyarakat Sulawesi Utara ini pun mengingatkan kelompok radikalisme dan intoleran serta oknum-oknum tersebut untuk menghentikan aksi mereka.
“Hei Jakarta dengar baik-baik ini. Kami masyarakat Sulaweai Utara di tanah Minahasa tidak takut Kami siap mati untuk NKRI. Bagi kami NKRI haga mati. I Yayat u Santi. I Yayat u Santi, I Yayat u Santi,” tegasnya.
Pdt Hanny pun menyentil soal perjuangan Permesta. “Permesta dibilang pembrontak tapi kita tahu bersama bahwa senior-senior kita waktu itu memperjuangkan pemerataan ekonomi,
“Kami orang Minahasa bangsa pemberani. Sebagai contoh kami pernah melawan di pusat. Spirit ini harus terus kita jaga,” paparnya.
Selain itu, menurut Pdt Hanny, bangsa ini panglimanya adalah hukum. Karena itu, dia meminta agar TNI dan Polri bertindak tegas terhadap kelompok-kelompok radikalisme dan intoleran serta oknum-oknum tertentu yang mengatasnamakan agama.
“Saya berpikir mereka bukan takut tapi ragu-ragu. Makanya kita hadir di sini untuk memberi dukungan ke pemerintahan Presiden Jokowi agar jangan takut. Tangkap mereka kaum radikalisme, kaum intoleran dan oknum-oknum yang mengatasnamakan agama hanya untuk memecah belah bangsa ini. Kita lawan mereka..TNI dan Polri tidak perlu ragu karena kalau ragu bangsa ini bisa kacau. Jangan biarkan mereka merajalela melakukan sesuatu seenak mau mereka,” paparnya.
Pendiri Panti Rehab Narkoba Romboken Minahasa untuk menyelamatkan generasi muda dari ancaman narkotika ini mengaku, pihaknya ingin menggelar aksi damai ini di lapangan terbuka dengan menghadirkan ribuan massa. Namun pemerintah meminta untuk tidak menggelar aksi dalam jumlah yang banyak karena di tengah pandemi Covid-19.
“Dan kami mengikuti anjuran pemerintah karena ormas di Minahasa taat aturan. Bukan seperti mereka di Jakarta, orang pesta, orang berkerumun tapi tidak pakai masker. Ini tidak taat aturan dan menciptakan pasien Covid-19. Kita buktikan Minahasa taat aturan,” pintanya.
Menurut Pdt Hanny, semua yang hadir di sini bersepakat Minahasa bersatu untuk NKRI, mendukung pemerintahan Presiden Jokowi dan TNI/Polri untuk menindak tegas dan menangkap oknum-oknum yang menghina presiden, melontarkan ujaran kebencian, ingin membentuk NKRI menjadi seperti Rusia.
“Di Minahasa kita tetap jaga NKRI walau nyawa taruhannnya. Tapi kalau tidak ada dampak kami akan lakukan aksi ini di lapangan terbuka. Kami siap lawan, lawan dan lawan. I Yayat u Santi,” paparnya.
Usai berorasi, Pdt Hanny langsung mengajak seluruh peserta berdoa bersama untuk bangsa, pemerintah dan TNI/Polri. Gembala Gereja Bethel Indonesia (GBI) Harmagedon dan Ketua Wilayah GBI Kota Manado ini memimpin langsung doa bersama tersebut.
Dalam aksi ini turut dihadiri Nancy Angela Hendriks selaku perwakilan Minahasa Bersatu Indonesia Timur di Jakarta.
“Kami dari Indonesia Timur bersatu di Jakarta. Kami sepakat lawan radikalisme dan intoleran. Puji Tuhan aksi kemarin sangat menggetarkan Indonesia. Kapolda dan Pangdam DKI Jakarta memanggil kami dan menyatakan akan menindak tegas semua yang mau memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita harus menumpas radikalisme dan intoleran. Kalau mau jadi pejuang jangan mundur selangkahpun walau nyawa taruhan. Jaga jaga diri martabat tanah Minahasa. Indonesia bukan cuma Jawa, bukan cuma Jakarta, mereka lupa Indonesia Timur
Ia meminta semua daerah di Indonesia terlebih Indonesia Timur bersatu menghadapi kelompok radikalisme dan intoleran serta oknum-oknum yang mengatasnamakan agama.
“Kami siap hadapi. Sudah cukup kami diejek. Saatnya kami turun. Kami minta semua daerah bersatu dukung TNI/Polri tangkap para pelaku. Hukum jangan tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
Sampai sekarang Minahasa masih ditakuti. I Yayat u Santi, I Yayat u Santi, I Yayat u Santi,” tandasnya.
Dalam aksi ini, seluruh pimpinan ormas membacakan pernyataan sikap menyikapi persoalan di Jakarta. Seluruh peserta menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni wajib memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. (JPc)
COMMENTS