MANADO, JP – Mungkin di Indonesia hanya ada di Sulawesi Utara seorang Pendeta atau Tokoh Agama Kristen yang intens memenuhi undangan dan menghadiri kegiatan keagamaan Islam, duduk berdampingan dengan para tokoh agama Islam, memberikan ceramah dan berkotbah dihadapan umat muslim dan menyerukan “takbir” baik di dalam masjid maupun di ruang publik.
Itulah Pendeta Hanny Pantouw STh. Sosok tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat yang memimpin Laskar Manguni Indonesia (LMI), sebuah ormas adat terbesar di Indonesia.
Bahkan bila dibandingkan dengan undangan kepada dirinya berceramah dan berkotbah di Gereja, kegiatannya berceramah dan berkotbah di kegiatan keagamaan umat muslim justru lebih banyak.
Terbaru, Pendeta Hanny diundang menghadiri dan memberikan ceramah tentang Moderasi Beragama dalam acara Isra & Mi’raj, yang dirangkaikan dengan jumpa kangen 100 Majelis Ta’lim SE Kota Manado, belum lama ini.
Di acara ini Pendeta Hanny mengatakan bahwa toleransi sudah lama berlangsung sedangkan moderasi beragama baru muncul akhir-akhir ini, yang disponsori pemerintah.
“Moderasi beragama ini sangat penting. Kalau tidak ada moderasi beragama kita akan gampang diprovokasi,” katanya.
Ia menyebut Indonesia merupakan negara besar yang berpotensi terjadi konflik agama dan suku.
“Kita patut bangga Indonesia adalah negara besar, kekayaan alam yang berlimpah dengan penduduk keempat terbesar di dunia. Dan semua tahu umat muslim terbesar didunia ada di Indonesia. Kita ini ada 17.500 pulau, 1340 suku, 800 lebih bahasa lokal, 300 etnis, 37 propinsi, 500 lebih kabupaten/kota, 6 agama besar yang diakui negara belum termasuk aliran kepercayaan. Potensi kita berbenturan sangat besar. Dan yang paling gampang berbenturan agama dan suku. Maka ini pentingnya moderasi beragama,” jelasnya.
Menurutnya, moderasi beragama bukan berarti agama dimoderasi tapi pola hidup beragama kita yg di moderasi.
“Kita harus mampu terima perbedaan agama. Contoh di Manado ada Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Saya sering bilang alangkah indah kita hidup rukun dan damai. Kita bergandengan tangan. Soal agama masing-masing silakan,” paparnya.
Dikatakan suami dari Pdm Maidy Palar dan ayah dari Pamela dan Elia, manusia sering melihat perbedaan tapi lupa melihat persamaan.
“Kristen bilang Alkitab kami betul Islam bilang Alquran kami betul. Sampai dunia kiamat pasti tidak akan ketemu. Islam sudah final dengan Al’quran dan Kristen sudah final dengan Alkitab. Tapi saya melihat di Alkitab dan Alquran itu ada banyak persamaan,” tegasnya seraya memberikan sejumlah contoh kesamaan di Al’quran dan Alkitab.
“Allah yang menciptkan kita itu satu dan sama. Apakah Allah meminta kita saling bunuh? Tidak. Maka moderasi beragama itu sangat penting diwujudkan,” tambahnya.
Usai memberikan ceramah, Pendeta Hanny dipuji tokoh agama Islam dan peserta yang hadir di acara itu. Bahkan salah satu tokoh agama Islam Haji Abid Takalamingan SH., MH., menobatkan Pendeta Hanny sebagai Tokoh Moderasi Beragama.
“Ini luar biasa. Seorang Pendeta hadir di acara ini dan memberikan ceramah tentang moderasi beragama. Beliau (Pendeta Hanny Pantouw, red) Tokoh Moderasi Beragama,” tandasnya.
Intensnya Pendeta Hanny berceramah di kegiatan keagamaan umat muslim, kemudian mendorong Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Sulut H. Sarbin Sehe, S.Ag., M.Pd., memberikan predikat Tokoh Moderasi Beragama kepada Pendeta Hanny dan kemudian mengundangnya menjadi Narasumber dalam kegiatan Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama bagi para Tokoh Agama dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kanwil Kemenag Sulut, yang berlangsung di Hotel Peninsula, Rabu (15/03/2023).
Di acara itu, satu-satunya tokoh agama yang bergelar Tonaas Wangko ini, berbicara tentang pentingnya Moderasi Beragama bagi Bangsa Indonesia, dengan menganalogikan Moderasi Beragama seperti Pelangi, yakni berbeda-beda warna tetapi selalu bersatu dan memberikan keindahan.
Intensnya Pendeta Hanny berceramah dan berkotbah di kegiatan keagamaan umat Islam tersebut diakui Ketua Wilayah Gereja Bethel indonesia (GBi) Kota Manado dan Gembala GBI Harmagedon Jalan Sea Malalayang Kota Manado ini ketika ia berbicara dengan para pendeta di sebuah kesempatan baru-baru-baru ini.
“Kalian boleh berceramah dan berkotbah di mana-mana tapi kalian belum pernah berceramah dan berkotbah di tengah umat muslim di masjid atau di ruang publik. Dan sekarang saya lebih banyak mendapat undangan berceramah di Mesjid dari pada di Gereja,” ujarnya.
Pendeta Hanny mengaku dirinya memenuhi undangan berceramah di kegiatan keagamaam umat Islam karena keterpanggilannya membangun komunikasi yang baik dengan tokoh agama dan umat Islam.
“Walaupun berbeda agama tapi jika kita membangun komunikasi yang baik lintas agama, maka toleransi dan kerukunan akan tercipta. Kita akan hidup rukun dan damai,” pungkasnya. (JPc)
COMMENTS