HomePendidikan & Agama

“Kuntum Bunga Terakhir dari Negeri Belanda Gugur dan Jatuh di Bumi Maluku”

“Kuntum Bunga Terakhir dari Negeri Belanda Gugur dan Jatuh di Bumi Maluku”

AMBON, JP- Kabar duka menyelimuti umat Katolik, lebih khusus masyarakat di Provinsi Maluku dan Congregatio Missionariorum Sacratissimi Cordis Iesu (bahasa Latin) atau Tarekat Missionaris Hati Kudus Yesus (MSC).

Pastor Cornelis “Kees” Johanes Böhm MSC dikabarkan meninggal dunia meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Leimena Ambon, Jumat (20/08/2021) sore.

Informasi yang beredar di group whatsapp Alumni STF-SP (Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng) Pastor Böhm (baca : Bem), sapaan akrabnya, ditemukan sopir pribadinya telah jatuh pingsan di ruang kerjanya di Sekolah Tinggi Pendidikan Agama Katolik (STPAK) St. Yohanes Penginjil Ambon, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter setelah sempat dilarikan ke rumah sakit oleh Pastor Tonny MSC dan para frater. Ini bukti bahwa sampai akhir hayatnya almarhum masih bekerja untuk banyak masyarakat di Maluku.

Rencananya Sabtu (21/08/2021) pukul 14.00 WIT berlangsung Misa Reqiuem di Gereja Katedral dan akan dimakamkan di Ahuru Karangpanjang Ambon Provinsi Maluku.

Almarhum merupakan pastor misionaris asal Belanda yang berkarya di Maluku selama 54 tahun 6 bulan sampai ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Namanya dikenal luas tidak hanya umat Katolik tapi juga umat agama lain di Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang bernaung di bawah Keuskupan Amboina. Bahkan almarhum merupakan satu-satunya imam asal Belanda yang masih tersisa dan tetap setia mengabdikan diri di Maluku hingga kematian menjemputnya di usia 85 tahun 9 bulan 15 hari.

Semasa hidupnya, sebagaimana dilansir dari Ameks.id, almarhum lahir di Saantport, Velsen, Belanda dari pasangan Bernardus Johanis Bӧhm dan ibunya Geertruida Maria Glas dan merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara.

Baca Juga  Mikro Tertimpa Pohon Tumbang, Begini Kondisinya

Benih panggilan tumbuh dalam diri almarhum sejak kecil, saat ia duduk di bangku sekolah di Belanda. Dia tertarik dengan panggilan misionaris untuk mengabarkan injil di wilayah pedalaman, termasuk di Indonesia dan sangat tertarik dengan misi pemberitaan injil di Papua.

Keinginan menjadi pastor atau imam sempat ditentang orang tuanya, mengingat almarhum adalah anak laki-laki sendiri sementara kakaknya perempuan. Namun karena kuatnya keinginan tersebut dan berkat bantuan seorang guru yang mendaftarkan dirinya di Seminari Menengah di Belanda, almarhum akhirnya dinyatakan lulus. Kelulusan inilah yang meluluhkan hati kedua orang tuanya yang kemudian merestui panggilan hidupnya menjadi imam.

Kemudian almarhum melanjutkan pendidikan ke Seminari Tinggi MSC dan ditahbiskan menjadi imam pada 4 September 1960 oleh Mgr. A. Konings SMA, di usia ke-24 tahun. Motto tahbisannya adalah kata-kata Yesus kepada para murid pada malam perjamuan terakhir dalam Injil Yohanes: ‘Bukan kamu yang memilih Aku, tapi Aku yang memilih kamu”.

Sayangnya, baru beberapa bulan menikmati ‘bulan madu’sebagai imam baru, almarhum ditimpa duka cita yang mendalam. Ayahnya meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas pada Januari 1961 dan almarhum sendiri yang memimpin ibadah pemakaman ayahnya. Menariknya, ini menjadi misa pemakaman pertama yang dipimpinnya usai ditahbiskan menjadi imam.

Selanjutnya, setelah 4 tahun mengajar di Seminari Menengah di Kota Tilburg, Belanda, almarhum akhirnya bertemu Uskup Keuskupan Amboina Mgr. Andreas Peter Cornelius Sol, MSC yang sedang berlibur ke Belanda. Uskup Sol menawarkan kepada almarhum untuk mengabdi di Maluku dan langsung diterimanya karena sesuai cita-citanya.

Baca Juga  6 Figur Ini Berpeluang Jadi Calon Bupati di Pilkada Minahasa 2024

Almarhum kemudian belajar bahasa Indonesia dari Pastor Paulus Rademeker MSC, seorang imam asal Belanda yang juga pernah bertugas di Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Selain Bahasa Belanda dan Indonesia, ia juga menguasai bahasa Inggris, Jerman, Perancis dan Latin. Hingga akhirnya almarhum berkarya di Maluku mulai Februari 1967.

Selain menjadi imam di banyak paroki dan juga Rektor Seminari Langgur, tugas terakhirnya adalah dosen di STPAK St Yohanes Penginjil Ambon. Tak hanya sebagai imam dan pengajar, almarhum juga terlibat misi kemanusiaan terhadap anak-anak dari keluarga yang tidak mampu dari sisi ekonomi. Ia membentuk lembaga yang disebut ‘Adopsi’ dan mengelolah bantuan dari keluarga besar Uskup Sol di Belanda untuk kepentingan anak-anak dan berlangsung sampai saat ini. Di mana sudah ada sekitar 2.000 anak yang dibantu. Di samping itu, almarhum telah menulis buku berjudul Sejarah Kehadiran dan Karya Tarekat MSC di Maluku, tahun 1902 – 2020.

Walau masih tercatat sebagai warga Belanda namun yang mengaggumkan, almarhum mengaku tak mau kembali ke Belanda karena kecintaannya yang sangat besar kepada warga Maluku. Ia telah menegaskan akan menghabiskan waktunya di Maluku.

Atas kematian almarhum, pelbagai ucapan duka pun membanjiri media sosial dari banyak pihak, termasuk para pastor, bruder dan frater Tarekat MSC Indonesia.

“P.C.J..BOHM MSC. Kuntum bunga terakhir dari Negeri Belanda yang gugur dan jatuh di bumi Maluku. Terima Kasih dan SelamatJalan ,” tulis Pastor Inno Renawatin di akun facebooknya.

Baca Juga  Walikota Manado GSVL Tetapkan Status Tanggap Darurat Covid-19

“Terima kasih misionaris kami karena Engkau telah memberi segalanya untuk kami Umat katolik dan masyarakat. Bahkan nyawamu pun engkau berkanan memberikan untuk kami di Maluku. Selamat jalan misionaris kami. Engkau akan masuk dalam kemuliaan yang telah Allah sediakan untuk orang-orang kekasih-Nya. Pater Böhm doakan kami dari Surga-Nya,” tulis Pastor Frans Rahasomar di akun facebooknya. (JPc)

Buku karya almarhum Pastor Cornelis Johanes Böhm MSC.

Berikut biodata singkat dari Pastor Böhm:

5 November 1935: Lahir di Velsen Santpoort, Haarlem Negeri Belanda

21 September 1955: Kaul Pertama sebagai Anggota Tarekat MSC

4 September 1960: Ditahbiskan Imam

1960 – 1964: Mengajar di Seminari Menengah di Kota Tilburg, Belanda

4 Desember 1966: Tiba di Jakarta

Januari 1966: Tiba di Ambon, Provinsi Maluku

Februari 1967: Berkarya di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara sebagai Pastor Paroki di Waur, Kei Besar, dan kemudian menjabat Rektor Seminari Langgur.

1975: Pastor Paroki Maria Bintang Laut Ambon.

1980 -1995: Jabat Rektor Seminari SYV di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), Kepala PGA, Wakil Uskup dan Pastor Paroki di beberapa Paroki.

1995 – 2008: Pastor Ahuru dan Kepala Puspaskup Ambon.

2008 – 2012: Pastor Paroki Rumah Tiga

2012 – 2015: Pastor Paroki Halong

2016 – meninggal: Dosen STPAK St Yohanes Penginjil Ambon.

4 September 2020: Rayakan pesta HUT ke-60 Tahbisan Imamat.

21 September 2020: Rayakan 65 tahun hidup membiara.

20 November 2021: Meninggal dunia.

COMMENTS

WORDPRESS: 0
DISQUS: 0