HomeBerita

Sulut Raih Penghargaan Pelopor Toleransi dan Kerukunan, Kontribusi Tokoh Ini Jadi Sumber Inspirasi

Sulut Raih Penghargaan Pelopor Toleransi dan Kerukunan, Kontribusi Tokoh Ini Jadi Sumber Inspirasi

FOTO: Pendeta Hanny Pantouw (Kanan) selalu akrab dengan tokoh agama Islam di Sulut

PROVINSI Sulawesi Utara kembali mendapat pengakuan nasional terkait toleransi dan kerukunan yang sangat kuat dan mengakar di tengah-tengah masyaraljat

Kali ini Provinsi yang dijuluki Bumi Nyiur Melambai ini dinobatkan sebagai Pelopor Toleransi dan Kerukunan melalui penghargaan yang diberikan oleh salah satu Televisi Nasional TvOne pada program Inovasi Membangun Negeri 2023 dan diterima Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE., yang berlangsung di Studio TvOne, Jakarta Selatan, Sabtu (25/02/2023)

Gubernur Sulut Olly Dondokambey saat menerima penghargaan Sulut sebagai Pelopor Toleransi dan Kerukunan yang diberikan oleh pimpinan TvOne.


Penghargaan ini merupakan sebuah kebanggaan. Namun penghargaan ini tak sekedar membuat kita bangga, tetapi justru menjadi tantangan bagi kita untuk terus menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan yang semakin tidak mudah ini. Apalagi dibarengi dengan langkanya tokoh atau sosok yang memiliki komitmen yang besar untuk selalu merawat toleransi dan kerukunan lewat aksi-aksi nyata dan berani di tengah perbedaan atau kebhinekaan.

Salah satu tokoh yang dapat menjadi sumber inspirasi dalam menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan yang kerap viral di media sosial adalah Pendeta Hanny Pantouw STh., seorang tokoh agama sekaligus seorang tokoh masyarakat Sulut dan pemimpin ormas adat terbesar di Indonesia, Laskar Manguni Indonesia (LMI) dengan jabatan Tonaas Wangko.

Ketua Umum DPP LMI Tonaas Wangko Pendeta Hanny Pantouw STh


Rekam jejak perjalanan hidup sosok yang bertobat dari kehidupan kelamnya sebagai preman Jakarta banyak menampilkan dirinya sebagai pelopor toleransi dan kerukunan.

Meski sibuk melayani jemaat yang sudah dipercayakan Tuhan kepadanya, Pendeta Hanny – sapaan akrabnya, tetap menaruh perhatian yang besar dalam menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan di Sulut dan bahkan di Indonesia.

Ia tidak hanya selalu membangun sinergitas dan komunikasi yang baik dengan pemerintah dan TNI / Polri, tetapi juga dengan para pemimpin agama lainnya. Ia selalu memenuhi undangan menghadiri acara keagamaan Islam dan duduk berdampingan dengan akrab bersama para Habib, Imam dan Ustad di Sulut yang jarang dilakukan para tokoh agama.

Pendeta Hanny Pantouw saat membawakan firman dalam ibadah.


Bahkan dalam banyak kesempatan, ia berani “berkhotbah” di dalam Masjid dan
Ketua Gereja Bethel Indonesia (GBI) Kota Manado dan Gembala GBI Harmagedon Jalan Sea Malalayang Kota Manado ini juga tak pernah ragu beberapa kali menggelontorkan dana pribadinya dan membawa langsung sumbangannya ke Masjid untuk membantu umat muslim yang sedang membangun Masjid dan tempat doa seperti yang dia lakukan kepada umat muslim di Langowan Kabupaten Minahasa dan di Kota Manado belum lama ini.

Pendeta Hanny Pantouw STh saat membawakan sambutan pada acara Buka Puasa di dalam Masjid Al-Ghufron Malendeng, Kota Manado.


Dan ketika bencana alam banjir dan longsor di Kota Manado, Pendeta Hanny tidak hanya berada di belakang mimbar untuk mendoakan tapi juga turun tangan langsung mengadakan dan menyalurkan bantuan sembako bersama LMI, lagi-lagi dengan uang pribadinya kepada warga yang terdampak bencana, baik itu kepada warga yang beragama Kristen maupun juga warga yang beragama Islam dan agama lainnya. Ia tak ragu keluar masuk Masjid membawa bantuan untuk umat muslim yang terdampak bencana dan membagi-bagikan uang kepada umat muslim korban bencana alam di beberapa titik bencana.

Begitupun ketika pandemi Covid-19 ia bersama LMI turun langsung mengadakan dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat tanpa memandang latar belakang agama dari penerima.

Pendeta Hanny Pantouw menyerahkan bantuan sembako, kasur dan dana modal usaha untuk Oma Salim disaksikan pengurus LMI dan warga muslim.


Komitmennya merawat dan menjaga toleransi dan kerukunan, juga ditunjukan ketika menolak rencana eksekusi terhadap beberapa Gereja di Manado diantaranya Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Anugerah Malalayang dan GPdI El Gibbor Tingkulu, Kota Manado berdasarkan putusan pengadilan. Ia selalu turun ke lokasi bersama LMI dan berada di garis terdepan menghadang eksekutor, bahkan bersedia dibunuh demi tetap berdiri tegaknya gedung rumah ibadah. Tujuannya hanyalah untuk mengantisipasi sejak dini agar jangan sampai ketika rumah ibadah dibongkar akan berpotensi munculnya konflik SARA.

Aksinya ini tak hanya ia lakukan terhadap gedung Gereja. Pendeta Hanny juga ikut membela rumah ibadah agama lain jika hendak dieksekusi atau dirusak massa. Seperti ketika ia bersama TNI / Polri dan sejumlah tokoh agama dan organisasi masyarakat (ormas) lain turun langsung menyelesaikan persoalan pengrusakan tempat ibadah umat muslim di Minahasa Utara.

Pendeta Hanny Pantouw saat menghadang eksekutor dari PN Manado yang akan mengeksekusi salah satu gedung Gereja di Manado.


Bahkan Pendeta Hanny juga memimpin aksi demo gabungan ormas adat di kantor Pengadilan Negeri Manado, dengan tuntutan tidak ada lagi eksekusi terhadap gedung Gereja dan tempat ibadah agama lain dengan berlindung dibalik hukum. Semua itu dilakukannya dengan tujuan mengantisipasi potensi SARA, karena jika terjadi akan mengancam dan menghancurkan toleransi dan kerukunan yang selama ini terjaga dan terawat.

Baca Juga  Kehadiran Uskup Manado Disambut Meriah, Manumpil: Ini Menjadi Berkat untuk Tanah Porodisa

Juga ketika Bar Holywings Jakarta mempromosikan minuman keras (miras) yang diposting di akun instagram resmi yang bernuansa SARA karena menawarkan minuman beralkohol gratis itu kepada mereka yang bernama Muhammad dan Maria, Pendeta Hanny turun langsung memimpin aksi damai LMI mendatangi Bar Holywings yang ada di Kawasan Megamas Kota Manado.

Pendeta Hanny Pantouw STh menyampaikan orasi di depan Outlet Holywings di Kawasan Megamas Kota Manado.

Walau promo ini dilakukan Bar Holywings yang ada di Jakarta, namun dia langsung bereaksi agar dapat meredam potensi konflik SARA yang bisa saja terjadi di Sulut ketika promo itu sampai ada di Bar Holywings Manado. Karena menurutnya, nama Muhammad bagi umat Muslim adalah seorang nabi utusan Allah dan nama Maria bagi umat Kristiani khususnya Katolik merupakan utusan Allah yang melahirkan Yesus Kristus. Sehingga penggunaan nama-nama itu di promo minuman keras, telah menimbulkan ketidaknyamanan dan sangat melukai hati umat Muslim dan Kristen. Apalagi Manado merupakan kota paling toleran di Indonesia.

Teranyar, sebuah kegiatan bertajuk “Silahturahmi Dewan Pimpinan Pusat Laskar Manguni Indonesia Bersama Kepala Kanwil Kementerian Agama Sulut Bapak H. Sarbin Sehe S.Ag, MPd. I , dan para Tokoh Agama di Sulut dalam rangka Hari Raya Natal digelar Pendeta Hanny di kediamannya beralamatkan Jalan Air Hidup Tateli Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa.

Yang lebih menghebohkan lagi dan sempat menjadi viral di media sosial, di sela-sela kegiatan silaturahmi itu Pendeta Hanny mempersilakan umat muslim menjalankan ibadah Sholat di rumahnya. Bahkan ia dan istrinya Maidy Palar ikut pula menyiapkan tempat air wudhu dan karpet di tempat Sholat tersebut.

Umat muslim menjalankan ibadah Sholat di rumah Pendeta Hanny Pantouw STh di Tateli Minahasa.


Dan di malam pergantian tahun 2022/2023, Pendeta Hanny datang menjemput Al Habib Sayed Sayyed Umar Alhabsyi di Masjid, lalu keduanya berada dalam satu mobil di mobil terbuka Jeep Komando LMI yang di bagian belakang mobil tersebut dipasang bendera merah putih dan Ormas LMI keliling Kota Manado dengan dikawal pasukan khusus baik dari LMI maupun dari pemuda muslim, finis di Lapangan Kampung Ternate Manado dan disambut meriah ribuan umat muslim sebelum berlangsung acara Dzikir Akbar Shalawat Akhir Tahun bersama para tokoh dan umat muslim di Kampung Ternate Kota Manado. Lagi-lagi kutipan nats Alkitab dan seruan “Takbir” kembali berkumandang di acara tersebut. Ini belum pernah terjadi sebelumnya oleh tokoh agama manapun.

Pendiri Panti Rehab Narkoba Romboken Minahasa ini juga memberikan pidato tentang moderasi beragama kepada anak-anak remaja dan pemuda muslim di acara perkemahan pramuka dan juga dalam acara Isra & Mi’raj yang dirangkaikan dengan Jumpa Kangen 100 Majelis Ta’lim se-Kota Manado, yang berlangsung di Hotel Sahid Kawanua Manado. Di acara ini Pendeta Hanny menegaskan tentang pentingnya kita mengedepankan silaturahmi agar komunikasi antar umat beragama terus terjalin dengan sehat sehingga toleransi dan kerukunan terjaga dan terawat.

Pendeta Hanny Pantouw saat menghadiri acara Isra & Mi’raj.


Juga Pdt Hanny menjadi satu-satunya hamba Tuhan dan ketua ormas adat yang diundang menghadiri acara Konsolidasi kemanusiaan dan Haul Gus Dur yang berlangsung di Markas Gusdurian Manado dan diminta membawakan sambutan. Kegiatan ini membahas tentang upaya menjaga kerukunan menjelang Pilkada karena banyak oknum yang sengaja memanfaatkan isu-isu agama, demi kepentingan politik.

Yang menarik ketika dirinya merayakan hari ulang tahun ke-61, Habib Taufik Bilfaqih, tokoh muda islam di Kota Manado menghadiahi Pendeta Hanny dengan melantunkan lagu Shalawat Badar tepat di hari terakhir Bulan Suci Ramadhan atau jelang perayaan idul Fitri. Hal itu membuktikan ketokohan seorang Pendeta Hanny yang selama ini sangat konsisten memperjuangkan toleransi dan kerukunan.

Habib Taufiq Bilfagih (kanan) saat melantunkan lagu Shalawat Badar di perayaan HUT ke-61 Pendeta Hanny Pantouw (kiri).


Tak hanya aksinya yang menggambarkan komitmennya menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan, Pendeta Hanny juga mewujudkannya kala mendirikan Ormas LMI. Organisasi Adat terbesar di Indonesia yang kepengurusannya sampai ke luar negeri ini, memiliki pengurus lintas agama. Meski dia seorang Pendeta namun pengurus dan anggotanya tak hanya Kristen Protestan, tapi juga beragama Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Konghucu, seluruh agama yang diakui di negara kita. Bahkan di beberapa provinsi dan kabupaten/kota, seorang Tonaas atau ketua LMI adalah beragama Islam.

Pendeta Hanny Pantouw dan wanita muslim Lilis Risnawati dikawal personel LMI berjalan kaki menuju lokasi penyaluran sembako untuk umat muslim yang terdampak bencana banjir.


Komitmen toleransi dan kerukunan juga diterapkan Pendeta Hanny di LMI dengan setiap tahun menerjunkan personel LMI beragama Kristen untuk menjaga Masjid ketika berlangsung Sholat Ied dan bersilaturahmi ke rumah Habib, Ustad, Haji, Imam, para tokoh umat muslim serta pengurus dan anggota LMI yang beragama Islam saat perayaan Idul Fitri dan hari raya keagamaan umat muslim lainnya. Ia juga menerjunkan personel LMI yang beragama Islam untuk menjaga Gereja kala perayaan Natal setiap tahunnya serta ibadah hari keagamaan agama Hindu, Budha dan Konghucu.

Baca Juga  LMI Datangi PT SKJ Tateli Buntut 11 Anggota Di-PHK, Pdt Hanny: Investasi Kami Dukung Tapi Kalau Arogan Kami Lawan!

Dalam setiap momen besar LMI, Pendeta Hanny memimpin ibadah Oikumene dan selalu memberikan pesan-pesan toleransi dan kerukunan untuk dimiliki dan diamalkan seluruh pengurus dan anggota LMI. Ia juga selalu mengajarkan toleransi dan kerukunan kepada jajarannya itu dengan selalu mengikutsertakan mereka dalam melakukan aksi-aksi kemanusiaan dan kepedulian kepada warga lintas agama.

Pendeta Hanny Pantouw STh saat berorasi di aksi damai di Manado menolak menolak dan melawan kelompok terorisme, radikalisme dan intoleran.


Menariknya, Pendeta Hanny tak hanya menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan di Sulut tapi juga di Indonesia. Terbukti, ia kerap bergerak memimpin aksi damai LMI bersama gabungan ormas adat lainnya untuk menolak dan melawan kelompok terorisme, radikalisme dan intoleran dan sekaligus mendukung penuh Pemerintah dan TNI/Polri untuk menangkap siapa saja yang hendak memecah belah bangsa.

Juga ketika ada forum-forum resmi di Sulut yang dihadiri tokoh nasional, Pendeta Hanny selalu hadir dan bersuara keras bahwa Pancasila, NKRI dan toleransi sudah menjadi harga mati. Bahkan ia berani menyorot penegakan hukum di Indonesia yang dianggapnya kurang tegas dan mengancam toleransi dan kerukunan.

Di mana ia tak ragu menyebut nama Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Sihab yang telah menghina Presiden Jokowi dan menyebut agama lain kafir serta Penceramah Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Pendakwa Yahya Waloni yang sudah menjelek-jelekan dan menghina salib agama Kristen dan Alkitab dan menuntut untuk ditangkap dan diproses hakim karena mengancam toleransi dan kerukunan di Indonesia.

Komitmennya menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan ternyata juga dilakukan Pendeta Hanny di dalam keluarganya, bahkan jauh sebelum aksi-aksi tolerannya yang disebutkan di atas. Ia bersama istrinya Maidy Palar dan kedua anaknya Pamela dan Elia menerima seorang pria muslim bernama Ol Heri Mamonto untuk tinggal bersama mereka dan melindunginya kala konflik SARA terjadi di Ambon yang begitu merisaukan kedua orang tua pria muslim tersebut lantaran. tinggal di rumah seorang pendeta.

Yang mengejutkan ketika ia tampil sebagai wali nikah bagi pria muslim tersebut saat melamar calon istrinya yang beragama Islam Indry Noe di Kampung Ternate Kota Manado, hingga kemudian pasutri muslim itu tinggal puluhan tahun bersamanya. Suatu peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tak heran bila momen langka ini pun diakui Imam (Alm.) Nune Mantow yang hadir dan memimpin doa dalam acara lamaran itu.

Pendeta Hanny Pantouw saat menjadi wali nikah pria muslim dalam acara lamaran di Kampung Ternate, Kota Manado.


“Seumur-umur saya dan selama saya menjabat sebagai imam, baru kali ini ada pendeta yang datang mendampingi seorang muslim maso minta (melamar, red). Apalagi kedua pengantin, dua-duanya muslim dan yang maso minta seorang pendeta,” ungkap Imam Alm. Nune Mantow kala itu.

Baca Juga  Matangkan Persiapan Deklarasi dan Pengukuhan, Relawan Cristal Orengs E2L - HJP Gelar Rapat, Tak Main-main Target Dukungan Suaranya

Tak heran bila kemudian Pendeta Hanny beberapa kali mendapatkan penghargaan dari Internasional Human Resources Development Program (IHRDP) Foundation. Ia dianugerahi piagam penghargaan sebagai Pria Kawanua Berprestasi Tahun 2020, dan bersama keluarganya mendapat penghargaan “Familly Role Model Award 2021” dari IHRDP Foundation. Lewat penghargaan tersebut, Pdt Hanny dan keluarganya dinobatkan sebagai Pemimpin dan Keluarga Teladan Tahun 2021.

Pendeta Hanny bersama istri Maidy Palar dan anak-anaknya memperlihatkan pemghargaan yang diterima.


Juga bersama LMI, ia menerima piagam penghargaan dari Gubernur Sulut Olly Dondokambey di sela-sela upacara memperingati Hari Lahir Pancasila, di halaman Kantor Gubernur Sulut tahun 2019 silam.

Tak heran bila banyak tokoh muslim memberikan pemgakuan kepada Pendeta Hanny.

“Pendeta Hanny Pantouw selalu komit merawat kerukunan beragama,” ujar Taufik Bilfaqih, tokoh muda islam di Kota Manado.

Pendeta Hanny menerima penghargaan dari Gubernur Sulut Olly Dondokambey.


“Sebuah momen langka dan luar biasa seorang Pendeta menghadiri acara tausia Ramadhan dan buka puasa bersama para kyai, ustad, imam.masjid dan umat muim di masjid,” ungkap H. Syarwani SE selaku Ketua Badan Ta’mir Masjid Al-Ghufron Malendeng.

“Saya sudah lama mengenal Pendeta Hanny dan memang beliau sangat mengutamakan toleransi dan kerukunan atau toleransi beragama,” ucap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulut Abdul Wahab Abdul Gafur LC.

Komitmen Pdt Hanny juga diakui dan diapresiasi oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulut Abdul Wahab Abdul Gafur LC dan Ketua Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulut Ulyas Taha MPd.

Pendeta Hanny Pantouw (keempat dari kiri) saat menyerahkan secara simbolis sak semen kepada panitia pembangunan Masjid Agung Al-Fatah Kyai Modjo.


“Saya sudah lama mengenal Pendeta Hanny dan memang beliau sangat mengutamakan toleransi dan kerukunan atau toleransi beragama,” ucap Abdul Wahab Abdul Gafur.

“Pak Pendeta Hanny Pantouw adalah sahabat saya. Kami sering bertemu dan berdiskusi tentang masalah kebangsaan dan daerah. Ini sosok yang sangat toleran,” puji Ulyas Taha.

Dan di akhir tahun 2022 ia pun masuk dalam program Tokoh Toleransi Indonesia oleh stasiun televisi nasional MetroTV.

Pendeta Hanny Pantouw saat diwawancarai Metro TV dalam program Tokoh Toleransi Nasional


Tak heran bila Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulut Kepala Kanwil Kementerian Agama Sulut Haji Sarbin Sehe S.Ag, MPd. I., menobatkan sebagai tokoh moderasi beragama.

“Saya banyak mengetahui semangat toleran Pendeta Hanny Pantouw di media sosial. Tapi hari ini saya menyaksikan sendiri bagaimana rumah beliau dijadikan tempat Sholat umat muslim. Beliau seorang tokoh moderasi beragama,” kata Haji Sarbin Sehe.

Keakraban Pendeta Hanny Pantouw dan Kakanwil Kemenag SulutHaji Sarbin Sehe di salah satu acara keagamaan umat Islam.


Komitmen yang ditunjukan Pendeta Hanny ini bukan untuk pencitraan dan atau target politik. Yang ia lakukan murni untuk menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan. Bahkan dalam setiap kesempatan ia selalu mengajak semua orang untuk selalu mengambil peran sekecil apapun untuk menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan.

“Indonesia adalah negara yang sangat besar dan beragam, yang jika tidak dijaga dan dirawat toleransi dan kerukunanya maka akan mudah hancur. Sulut juga daerah yang sangat rawan jika tersulut dengan masalah suku dan agama. Maka kita semua dengan cara kita masing-masing harus terus menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan,” pintanya dalam setiap kegiatan yang dihadirinya.

Pendeta Hanny Pantouw duduk berdampingan dengan tokoh agama Islam di acara Shalawat di Manado.


Karena bagi Pendeta Hanny, semua agama mengajari cinta kasih dan mengajak umatnya membangun toleransi dan kerukunan.

“Saya percaya bahwa petunjuk Muslim sudah final yakni Alqur’an dan petunjuk Kristen sudah final yaitu Alkitab. Jalani saja agama kita masing-masing. Jadilah Muslim yang baik agar jika tetanggamu Kristen, dia bisa tidur nyenyak karena dia tahu di sebelahnya ada Muslim yang baik. Jadilah Kristen yang baik agar kalau tetanggamu Muslim, dia bisa tidur nyenyak karena dia tau disebelahnya ada orang Kristen yang baik. Jadi jalani hidup beragama kita masing-masing secara baik dan benar,” ajak Pendeta Hanny yang juga sangat konsern memberantas kasus korupsi ini.

Kedekatan Pendeta Hanny Pantouw S.Th dan Bunda Pdm Maidy Palar dengan Ustad Abu Janda dan Habib Kribo.


“Dan sebagaimana kata bijak mengatakan bahwa hidup ini sekali dan singkat, jika hidup kita bermanfaat dan menjadi berkat bagi banyak orang, maka sekali itu cukup,” ucapnya.

So, ketika merasa bangga dan bergembira karena Sulut menerima penghargaan sebagai Pelopor Toleransi dan Kerukunan, maka kitapun patut bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena masih ada tokoh seperti Pendeta Hanny Pantouw yang diberikan Tuhan untuk bisa kita jadikan sumber inspirasi dan teladan serta motivasi dalam merawat dan menjaga toleransi dan kerukunan.

Pendeta Hanny Pantouw STh foto di samping patung Pahlawan Nasional asal Sulut DR Sam Ratulangi.


Apa yang sudah dilakukan Pendeta Hanny tersebut di atas mewujudkan nilai-nilai kearifan lokal dalam bingkai filosofi sebagaimana semboyan dari pahlawan nasional dari Sulut Dr Sam Ratulangi yang menelorkan semboyan “Manusia hidup untuk memanusiakan manusia yang lain”.

Pendeta Hanny juga menjadi tokoh hebat yang berhasil menunaikan semboyan lain yang juga bertujuan untuk memperkuat toleransi dan kerukunan, yakni “Torang Samua Basudara” yang dicetuskan di era kepemimpinan E.E. Mangindaan sebagai Gubernur Sulut.

Bahkan Pendeta Hanny mewujudkan semboyan “Torang Semua Ciptaan Tuhan” di era kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw (ODSK). Apalagi dalam upaya menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan di Sulut, Pendeta Hanny selalu membangun sinergitas dan komunikasi yang baik dengan ODSK.

Selalu bersinergi (Dari kiri) Pendeta Hanny Pantouw, Wakil Gubernur Steven Kandouw dan Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Steven Kandouw.


Sinergitas Pendeta Hanny dan ODSK yang terbangun selama inilah yang sudah memberikan kontribusi nyata bagi upaya menjaga dan merawat toleransi dan kerukunan hingga akhirnya Sulut mendapatkan penghargaan sebagai Pelopor toleransi dan kerukunan.

Semoga ke depannya akan lahir “Pendeta Hanny Pendeta Hanny” yang lain baik di Sulut maupun di Indonesia, agar di satu sisi kita tidak hanya bangga mendapatkan penghargaan dan menjadikannya sebuah pajangan belaka, tetapi juga menjadi penjaga dan perawat toleransi dan kerukunan di tengah keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan.

Pendeta Hanny Pantouw dan Al Habib Sayed Sayyed Umar Alhabsyi saat satu mobil di mobil terbuka Jeep Komando LMI keliling Kota Manado.


SEMOGA…(JPc)

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0